"Arum! buka pintunya!!" pekik Tari dengan sekuat tenaga, saat ini ketakutan sudah menguasai dia, suara-suara aneh mulai Tari dengar semakin jelas, tawa dan tangis pilu yang terdengar secara bersamaan.
Tak hanya itu, Tari bahkan merasakan ada sesosok hitam yang mendekatinya dari arah belakang, semakin dekat tangan panjang itu seolah meraih bahunya.
"Aruum!" Tari akhirnya menangis, dia tutup erat kedua mata dengan tangan yang terus menggedor pintu itu.
Sampai akhirnya terbuka dan membuatnya sontak membuka mata pula, kakinya yang tadi terasa berat kini begitu ringan dia bawa untuk berlari masuk ke dalam kamar itu.
"Arum, dimana Arum?" tanya Tari saat melihat tak ada Arum di ruangan ini, bahkan seorang wanita yang membuka kan pintu untuknya adalah orang lain, bukan Arum. Kedua matanya terus menelisik tiap sudut, seolah tak percaya jika Arum tak ada disini.
"Aku dari tadi terus menggedor pintu kamar ini, kenapa lama sekali di bukanya?" tanya Tari lagi, dengan nafas yang masih terengah.
Sementara seorang wanita pemilik kamar ini hanya menatap Tari dengan bingung. Pertama tentang Arum dan kedua Tetang pintu kamarnya yang di gedor kuat, pasalnya dia tak mendengar sedikitpun suara seseorang mengetuk pintu. Dia membuka pintu itu hanya karena ingin membuang sampah, karena biasanya sampah akan di pungut oleh penunggu asrama ini tiap subuh.
"Kamu siapa?" tanya wanita itu, seorang wanita bernama Siska.
"Aku Tari, temannya Arum. Bukankah Arum ada di kamar ini."
"Iya benar, tapi seminggu lalu Arum pulang ke kampung, dia sakit tipes."
Deg! saat itu juga rasanya jantung Tari berhenti berdetak. Matanya membola seolah mau terlepas.
Sangat jelas diingatkannya sore kemarin Arum menyambut dia depan Asrama. Wajah Arum yang pucat tak begitu dia perhatikan, Tari pun tak sempat bertanya kenapa Arum sepucat itu.
Namun kemudian Tari kembali teringat, Arum yang tiba-tiba menghilang dari kamarnya dengan menutup pintu itu.
"A-pa maksudmu Arum pulang kampung, kemarin, kemarin dia menemui aku, kamu Siska kan? dia bahkan mengenalkan nama mu juga padaku."
Siska pun jadi bingung, namun memang benar adanya jika Arum pulang ke desanya 1 Minggu lalu, karena sakit tipes yang dialami oleh sang teman.
"Benar namaku Siska, tapi memang benar Arum tak ada di asrama ini sejak seminggu lalu."
Tari terdiam, antara kesadarannya yang seolah hilang.
antara harus mempercayai Siska atau ingatannya sendiri yang tak mungkin salah.
Tidak, mana mungkin itu bukan Arum. Lalu siapa?
Tari menggelengkan kepalanya berulang, memilih untuk tetap mempercayai ingatannya sendiri.
"Kenapa kamu lama sekali membuka pintunya? aku dari tadi berteriak memanggil nama Arum."
"Aku malah tidak mendengar suara apapun di luar, aku buka pintu karena ingin meletakkan sampah ini." Siska mengangkat katung plastik hitam di tangan kanannya.
Sebuah jawaban yang membuat Tari jadi semakin bingung. Merasa dipermainkan dengan hidupnya sendiri. Dia berteriak dengan sangat keras, bagaimana bisa Siska tidak mendengarnya?
"Kamu tidak mendengar teriakan ku?"
"Tidak, apa kamu penghuni baru Asrama ini?" tanya Siska pula dan Arum mengangguk.
"Kamar berapa?"
"201."
Mendengar kamar itu Siska dengan segera menutup pintu kamarnya yang terbuka, bahkan dia urung membuang sampah di tangan. Cepat-cepat dia mengunci pintu itu.
Dan Tari yang melihat pergerakan Siska semakin di buatnya bingung, memangnya kenapa dengan kamar 201?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
andi hastutty
Wah ada hantunya
2024-10-15
0
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
jangan jangan saat jam 12 malam tari tersesat di dunia lain?itu kenapa Siska gak denger teriakan bahkan gedoran pintu yang dilakuin tari?iiiihh horor beet
2024-04-12
0
Mina Rasi
waktu esde 10 thn yg lalu suka nonton pilem horor sehari bisa habis 4 pilem.. sekarang udah lama g nonton lagi jadi takut. bahkan cuma baca novelnya aja. huhuhu
seremnya imanjinasiku makin aktif kalau sama hal² yg berbau horor
2023-10-04
0