Sikap Manis

Virginia sebenarnya tidak percaya diri melangkah bersama tuan Zayden sedekat ini apalagi mereka melangkah seperti pasangan yang sedang jatuh cinta...

Virginia menoleh menatap wajah Zayden dari samping, dia sungguh pria yang berkharisma dan begitu menggetarkan hati Virginia..bisakah Virginia memelihara perasaan bahagia ini walau sebentar....??

Sementara Zayden tau benar kalau Virginia mulai menatap matanya..tentu saja...gadis ini akan masuk dengan mudah ke perangkapnya....dia akan membayar apa yang di lakukan kakaknya kepada Zayden..dia akan membayar dengan mahal...karna Zayden adalah pria pendendam,....dia seorang mafia dan harga dirinya sudah terlanjur tercoreng oleh pria bernama Drake Rowena..

''Karina....Rive...'' sapa Virginia lalu memeluk sahabatnya dan memberi selamat kepada Rive dan hal yang sama di lakukan Zayden..

''Aku tak menyangka tuan Zayden mengenal sahabatku...dia adalah gadis terbaik yang akan membuat tuan bahagia..'' bisik Karina antusias..

''Karina....'' jerit Virginia dengan tatapan penuh peringatan...

Karina terkekeh lalu mengunci mulutnya dan Virginia kembali lega...

''Sepertinya aku jatuh cinta kepada sahabatmu namun...aku tidak tau apakah dia akan melihatku..'' ucap Zayden sambil melirik Virginia yang sangat gugup.

''Bagaimana kalau kita pergi saja...aku sudah lelah..'' jawab Virginia dengan wajah tidak nyaman..

Kalau tadi dia sempat berharap namun,...tidak lagi...bayangan trauma akan hubungan kedua orangtuanya begitu menyakitkan hati Virginia hingga rasa takut tersakiti lebih besar dan kembali menyakitinya...

''Tunggu Virginia...''

Zayden menahan jemari Virginia yang dingin lalu kembali meletakannya di lengan Zayden sembari menatap matanya..

''Kau harus mencari pegangan agar kau tidak jatuh Virginia...'' ucap Zayden dengan nada tenang..

Lalu membimbing Virginia keluar dari gedungh megah di hadapan mereka..Zayden merasa sedikit lega karna Virginia tampak patuh dengan tetap melangkah bersamanya...

Mereka lalu menuju mobilnya dan Zayden membimbing Virginia masuk ke dalam mobil lalu ia pun masuk...

Mobil lalu meninggalkan kawasan Hotel dan menuju apartemen Virginia, sepanjang perjalanan di lalui dengan keheningan..Virginia lebih banyak menghabiskan waktu untuk memandang ke luar jendela dan menatap kosong pemandangan gelap di luar jendela..

''Apa pekerjaanmu Virginia..''

Zayden mulai berbasa-basi.....Virginia menoleh...

''Aku seorang desainer tuan Zayden...''

''Itu artinya kau bisa membuatkan aku baju,....''

''Hah....''

Keduanya saling menatap..

''Aku hanya bisa membuatkan gaun untuk wanita..jika tuan ingin..aku bisa membuatkan gaun untuk ibu, kekasih atau istri anda...atau....''

''Aku tak punya satu pun yang kau sebutkan tadi Virginia...''

Deg!!!!

Virginia menoleh....

''Mengapa...tuan pantas, anda sangat kaya....wanita....''

''Aku kehilangan ibuku ketika melahirkan aku...hidupku tak pernah mudah karna harus hidup dengan ibu tiri yang kejam...beruntung di usia 15 tahun dia....mati...'' ucap Zayden dengan sangat tenang...

Sementara Virginia mulai bersikap lunak. entah karna persamaan nasib..ia sedikit lega..setidaknya di dunia ini ia tidak merasakan luka itu sendiri...

''Akan selalu ada cahaya di dalam kegelapan...''ucap Virginia sambil menatap jauh ke depan..

Zayden menoleh dan tersenyum..

''Kau benar....''

Mobil akhirnya sampai di apartemen yang di tempati Virginia...

''Apartemenmu.....''

Virginia trsenyum....

''Terimakasih atas tumpangannya tuan Zayden...aku lelah sekali..''

Virginia lalu keluar dari dalam mobil dan menyeret gaun panjangnya dan menunduk hormat kepada Zayden yang masih menatapnya...

''Terimakasih tuan Zayden...''

''Apakah kau tinggal sendirian disini...'' tanya Zayden sedikit tertarik,...

Virginia menghela nafas.....