Dathan melajukan mobilnya menuju ke tempat laundry. Neta yang diminta duduk di depan pun menurut saja. Dia memilih duduk di samping Dathan yang sedang mengemudi.
Sedari tadi Neta memilih diam saja. Perasaannya begitu berdebar berada di samping pria tampan. Sungguh perasaan ini membuatnya tidak tenang sekali.
Sadar, Ta. Dia pria beristri. Jangan sampai kamu tergoda. Bagaimana jadinya jika nanti kamu dituduh jadi pelakor.
Neta hanya bisa melafalkan doa dalam hatinya. Karena berusaha untuk tidak tergoda oleh Dathan. Dia tak mau menjadi perusak rumah tangga orang lain.
“Kita ke sekolah Lolo dulu. Baru setelah itu kita ke tempat laundry.” Tiba-tiba suara
Dathan terdengar. Dia memberitahu Neta.
Neta pasrah ketika Dathan ingin mengajaknya menjemput anaknya terlebih dahulu. Apa pun akan dilakukannya untuk mendapatkan wawancara.
“Baik, Pak.” Neta mengangguk setuju.
Dathan terus melajukan mobilnya. Menuju ke sekolah anaknya. Saat melajukan mobilnya, dia melirik pada Neta yang diam saja.
“Apa pekerjaanmu?” Dathan tanpa menoleh melayangkan pertanyaannya pada Neta.
“Saya wartawan majalah.”
Seketika Dathan menginjak rem secara mendadak. Beruntung tidak ada mobil atau motor di belakang. Jika ada, pasti akan ada kecelakaan beruntun.
Neta yang melihat Dathan mengerem mendadak begitu terkejut. Badannya langsung terhuyung ke depan. Untung saja dia memakai sabuk pengaman. Jadi dia masih tertahan. Namun, tetap saja dia tubuhnya yang terhuyung membuatnya membentur ke dasboard.
“Kamu seorang wartawan?” Dathan memiringkan tubuhnya. Dia menatap tajam pada Neta. Sejak dia bekerja sebagai pengusaha memang dia tidak mau diwawancara. Karena menurutnya wartawan hanya mencari berita murahan. Apalagi mengangkat cerita kehidupan pribadi mereka para pengusaha. Terakhir kali ada yang ingin mewacanainya perihal perceraiannya. Entah bagaimana semua itu bocor, Dathan tidak mengerti. Tagline yang tak sesuai dengan kenyataan membuatnya benar-benar murka. Sejak saat itu, dia menghapus informasi apa pun tentangnya dan sejak saat itu dia menutup diri dari para wartawan.
Neta melihat jelas kebencian di dalam mata Dathan saat mengetahui jika dirinya adalah seorang wartawan. Insting Neta langsung bekerja. Dia yakin sekali jika Dathan tidak menyukai dirinya yang menjadi wartawan. Tentu saja hal itu membuat Neta mengurungkan niatnya mewawancara. Dia harus bisa mengambil celah, dan waktunya bukan sekarang.
“Iya.” Neta ketakutan ketika Dathan bertanya dan tampak mengintimidasinya.
“Apa kamu ke sini untuk mencari berita tentang aku?” Dathan semakin menajamkan pandangannya. Dia benar-benar tidak suka ketika ada wartawan berada di dekatnya.
“Tidak, Pak.” Neta memilih berbohong. Apalagi Dathan tampak begitu marah. “Pak
Dathan tahu bukan jika saya tidak sengaja bertemu dengan Anda. Saya juga awalnya tidak tahu jika Anda adalah pemilik IZIO.” Memang benar adanya jika pertemuannya adalah sebuah kebetulan. Neta hanya memanfaatkan kebetulan itu.
Dathan menatap lekat kedua bola mata indah milik Neta. Mencari kebohongan di dalam kedua bola matanya. Dathan melihat jelas kebohongan dari kedua bola mata Neta. Hal itu tentu saja membuatnya semakin kesal. Namun, kali ini Dathan akan memilih untuk melihat sendiri kebohongan Neta.
“Bagus kalau kamu tidak berniat mewawancara aku. Karena aku memang tidak suka diwawancara.” Kali ini tatapan tajam Dathan lebih meredup. Dia kembali meluruskan tubuhnya menatap ke arah jalanan.
Neta hanya bisa menelan salivanya. Beruntung dia berbohong. Jadi paling tidak dia aman dalam waktu ini. Nanti dia akan pikirkan lagi cara untuk mendapatkan wawancara dengan Dathan.
Dathan kembali melajukan mobilnya. Dia segera menuju ke sekolahan anaknya. Sambil terus berpikir apa yang akan dilakukan wartawan di sampingnya itu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments
beby
lanjut
2023-01-31
1
Tatiastarie
ya qhirnya ketauan juga ya... pantes aja Dathan ga suka...
2022-10-04
1
Meili Mekel
dathan kaget
2022-09-16
0