Nadia terjaga di jam tiga fajar karena Fafa terbangun dari tidur dan menangis mencari botol susunya yang terlepas dari genggaman tangannya. Ia pun bangkit dari pembaringan nyamannya membuatkan sebotol susu untuk Fafa sebagai sumber energinya yang sudah satu bulan ini ia sapih.
Hari ini akan ada banyak hal yang harus ia lakukan membuat sarapan untuk suaminya kerumah mama Dita untuk meminta ibu mertuanya menjaga Fafa selama Nadia di rumah sakit. Menggantikan Tantri, serta membawakan makanan untuk ayahnya yang memang juga sakit tuna netra akibat katarak.
Karena kendala uang sehingga ayahnya tidak bisa di operasi untuk meminta uang pada suaminya pun Nadia tidak berani mengingat keadaan ekonomi keluarga nya yang sedang pasang surut. Di tambah sekarang Fafa sudah tidak lagi minum ASI sebagai sumber kehidupannya, dan sudah menggantinya dengan susu formula lanjutan di usianya yang sudah menginjak dua tahun.
Sebenarnya Nadia ingin sekali kembali bekerja seperti dulu agar bisa membantu keuangan rumah tangganya. Namun permadi melarang dirinya bekerja karena alasan Fafa masih sangat kecil dan masih membutuhkan kasih sayangnya.
Meski sesekali mama Dita datang sekedar memberikan uang susu tiap bulannya, namun tetap saja ada rasa tidak enak hati pada ibu mertuanya. Seharusnya dirinyalah yang seharusnya memberi kan sedikit uangnya untuk orang tua meski itu mertua sekali pun.
Namun keadaan yang telah membuatnya terbalik, akhir-akhir ini permadi tidak memberikan semua gaji fullnya selama satu bulan melainkan hanya separuh dari gajinya. Ia pun harus memutar otak agar pengeluaran lebih kecil dari pendapat uang yang di terimanya dari Permadi. Mengatur keuangan agar tetap cukup selama satu bulan itu pun masih tak menutupi kebutuhan belanjanya sehari-hari. Ia pun harus mengeluarkan uang daruratnya untuk menutup mines belanja bulanannya agar tidak berhutang.
Setelah memasak dan menyiapkan Sarapan di meja saji Nadia menata makanan yang akan di bawanya ke rumah ayahnya. Menyiapkan baju kantor untuk suaminya yang masih lelap di kamar bersama putranya, Nadia mandi terlebih dulu sebelum ia membangunkan fafa dan memandikan nya.
Melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.10 menit. Nadia membangun kan suaminya agar tidak telat berangkat ke kantor. Sudah menjadi rutinitasnya ngopi dan membaca koran sebelum ke kantor ia pun harus membangun kan permadi lebih pagi.
"Mas bangun udah jam enam lewat lima belas menit. Aku harus kerumah bapak dan menititpkan Fafa ke mama." ujarnya yang hanya mendapat balasan erangan suara beratnya yang masih enggan untuk bangun.
Permadi mengerjapkan kedua matanya melirik putranya yang masih lelap di sampingnya dengan botol dot yang masih menyumpal di mulut mungilnya. Melengkungkan sudut bibirnya menatap duplikat dua gen yang menyatu sempurna di dalam diri Fafa berhidung mancung wajah yang tampan senyum manis yang Nadia wariskan untuknya.
Setelah puas memandangi pangeran kecilnya permadi bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Nadia segera menggendong Fafa yang telah terbangun berceloteh lucu dengan bahasa uniknya seakan menyambut salam paginya pada bundanya dengan tertawa menggemaskan.
"Sayang maafin bunda ya harus bawa Fafa ke rumah oma Dita. Bunda harus menjaga nenek di rumah sakit Fafa jangan rewel ya, sayang!"
Menghujani putranya dengan ciuman sayangnya membuat matanya kembali berkaca-kaca.
Setelah fafa rapi dan wangi Nadia membawanya keluar menuju meja makan yang disana suaminya telah selesai sarapan dengan koran yang sudah ada di tangannya.
