Fayza menatap pemandangan dari jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Entah kenapa Fayza merasa takut melihat laut. Apa karena dia mengalami kecelakaan jatuh di laut jadi takut melihat air banyak itu.
Setelah acara terapi kaki, tadi Fayza memutuskan untuk mandi karena badannya terasa gerah dan makan siang di dalam kamarnya karena menurut Na-eun, Hideo sedang pergi.
Gadis itu mulai mencoba mengingat-ingat siapa dirinya tapi yang ada hanyalah sakit di kepalanya. Suara pintu dibuka tidak membuat gadis itu menoleh karena dirinya sedang memegang kepalanya.
"Jangan mencoba mengingat, Fay kalau kepalamu mau sakit terus!" Sebuah suara maskulin terdengar di sebelah kanan tempat gadis itu duduk.
"Sakit..." bisik Fayza sambil memejamkan mata.
"Jika kamu tidak mau sakit, berhenti berusaha mengingat! Paham?" Hideo mere*mas bahu Fayza yang entah kenapa ada perasaan bergidik di hati gadis itu.
Fayza hanya mengangguk lemah.
"Tidurlah dulu jika kamu sakit."
Hideo keluar dari kamar Fayza meninggalkan gadis itu yang masih terduduk di kursi yang menghadap balkon kamarnya.
***
"Apakah akan seperti itu terus jika dia berusaha mengingat?" tanya Hideo ke dokter Daewoon.
"Rata-rata akan merasa sakit jika seorang pasien amnesia berusaha mengingat karena itu seperti kita mencabut sebuah jarum yang menancap guna melepaskan rasa sakit."
Hideo menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya.
"Apakah bisa kita membuatnya amnesia permanen?" tanya Hideo.
Dokter Daewoon menatap datar ke tuannya. "Saya tidak merekomendasikan, Mr Park karena akan merusak otak nona Fayza."
"Bagaimana jika dia tiba-tiba teringat?"
"Sudah resiko anda, Sir."
***
Fayza merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur karena kepalanya semakin sakit. Tidur tampaknya obat paling mujarab. Tak berapa lama matamya pun terpejam.
Fayza...
Siapa itu?
Fayza... anakku. Dimana kamu princess?
Siapa kau? Apa aku mengenalimu.
Fay, pulanglah princess...
Fayza membuka matanya dan tampak binar panik disana. Nafas gadis itu terengah-engah. Siapa itu? Apakah itu ayahnya tapi kenapa wajahnya tidak terlihat jelas.
"Anda tidak apa-apa nyonya Park?" suara Na-eun membuat Fayza menoleh.
"Bi... bisakah aku meminta teh manis...?"
"Akan saya buatkan nyonya." Na-eun pun keluar kamar Fayza.
Hideo yang melihat Na-eun keluar terburu-buru langsung masuk ke dalam kamar Fayza. Tampak gadis itu terduduk di tempat tidur sambil bergumam sendiri.
"Apakah dia papaku?" bisiknya berulang.
"Fay?" panggil Hideo. Papa? Apa yang dia bicarakan. "Ada apa?"
"Ti...tidak. Aku hanya... bermimpi."
"Mimpi apa?" tanya Hideo dengan wajah dingin dan mengintimidasi.
"Ada yang... memanggil aku... princess" bisik Fayza.
"Apakah dia seorang pria? Yang memanggilmu princess?" Hideo mendekati Fayza. Matanya tampak menatapnya tajam membuat gadis itu terkejut.
"Seper...tinya..."
"Jangan pernah bermimpi pria manapun Fayza! Jangan pernah!" hardik Hideo.
"Tapi...aku tidak bisa mengontrolnya, Hideo!" balas Fayza. Mana ada sih mimpi dikontrol?
"Pokoknya jangan pernah!" Hideo mencengkeram wajah Fayza dan memaksanya menatap mata hitamnya. "Aku tidak akan melepaskan mu kali ini, Fay!"
Mata biru itu pun menatap Hideo dengan sorot mata ketakutan. "Sa..kit."
"Ingat ucapanku, Fay!" Hideo melepaskan cengkraman di wajah Fayza kasar.
Fayza mengusap rahangnya yang sedikit nyeri akibat cengkraman Hideo. Mata birunya menatap pria itu dengan tatapan dingin dan membuat keduanya saling bertatapan seperti hendak perang.
"Eh maaf tuan. Sa..saya membawakan teh panas untuk nyonya" ucap Na-eun yang datang tanpa mengetuk pintu.
Hideo mendengus kasar dan akhirnya pergi meninggalkan kamar itu.
***
"Na-eun" panggil Fayza.
"Ya nyonya."
"Sudah berapa lama aku menikah dengan Hideo?" tanya Fayza ke wanita yang berdiri di hadapannya.
