Neta sampai di kantor. Dia terpaksa naik ojek mengingat jalanan macet sekali. Jika ini bukan hal penting, sungguh Neta akan membuat perhitungan pada atasannya itu.
“Ada apa BuMa memanggilku?” Neta yang datang segera melempar pertanyaan itu pada Maria. BuMa adalah panggilan Neta pada Bu Manajer tempatnya bekerja. Jadi tentu saja untuk mempersingkat panggilan.
“Entahlah, kamu masuk saja dulu.” Maria menggeleng tidak tahu. Sungguh memang dia benar-benar tidak tahu.
Neta mengembuskan napasnya. Merasa berdebar-debar ketika membayangkan jika dia harus masuk ke kandang singa. Masuk ke ruangan manajer itu hanya ada dua hal dipuji atau dimaki. Entah Neta akan dapat yang mana nanti.
Neta segera bersiap masuk ke ruangan sang manajer. Dia merapikan terlebih dahulu pakaiannya. Agar tidak kena amukan dari manajernya. Tak lupa dia merapikan rambutnya. Naik ojek tentu saja membuat rambutnya bak singa.
Saat merasa penampilannya sudah sempurna, akhirnya dia segera masuk ke ruangan sang manajer. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu. Memberi tanda jika dia akan segera masuk ke ruangan.
“Permisi, Bu.” Neta masuk ke ruangan manajer.
“Kamu sudah datang.” Sang manajer mengalihkan pandangan pada Neta.
“Iya, Bu.” Neta memerhatikan perubahan wajah dari manajernya. Tidak tampak raut wajah murka. Wajahnya cenderung datar saja. Artinya, sang manajer memanggilnya bukan untuk memarahinya.
“Ayo, masuk.” Sang manajer tersenyum.
Saat melihat senyum sang manajer. Neta semakin yakin jika sang manajer memang sedang baik-baik saja. Dengan penuh keyakinan, dia segera mengayunkan langkahnya. Menghampiri meja sang manajer. Kemudian menarik kursi yang berada di depan meja sang manajer dan mendudukkan tubuhnya dia atasnya.
“Ada apa Ibu memanggil saya?” Neta menatap manajernya. Jantungnya begitu berdebar-debar ketika menanti jawaban atas pertanyaannya.
“Wawancara kamu dengan pengusaha tekstil waktu itu berhasil. Dia bilang berita yang kita sajikan membuat sahamnya naik. Karena itu dia mengundang kita untuk makan malam.” Sang manajer memberitahu apa yang membuatnya memanggil Neta.
Neta sedikit mengingat-ingat pengusaha tekstil mana yang diwawancarainya. Hingga akhirnya, dia mendapatkan kepingan ingatannya itu. Pengusaha tekstil itu ditemuinya dua bulan lalu. Beritanya baru naik bulan lalu. Artinya memang dampak dari berita itu baru terjadi bulan ini.
Neta ingat betul, jika pengusaha itu punya jejak buruk. Beberapa kali dia ketahuan berselingkuh dengan artis. Alhasil beritanya begitu gempar. Jadi bisa saja sahamnya kemarin-kemarin turun. Ketika Neta mewawancarai memang tidak membahas hal pribadi terlalu dalam. Hanya rutinitas kerjanya saja. Yang paling utama adalah tentang bisnisnya. Jadi mungkin saja wawancara tentang bisnis itu, membuat banyak orang mulai kembali percaya dengan bisnis miliknya, dan kembali membeli saham miliknya.
“Saya juga ikut, Bu?” tanya Neta memastikan kembali. Kata ‘kita’ yang diucapkan oleh manajernya, berarti merujuk pada dirinya dan manajernya.
“Tentu saja kamu datang. Dia mau aku mengajakmu juga.” Manajer menjelaskan apa yang tadi diucapkan oleh pengusaha tersebut.
Neta hanya tersenyum manis atas jawaban dari manajernya. Sungguh ini adalah keberuntungan. Jika bisa mendapatkan kesempatan pergi dengan sang manajer bisa jadi posisinya di kantor akan sedikit aman.
“Baiklah, Bu. Saya akan menemani Ibu.” Neta tersenyum.
“Acaranya malam minggu, jadi kamu luangkan waktu di malam minggu. Aku akan siapkan gaun untukmu nanti.” Sang manajer pun memberitahu Neta.
Mata Neta berbinar. Siapa yang tidak mau difasilitasi oleh pihak kantor. Tentu saja dia mau-mau saja. Tak butuh alasan untuk menolak.
“Tentu, Bu. Saya akan bersiap di malam minggu besok.” Neta bersemangat sekali. Sungguh hal ini adalah hal yang begitu menakjubkan.
“Sudah kalau begitu. Kamu kembali bekerja.” Sang manajer yang sudah menyelesaikan pembicaraannya pun segera menyuruh Neta untuk segera keluar.
Neta mengembuskan napasnya. Berusaha untuk sabar. Begitu sang manajer. Jadi Neta paham betul. “Baiklah, saya permisi dulu.” Neta segera berdiri. Bersiap untuk keluar.
“Neta.”
Baru saja Neta mengayunkan langkahnya keluar dari ruangan sang manajer. Namanya kembali dipanggil lagi.
“Iya, Bu.” Neta berbalik.
“Kamu sudah mewawancarai Pak Dathan?” tanya sang manajer.
“Saya sedang berusaha untuk mendekati Pak Dathan, Bu.” Neta menjelaskan sejauh apa dia berusaha mendapatkan wawancara dengan Dathan.
“Pak Dathan adalah orang yang susah diwawancara. Jadi kamu lakukan dengan baik. Saya harap dalam sebulan kamu bisa mendapatkan wawancara dengan Dathan. Agar bisa masuk ke berita kita.”
Neta memaksakan senyumnya. Padahal sang manajer sudah tahu Dathan susah, tetapi dia hanya memberikan waktu sebulan saja. Bukankah itu waktu yang begitu singkat.
“Iya, Bu. Saya akan berusaha mendapatkan wawancara itu.”
“Bagus.”
Neta kembali tersenyum. Dia segera kembali melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan sang manajer.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
Yhuyun Bima
semangat neta kamu pasti mendapat kan wawancaranya pak datan.
2024-04-07
1
beby
semangat
2023-01-31
0
Kar Genjreng
ayo siap Neta...semangat 🤣🤣 baru nerusin ..
2023-01-05
0