Fayza dengan santainya memakan roti croissant, buah, teh, juice jeruk dan telur rebus seperti orang kelaparan. Biarpun begitu gadis itu tetap makan dengan elegan. Hideo mendekati wajah cantik yang asyik memakan buah kiwinya.
Tanpa sadar juice dari kiwi itu menetes di sudut bibir Fayza dan Hideo tidak tahan untuk tidak menyingkirkan tetesan air kiwi itu.
"Kamu mau ngapain?" tanya Fayza curiga melihat Hideo mengulurkan tangannya ke arah wajahnya.
"Makan belepotan! Macam tidak pernah makan saja" gerutu Hideo sambil mengelap sudut bibir Fayza.
"Aku lapar tahu!" Fayza menatap tajam ke arah Hideo.
Hideo mendengus kasar. Gadis ini memang bukan tipe gadis lembek. Hideo pun berdiri meninggalkan Fayza.
"Kamu mau kemana?" tanya Fayza bingung.
"Dojo!"
"Karate? Krav Maga?"
"Taekwondo."
"Ikut!" Hideo melongo.
"Apa?" Pria itu berbalik. "Kamu bilang apa?"
"Aku bilang aku mau ikut" jawab Fayza tenang. "Perut kenyang, minum obat sudah dan aku bingung mau berbuat apa di kamar yang suram ini."
"Kamarku tidak suram."
"Oh yes, honey. Kamarmu sangat suram."
Hideo tersenyum licik. "Itu karena kamu tidak bisa menjadi istri yang baik jadi kamarku tampak suram."
Fayza memicingkan matanya. "Mungkin karena kamu bukan suami yang baik?"
Hideo menatap tajam ke arah gadis berbibir seksih itu. "Kamu..."
"Apa?"
Hideo mencium sekilas bibir Fayza. "Menyebalkan!"
Fayza melongo.
***
Jin datang dengan membawakan berkas 'pernikahan' Hideo dan Fayza karena gadis itu merengek minta bukti namun Fayza tidak percaya begitu saja.
"Aku tidak percaya." Wajah Fayza menatap datar ke arah Jin dan Hideo yang sudah memakai Doboknya.
"Kenapa?" tanya Hideo gemas.
"Entah, feeling ku mengatakan demikian" ucap Fayza cuek.
Jin hanya menatap datar ke bossnya namun matanya seolah mengatakan. Gue bilang juga apa!
Rasanya Hideo ingin melakukan hal yang sama tadi pagi dia lakukan. Melu*mat bibir seksih itu yang rasanya sangat nikmat.
"Lalu? Apa maumu?" tanya Hideo.
"Begini saja dulu sampai aku mendapatkan ingatanku. Saat ini yang aku ingat hanya hal-hal yang umum dan khusus seperti menyalakan helikopter dan aku bisa beladiri tapi siapa aku, keluarga aku dan siapa kamu, aku tidak ingat sama sekali. Padahal itu yang penting."
Hideo meninggalkan Fayza dan menuju matras dimana salah seorang pengawalnya sudah siap.
"Jin, jaga dia!" perintah Hideo ke tangan kanannya untuk menjaga Fayza agar tidak kabur.
"Kamu kira aku mau kabur lagi setelah kamu melakukan pelecehan padaku! Kamu masih hutang penjelasan Mister!" bentak Fayza.
Hideo mengacuhkan bentakan Fayza dan mulai acara bertanding. Fayza menonton bagaimana Hideo bertanding dengan salah seorang pengawalnya.
"Jin" panggil Fayza.
"Ya nyonya."
"Hideo sabuk apa?"
"Hitam, nyonya."
"Hhhhmmmm." Fayza menatap Jin. "Berikan aku baju taekwondo yang bersih."
Jin melotot. "Seriously, nyonya."
"Memang wajahku kurang serius?" Fayza menatap judes ke tangan kanan Hideo.
"Panggil dokter Daewoon dan Na-eun kemari!" perintah Jin ke pengawal yang ada di luar Dojo. Pengawal itu pun mengangguk hormat dan segera mencari dua orang yang dipinta Jin.
"Kenapa harus memanggil dokter Daewoon dan Na-eun?" tanya Fayza bingung. Rambut pirangnya yang awalnya diikat model Bun sekarang tergerai dengan indah.
"Nyonya, kenapa anda meminta Dobok?"
"Dobok?"
"Iya, baju taekwondo itu namanya Dobok."
Fayza manggut-manggut. "Oh namanya Dobok. Aku hanya ingin membanting Hideo saja sih sebenarnya karena dia sudah melakukan pelecehan padaku. Lagipula aku tidak mungkin kan merusak sweater Burberry ini kan?"
Jin melongo. Astaga boss! Gadis ini benar-benar keturunan Valora Arata. Jin sudah mencari tahu semua silsilah keluarga Fayza dan mengetahui bahwa gadis itu adalah putri Ashley Sky dan Kristal Ruiz, cucu Valora Arata adik Javier Arata.
Javier Arata. Nama yang membuat para pengusaha harus berpikir ulang jika ingin berbisnis nakal dengan pria itu.
"Nyonya, kaki anda masih belum kuat massa ototnya, jangan dipaksakan. Masih banyak wkatu untuk membanting tuan Park" seringai Jin.
Fayza terkekeh. "Kau benar Jin."