"Mas nanti sebelum ke kantor tolong antar aku ke rumah mama, biar Fafa sementara sama mama Dita selama aku dirumah sakit."
"Ehemm,," jawab Permadi singkat.
"Mas nanti sore tolong sempat kan waktu buat jenguk ibu!" pintanya pada suaminya.
"Kalo gak sibuk." kembali ketus dengan jawabannya. Melihat Nadia berpakaian sedikit rapi tatapan protes dari suaminya meminta Nadia utuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih biasa.
"Kamu itu mau ke rumah sakit apa mau ke Kantor? Ganti baju sana pake kaos sama celana bahan aja! sengaja kan biar narik perhatian laki laki di luar sana?"
Nadia melihat dirinya dari atas sampai bawah biasa saja tidak ada yang istimewa. hHnya saja baju yang melekat di tubuhnya memang baju yang dulu biasa ia sering pakai bekerja itu pun sudah lama dengan warna yang sedikit pudar.
Ia pun meminta suaminya menjaga Fafa untuk mengganti bajunya dengan yang lebih santai. Tapi tetap saja meski Nadia pakai pakaian robek dan lusuh sekali pun tidak akan memberikan pengaruh apa pun pada wajah cantiknya.
Sedikit pun tidak mengurangi kadar kecantikan itu sendiri, di tambah tidak ada Fafa dalam gendongannya Nadia tidak ada bedanya denga gadis single di luaran sana.
Di dalam mobil Nadia memberanikan diri menanyakan masalah teman wanita suaminya yang bernama Kania. Lidahnya seakan kelu nyalinya yang maju mundur antara berani dan tidak. Nadia takut jika suaminya akan marah dan semakin memperkeruh suasana.
"Mas, Kania itu siapa semalam dia kirim pesan singkat saat kamu tidur?" menatap kearah permadi sekilas. Begitu juga dengan permadi melirik wajah Nadia sepintas dengan tangan mengoperasikan kemudinya.
"Temen kantor," jawabnya datar.
"Tapi kenapa manggil kamu sayang mas?" Nadia kembali bertanya yang hanya mendapatkan sorotan mata tajam dari suaminya.
"Kamu tu kenapa si? emang salah becandain temen pake kata sayang di lingkungan kerja kaya gitu udah biasa gak usah baper!" memutar kemudinya memasuki area perumahan yang membentuk leter U. Sesampainya di rumah mama Dita Nadia mengetuk pintu karna tidak di kunci Nadia langsung masuk kedalam.
"Assalamualaikum. Ma, mama!!"
"waalaikumsalam!" jawab mama Dita yang baru saja keluar dari kamar setelah mengantar suaminya berangkat kerja.
"Eh,, sayang! Ada cucu oma ternyata," Menciumi pipi gembil Fafa yang masih dalam gendongan Nadia. 'Wangi banget cucu oma tambah ganteng aja kaya papah kamu kecil dulu." Meraih Fafa dari tangan Nadia.
"Mah sebenarnya Nadia mau minta tolong mama buat jaga Fafa selama Nadia di rumah sakit" ucapnya pada mama Dita sedikit sungkan.
"Lho memangnya siapa yang sakit Nadia?" tanya mama Dita kejutnya.
" Ibu, Mah. Ibu sakit liver dan sudah akut dan harus di rawat setidaknya sampai kondisi ibu benar benar memungkin kan." jawab Nadia sedih
"Ya, sudah biar Fafa sama mama aja kamu cepatan berangkat biar permadi yang antar ke rumah sakit." Nadia mencium punggung tangan mama Dita dan menciumi pipi cubby putranya.
" Fafa sayang bunda pergi dulu ya, jangan nakal sama oma!!" Nadia meninggalkan rumah mama Dita meletakkan baju ganti dan susu untuk Fafa di atas meja tamu. Melangkah keluar menuju rumah ayahnya mengantarkan makanan sebelum ke rumah sakit.
"Mas biar aku naik taksi aja dari rumah bapak ke rumah sakitnya nanti kamu telat." yang tidak mendapatkan jawaban dari suaminya. Nadia melirik ke arah Permadi dan membuang pandangannya ke luar jendela tanpa lagi bertanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments