The God Of Void
Seorang pemuda berusia lima belas tahun tengah duduk merenung di tepi tebing yang cukup tinggi, pandangan matanya terfokus pada langit biru yang membentang luas di atasnya.
"Anak pembawa sial!"
"Tinggalkan desa ini, kau sudah banyak menimbulkan masalah untuk kami semua!"
Ingatan mengenai perkataan kasar para penduduk desa terngiang jelas dalam ingatannya, setiap hinaan dan cacian yang mereka lontarkan padanya, masih terukir jelas dalam benaknya.
Walaupun ada perasaan sedih dan sakit dalam hatinya, namun tidak sedikitpun ada rasa dendam dalam hatinya, ia justru bertekad untuk membuktikan jika dirinya bukanlah anak pembawa sial seperti yang mereka tuduhkan.
Semua ini diawali saat lima belas tahun yang lalu, tepatnya saat pemuda itu dilahirkan ke dunia ini.
Kala itu, Benua Huangwu dilanda oleh bencana badai yang sangat mengerikan, seluruh daratan diselimuti oleh awan gelap, petir menyambar dan menghancurkan apapun yang disentuhnya.
Angin bertiup kencang dan menerbangkan apapun yang diterpanya, hujan tidak pernah berhenti turun seolah ingin membanjiri seluruh daratan Huangwu, bahkan tanah ikut bergetar seakan ingin menghancurkan segalanya.
Ditengah badai bencana yang melanda daratan Huangwu itulah, pemuda yang kini usianya lima belas tahun dilahirkan, dan karena dirinya dilahirkan ditengah bencana, para penduduk desa menganggapnya sebagai anak pembawa bencana.
Alasan lain yang memperkuat anggapan mereka itu adalah, karena ibunya meninggal tepat setelah melahirkannya, sementara sang ayah, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak bisa menerima kematian istrinya.
Sejak bayi, ia dirawat oleh seorang pria tua yang tidak memiliki keluarga lagi, namun lagi-lagi, ia harus menelan kenyataan pahit karena pria tua yang menjadi satu-satunya keluarganya, malah meninggal saat usianya tujuh tahun.
Setelah itu, ia hidup sebatang kara, menjalani kehidupan yang begitu keras seorang diri tanpa bisa merasakan kasih sayang orang tua. Ia dihina dan dicaci, bahkan sering kali dirinya dipukuli oleh penduduk desa.
Apapun yang ia lakukan selalu saja salah, padahal hanya ingin membantu namun selalu saja ada yang tidak benar di mata mereka semua. Dan tidak hanya dibenci, dia bahkan tidak memiliki seorangpun teman di desanya.
"Ayah, ibu, aku merindukan kalian" gumamnya, kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Hah" ia menghela napas panjang untuk menenangkan diri, kemudian melakukan gerakan bela diri yang ia pelajari sendiri.
Ia sendiri tidak mengerti darimana datangnya gerakan itu, karena semua gerakan yang ia kuasai sudah tergambar dengan jelas dalam benaknya, seolah semua itu memang sudah ada dalam pikirannya sejak dia dilahirkan.
Setelah melakukan semua gerakan yang ada dalam ingatannya, pemuda itu kemudian duduk bersila di atas rumput, memejamkan matanya dan mulai menyerap energi alam disekitarnya.
Selain memiliki ingatan mengenai berbagai macam gerakan beladiri, pemuda itu juga bisa merasakan energi alam sejak usianya lima tahun, dan saat usianya tujuh tahun, ia berhasil menjadi seorang kultivator.
Delapan tahun, selama delapan tahun ia menyembunyikan kemampuannya, selama delapan tahun ia terus mengasah kemampuan dan meningkatkan kultivasi-nya dan kini, kekuatannya sudah jauh lebih besar dari pemuda seusianya.
Wushh!
Boom!
Suara ledakan teredam terdengar dari tubuhnya, yang menandakan jika kultivasi-nya telah meningkat lagi ke level yang lebih tinggi.
Meski begitu, ia masih belum menyelesaikan meditasi-nya, karena ia harus menstabilkan kekuatannya yang baru saja meningkat.
Setelah beberapa jam berlalu, pemuda itu akhirnya menyelesaikan meditasi-nya, ia kemudian berdiri dan beranjak pergi dari tempat tersebut.
"Kekuatanku sudah lumayan besar, berarti aku sudah bisa meninggalkan desa" gumamnya seraya terus melangkahkan kaki.
***
"Lihat, anak pembawa sial ini masih saja kembali ke desa kita!"
"Hei! Kenapa kau masih saja kembali ke desa kami?"