"Anda memanggil saya tuan Jin?" tanya Na-eun yang diikuti oleh dokter Daewoon di belakangnya.
"Iya Na-eun. Bawa nyonya Fayza ke tempat terapi. Dokter Daewoon, tolong diperiksa dengan cermat ya kaki nyonya."
"Baik tuan Jin" ucap Na-eun dan dokter Daewoon bersamaan.
BUGH! Hideo berhasil membanting pengawalnya lalu berdiri menghampiri Fayza. "Kamu terapi yang benar."
Wajah Fayza memerah melihat Hideo dengan cueknya membuka doboknya di hadapannya sedangkan Na-eun memilih menundukkan kepalanya.
"Kenapa dibuka disini?" pelotot Fayza.
"Apa kamu ingin dibuka di kamar?" goda Hideo.
"You're jerk!" umpat Fayza sambil menatap judes ke arah Hideo yang memberikan senyum manis.
"I know baby." Hideo mencium pipi Fayza.
"Hideo! Bekas keringat! Jeez!" Fayza mengelap pipinya dengan punggung tangannya. "Ayo dokter Daewoon, Na-eun. Kita pergi dari sini!"
Hideo tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Fayza. Ternyata kamu itu bukan cewek lembek.
***
"Gara-gara nyonya tadi pagi bikin gegeran, massa kaki nyonya semakin bagus" ucap dokter Daewoon.
"Tapi nyonya itu keren lho. Bisa menjalankan helikopter" puji Na-eun.
"Aku sendiri juga tidak tahu, Na-eun. Sepertinya aku pernah menerbangkannya." Fayza menatap Na-eun dan dokter Daewoon serius. "Jangan-jangan sebelumnya aku itu dulu pernah belajar menerbangkan helikopter. Atau jangan-jangan aku pengemudi helikopter untuk LAPD atau NYPD atau tim SAR?"
Na-eun dan dokter Daewoon melongo. Fayza terbahak melihat ekspresi keduanya.
"Oh Astaga. Maafkan wanita amnesia ini yang tidak ingat siapa dirinya, pekerjaan maupun keluarganya jadi boleh dong aku mengkhayal."
Dokter Daewoon dan Na-eun hanya tersenyum mendengarnya.
***
Hideo melihat bagaimana Fayza keluar dari ruang terapi bersama dengan Na-eun. Pria itu sudah mandi dan tampak rapi dengan jasnya.
"Sudah terapinya?" tanya Hideo.
"Sudah lah. Aku mau makan siang. Kamu mau ikut?" tanya Fayza berbasa-basi.
"Aku memang mau ke ruang makan siang karena setelah ini aku harus ke Seoul."
"Apakah aku boleh ikut?" tanya Fayza.
"Tidak!" jawab Hideo tegas.
"Baiklah. Aku akan mencari baju selam dan tabung oksigen." Fayza ngeloyor menuju ruang makan.
"Buat apa?" tanya Hideo sambil mengekor gadis itu.
"Cari terumbu karang." Fayza berbalik dan keduanya hampir bertubrukan. "Ehem... Buat kabur lah!"
Mata hitam Hideo menatap tajam. "Kamu pikir bisa seenaknya?" Hideo memegang kedua lengan Fayza.
"Bukankah aku nyonya rumah disini? Jadi bisa seenaknya kan?" Mata biru Fayza menatap Hideo dengan tatapan serius.
"Tapi tidak kabur!" desis Hideo.
"Oke, oke ... Aku tidak akan kabur tapi lepaskan cengkraman tanganmu dulu!" Fayza mengibaskan kedua lengannya hingga pegangan Hideo terlepas lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Hideo. "Cowok kok hobinya main cengkeram, memangnya dia sloth atau monyet atau kungkang apa ya. Mana sakit juga cengkramannya" omel Fayza yang masih terdengar di telinga Hideo.
Sloth? Monyet? Kungkang? Seriously nih cewek! Cantik sih tapi wajah dan mulutnya tidak sesuai!
Hideo mendekati Fayza dan memeluknya dari belakang. "Apa kamu bilang? Sloth? Monyet? Kungkang?"
"Eh?"
"Enak saja bilang suaminya dengan binatang yang sama."
"Hah?"
"Apakah kamu tahu? Sloth dan kungkang itu sama, sayang. Sloth itu bahasa Indonesianya kungkang. Kenapa kamu bisa berbicara bahasa Inggris dicampur dengan bahasa Indonesia?" Hideo mencium ceruk leher Fayza.
"Sepertinya aku memang bekas guru bahasa" ucap Fayza.
***
Sloth alias kungkang
Yuuuhhuuu up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***
Grup chat klan Pratomo sudah hadir
klik ke icon Grup klan Pratomo
Request bisa masuk. Aku accept.
Oh khusus untuk ngobrol klan Pratomo ya kritik saran boleh tapi NO SARA, body shaming etc. Cukup Hoshi saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
97 ⁷⟬⟭💜❄ʰᶦᵃᵗ☑︎
a.k.a sinchan
2023-09-03
1
97 ⁷⟬⟭💜❄ʰᶦᵃᵗ☑︎
nah lhooo di samain kek kungkang😁😁😁😁
2022-06-22
1
wonder mom
mo ikutan group chat tp klik yg biru g bisa. 😥smg hideo makin bingung ngadepin Fay. kn dia lbh gesrek dri freya yg ghostbuster tu
2022-06-21
1