Berlalu tiga bulan kemudian, Su Hainy sudah sembuh seperti semula. Ia berencana untuk kembali ke kota Semesta. Kembali ke Academy tiga bidang dan aktivitasnya yang biasa, Ia telah menyiapkan jawaban bila nanti ada yang mempertanyakannya, Kemana selama tujuh bulan ini?.
Aktivitas normal kota Semesta siang itu, alun-alun pasar utama ramai di datangi orang, membeli perlengkapan keseharian. Ada juga beberapa pandai besi menawarkan senjatanya, beberapa seniman, ahli pola segel, buku-buku pengetahuan dan sebagainya.
Banyak perubahan yang terjadi hanya dalam kurung waktu tujuh bulan, Su Hainy yang baru menginjakkan kaki kembali di kota itu, terpukau dengan rasa haru mendalam.
"Secepat inikah?" hanya dua kata itu yang terlontar di mulutnya.
Dengan langkah pelan, kakinya di ayunkan menyusuri kota Semesta, tujuan utamanya Academy tiga bidang.
Sampai di gerbang utama Academy, Ia berdiri menatap tulisan di puncak gerbang, "Sudah lama perasakan ini tak ada," gumannya dalam hati.
Beberapa murid Academy tampak heran dengan sosok didepan gerbang, wajah baru tapi terasa tak asing, siapakah orang itu?. Hanya sebuah pertanyakan yang terpancar dibenak mereka.
Belum lagi, melihat anak seusia mereka menatap tulisan di gerbang dengan tatapan sebuah kerinduan. Tatapan bermakna yang telah lama tidak dirasakan.
Dua penjaga gerbang, yang sedari tadi tidak ikut melihat, kini menegur Su Hainy.
"Apa kamu ingin ikut belajar?" Tegur salah satu darinya ramah.
"Keinginan yang sudah lama saya rindukan, paman," ucapnya singkat.
"Anak miskin, pergi sana!!" tiba-tiba sebuah suara dengan nada angkuh.
Su Hainy menengok kearah suara, keningnya langsung berkerut, Dua penjaga juga ikut memandang kearah suara.
"Jaga tatapanmu, tatapan dengan gaya itu memuakan," sebuah gertakan.
"Tidak, anak-anak bangsawan tampaknya angkuh semua, hanya memandang material dalam pendidikan,"
"Biarkan dia masuk," sebuah suara mengandung perintah.
Semua orang memberi jalan untuk anak itu, tapi tatapan cemooh memandang rendah terpancar di mata mereka.
Rupanya suara yang memerintah itu adalah seorang Master dari bidang kultivasi, Xin Bao. Master tingkat tinggi di Academy itu, tatapannya tajam, aura kekuatannya mengerikan. Semua murid sangan menyeganinya.
"Apa kau ingin ikut belajar?" bertanya lembut, tapi menekan Su Hainy dengan aura membunuh yang kuat.
"Keinginan yang sudah lama, Paman. Apakah saya bisa menimba sedikit pengetahuan disini?" balas bertanya, tanpa merasakan takut di tekan aura itu.
Murid-murid yang ada disitu, berkeringat dingin begitu merasakan tekanan itu, ada sebagian yang memilih pergi karena tidak mampu menahannya. Tapi Su Hainy masih berdiri tak gentar di bawah tekanan, wajahnya biasa saja, aura tubuhnya tetap stabil.
Xin Bao meningkatkan auranya, tapi Su Hainy masih tak tertekan sama sekali, akhirnya Xin Bao jadi heran sendiri, Ia benar-benar tidak mampu mengukur kekuatan anak itu.
Didalam ruangan para master, suara seorang wanita tengah cek cok dengan wakil Academy. Ia bersikeras meminta penjelasan sebuah hal, tapi para master hanya terdiam. Sebenarnya ia sedang marah besar, tapi langsung reda begitu saja saat melihat seorang bocah berambut gondrong, dengan badan kekar, kulitnya putih bersih, dengan kemampuan yang tak dapat rasakan dengan kekuatannya.
"Bocah bodoh, aku kira kau benar-benar mati?!" langsung berlari memeluk bocah itu.
"Hahahahaha....sebut saja nama yang nenek berikan, mana mungkin aku akan mati semudah itu," jelas bocah itu dalam pelukan wanita cantik yang di panggilnya nenek.
"Eh?!" Xin Bao jadi heran sendiri melihat perubahan anak itu, sifatnya yang dingin, tiba-tiba berubah ceria.