"Maaf nyonya, saya baru kemari saat tuan Park membutuhkan perawat dan itu pun tiga bulan lalu. Saya tidak berani bertanya tentang kehidupan pribadi tuan dan nyonya."
Aku harus bertanya dengan siapa untuk mengetahui siapa aku?
"Apa yang kamu ketahui soal aku?"
"Saya hanya tahu dari tuan Jin bahwa nyonya mengalami kecelakaan pesawat dan tuan yang menemukan nyonya lalu dibawa pulang kembali."
"Apakah para pelayan tahu tentang aku?"
"Saya kurang tahu nyonya dan saya tidak berani membicarakan tentang anda di rumah ini."
Fayza menatap Na-eun heran. "Kenapa?"
"Karena nyonya, tuan Park adalah ketua mafia Silver Shinning dan kami masih sayang nyawa kami."
Fayza terkejut. Hideo ketua mafia?
***
Hideo menatap ekspresi Fayza saat mendengar penjelasan Na-eun melalui layar monitor di ruang kerjanya. Pria itu memang memasang CCTV di kamar gadis itu.
"Mafia? Silver Shining?" ucap Fayza dengan nada terkejut.
"Betul nyonya."
Hideo menikmati wajah gadis itu yang tampak sedikit gusar. Bukan takut tapi gusar. Wajah dingin pria itu semakin penasaran. Biasanya wanita manapun akan merasa takut mendengar kata mafia tapi Fayza berbeda.
"Na-eun, bagaimana cara keluar dari sini?" Hideo terkejut mendengar ucapan Fayza yang tidak diduga.
"Nyonya mau kemana?"
"Mencari ingatanku yang hilang."
"Jangan nyonya, nanti nyonya kecelakaan lagi."
"Huufff. Bagaimana Hideo kalau pergi dari rumah ini? Aku lihat rumah ini tersembunyi dari mata awam apalagi pohon Pinus dan Cemara yang tinggi-tinggi itu."
"Tuan memakai helikopter jika ingin kembali ke Seoul."
Hideo menatap lekat ke wajah cantik yang tampak berpikir keras. Apa yang kamu pikirkan, Fay? Benar-benar wanita keturunan Pratomo bukan tipe lembek.
Pria itu sudah mengetahui bagaimana sepak terjangnya keluarga besar Fayza. Baik pria atau wanita nya dikenal pribadi yang kuat bahkan beberapa diantaranya menjadi pengusaha wanita yang dikenal tangguh di dunia bisnis.
"Nyonya, saya mohon jangan berpikir aneh-aneh."
"Tidak Na-eun. Aku hanya berpikir pasti pilot helikopter yang dipakai Hideo sangat jago menerbangkan si capung itu."
"Si capung?"
"Iya Na-eun. Apakah kamu tahu, helikopter itu idenya dari seekor capung? Penemu pertamanya adalah seorang insinyur asal Slovakia bernama Jan Bahyl. Jadi tidak heran jika sering disebut si capung."
Hideo tertegun. Bagaimana gadis itu tahu?
"Kok nyonya bisa tahu?" tanya Na-eun.
Fayza tampak terkejut. "A..aku sendiri...tidak tahu Na-eun. Apakah mungkin aku dulunya seorang guru?"
Hideo melongo. Kalau gurunya cantik seperti ini, mana ada muridnya yang laki-laki bakal konsen?
"Bisa jadi nyonya, karena saya juga tidak tahu."
Hideo bergegas menuju kamar Fayza yang membuat Jin bingung melihat bossnya.
"Boss! Mau kemana?" tanya Jin.
"Kamar gadis itu!"
"Boss! Apa boss lupa? Malam ini ada pertemuan di markas Seoul."
Hideo mengehentikan langkahnya.
"Sial! Jam berapa?"
"Kita berangkat dua jam lagi." Jin melirik ke arah jam di dinding ruang kerja Hideo yang menunjukkan pukul empat sore.
Hideo tersenyum smirk. "Cukup waktunya." Lalu dirinya keluar dari ruang kerjanya.
"Boss! Cukup buat apa?" seru Jin tapi Hideo mengacuhkannya. "Hati-hati boss" gumamnya.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Semoga bisa up semuanya hari ini meskipun aku ambruk juga ...
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
wonder mom
pengin sgra sesi penyesalan Hideo krn salah alamat. spt.nya Hideo jg makin ragu. krn Fayza beda. scara naluri kemampuan bela diri dll msh ada
2022-06-18
2
ꍏꋪꀤ_💜❄
g usah dipaksain mbak....
jaga kesehatannya dulu karna kena infus g enak😌😌😌😌
2022-06-18
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
jahat juga klo begitu...
demdam mu salah alamat bang udah dikasih tau ttep ngeyel
2022-06-18
2