Pemuda itu hanya diam dan tidak menghiraukan hinaan atau pertanyaan yang dilontarkan padanya, ia terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun pada beberapa pemuda yang berdiri di depan gerbang desa.
Karena tidak terima diabaikan, para pemuda itu kemudian menghalangi jalannya, mereka bahkan mengelilinginya agar dirinya tidak memiliki jalan untuk melarikan diri dari sana.
"Pergilah, aku sedang tidak ingin menimbulkan masalah."
"Kalian dengar itu? Tuan Muda Yun Fei yang terhormat ini sedang tidak ingin menimbulkan masalah."
"Hahahaha!"
"Yun Fei, apa kau masih tidak sadar jika kehadiranmu di desa ini adalah sebuah masalah besar?"
"Hah" pemuda bernama Yun Fei itu menghela napas panjang, "Dengar, aku hanya ingin kembali ke rumahku untuk mengambil barang-barang ku, setelah itu aku akan pergi meninggalkan desa ini."
"Baguslah jika kau mau pergi, tapi sebelum itu, kau harus menerima salam perpisahan dari kami."
Pemuda yang berdiri didepan Yun Fei kemudian melayangkan tinjunya, namun berhasil dihindari dengan mudah olehnya.
"Oh, sudah bisa menghindar rupanya!" ujar pemuda tersebut, kemudian melancarkan serangan lagi.
Akan tetapi, hasilnya masih sama saja, karena setiap serangan yang ia lakukan selalu berhasil dihindari oleh Yun Fei, bahkan serangan yang dilancarkan oleh pemuda itu seolah bukan apa-apa baginya.
"Ini..."
"Kenapa Yun Fei bisa sehebat ini?"
"Dia pasti hanya beruntung, mari serang bersama-sama!" ujar pemuda sebelumnya.
Mereka mengangguk, kemudian menyerang Yun Fei bersama-sama, tapi meskipun dirinya diserang secara bersamaan, Yun Fei selalu berhasil menghindari setiap serangan yang mengarah padanya.
Para pemuda itu nampak kebingungan melihat Yun Fei, mereka juga tidak menyangka jika pemuda yang biasanya mereka hajar habis-habisan, sekarang justru tidak bisa mereka sentuh sedikitpun.
"Jangan sombong kau, sialan! Jika kau benar-benar hebat, coba serang kami semua."
"Maaf, aku tidak tertarik untuk bertarung" sahut Yun Fei.
"Pecundang!"
"Ya! Dia adalah pecundang yang tidak pantas hidup, sama seperti ayahnya yang juga seorang pecundang!"
Yun Fei mengepalkan tinjunya, tangannya nampak gemetar menahan amarah yang mulai menggebu dalam dada, ia mungkin akan diam saat dirinya dihina, namun jika ayahnya yang dihina, dia pasti akan marah.
"Biarkan aku pergi atau kalian-"
"Atau apa? Apa kau tidak terima ayahmu disebut pecundang?"
"Hahahaha! Ayah dan anak sama saja, sama-sama pecundang!"
Wushh.
Boom.
Karena sudah tidak tahan dengan hinaan yang mereka lontarkan untuk ayahnya, Yun Fei akhirnya menghajar salah seorang dari mereka, dan satu pukulan yang ia lancarkan berhasil membuat pemuda itu terlempar jauh.
"Kalian ingin bertarung, kan? Maka akan aku layani sampai puas!"
Setelah itu, Yun Fei bergerak maju dengan kecepatan tinggi dan langsung menyerang pemuda di depannya, kemudian ia melompat dan berputar di udara, lalu melancarkan tendangan ke arah pemuda disampingnya.
Pergerakan Yun Fei yang sangat cepat membuat para pemuda itu tidak bisa berkutik, kecepatan pergerakannya yang begitu tinggi membuat Yun Fei seolah menghilang dari pandangan mereka semua.
Pada akhirnya, para pemuda itu berhasil ditumbangkan hanya dalam hitungan detik, mereka semua nampak terkapar di tanah dengan luka memar di wajah serta darah yang mengalir dari sudut bibir mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
DediKarismatikCharlieWade84
#Penguasa Dewa Kematian Sekali gusa Penjaga Alam Semester Dimensi pertama Lin Feng, Malah kenapa Yun Fei .
2024-06-05
0
DediKarismatikCharlieWade84
ini sambungan dari night king itu kan, kelanjutan Dari sambungan Peguasa Dewa Kematian Alam Semester ..
2024-06-05
0
Imam Sutoto
lanjut
2024-04-17
0