"Jangan bilang kalau dia.." Dong Fei tidak jadi melanjutkan ucapannya.
"Ayo kita pulang, orang-orang disini tidak bertanggung jawab sama sekali," dengan nada marah.
"Maafkan kelalaian kami nona Chio, semua itu diluar kendali kami,"
"Berbicara dengan orang bodoh tak akan mendatangkan hasil, besok saya ingin bertemu kepala Academy, jangan sampai dia tidak ada disini," melangkah santai meninggalkan tempat itu.
Diperjalanan pulang, Su Hainy menceritakan banyak kejadian yang di alami serta kekuatan yang di dapatinya. Ia juga mengungkapkan siapa jati dirinya membuat Chio Su tercengang dengan nama yang di sebutkan.
"Dewa Semesta?!" dengan mulut ternganga mendengarnya.
"Kenapa, nek?".
"Jangan sembarang diucapkan nama itu, nyawamu dalam bahaya dengan identitas itu".
"Aku sengaja kembali ke kota ini, begitu mendengar kemunculan Sang Dewa. Tapi tak disangka kamu orang itu, tetap diam dan jangan sebutkan pada siapapun" jelas Chio Su.
Su Hainy mengangguk, Ia jadi berpikir ternyata kekuatan yang besar bisa membawa petaka dan kekuatan yang besar mempunyai tanggung jawab yang besar pula.
"Untuk menyembunyikan keberadaan mu, jangan tunjukkan kekuatanmu pada siapapun sampai kamu benar-benar kuat,"
"Baik, nek"
Nenek Chio lalu menceritakan sejarah panjang Dewa Semesta, Ia menceritakan setiap detail kehidupan Sang Dewa, seperti pernah mengikutinya saja. Bahkan Ia menyebutkan bahwa kematian Sang Dewa berkaitan erat dengan kekuatan yang di milikinya.
Belum lagi fitnah besar yang menimpanya dengan kejam, pihak Alam Khayangan membuat rencana berantai untuk melemahkan Sang Dewa. Sebelum akhirnya di hukum mati dan jiwanya di segel, namun tak semua orang yang tau, bahwa setengah jiwanya berhasil lolos, hingga akhirnya berengkarnasi sepuluh milenial kemudian.
"Jadi masih ada setengahnya lagi di Alam Khayangan, nek?"
"Benar, jiwa itu di penjara di tempat penjara jiwa naga,"
Nenek Chio lanjut menceritakan, bahwa dia sendiri melarikan diri dari Alam Khayangan karena terancam di bunuh, Ia juga mengaku bahwa Ia adalah pengikut Dewa Semesta di kehidupannya dulu, Ia pernah berharap bisa bertemu Sang Dewa lagi, ternyata harapan itu menjadi nyata.
"Alam Khayangan," Su Hainy geram dengan mengepalkan tinju.
"Tunggu aku kuat, nek. Kita porak porandakan para bajingan itu,"
"Berlatihlah dengan giat, saat ini gerbang ke Alam Khayangan tersegel rapat, gunakan waktu yang ada dengan baik,"
"Pasti, nek!"
Setelah terluka saat menghadapi monster tiga bulan yang lalu, Su Hainy sudah mulai berlatih, kekuatannya sudah kembali meningkat, tidak hanya tiga jurus handalan Ia sudah memiliki Kartu truf saat menghadapi bahaya, tapi itu saja tidak akan cukup bila menghadapi bahaya yang besar.
Beberapa jurus dalam ingatannya yang persepuluh juga sudah di kuasainya. Tinggal satu yang belum, tubuhnya belum masuk tahap penempakan awal, bila menggunakan kekutan yang besar seperti tiga bulan yang lampau ia bisa mati konyol.
"Harus cepat, tahap penempakan awal sudah terasa, bila aku melatih tubuhku sampai batas, paling lama satu minggu penempakan awal akan aku dapat," berucap dalam hati sambil melihat telapak tangannya lalu mengepalkan tinju.
Setelah melewati perjalanan yang penuh dengan percakapan dan beberapa nasehat juga di dapat dari Chio Su membuat semangat Su Hainy terbakar, tapi Ia jadi tercengang secara tiba-tiba begitu melihat gubuk reoknya telah roboh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Harman LokeST
tingkatkan terus kultivasimu
2023-01-04
0
joel
cuuuuuzzzz
2022-11-16
1
Ibad Moulay
Eh...??!??
2022-10-04
3