Sesuai kesepakatan antar dua keluarga esok hari adalah waktu diselenggarakannya pernikahan putri dari keluarga Syarif Winata. Seluruh dekor pernikahan sudah terpajang rapi di kediaman keluarga Winata termasuk kamar Azri yang sudah di sulap sedemikian rupa dengan berbagai tirai katun perpaduan warna coklat dan krem juga rangkaian bunga mawar merah dan putih yang membuat ruangan tersebut semakin menunjukkan kesan romantis juga damai.
Sebenarnya Azri juga sudah di wanti- wanti oleh orang tua nya agar tidak keluar rumah semenjak seminggu yang lalu. Namun, karena itulah Azri yang sedikit keras kepala oleh aturan yang bisa dikatakan sebagai tradisi itu. Dan hari ini adalah contohnya. Semenjak pagi Azri sudah berangkat ke tempat biasa ia menyalurkan ilmu beladiri nya pada generasi muda. Bahkan hingga waktu menjelang Maghrib azri masih belum juga sampai di rumah sehingga membuat orang-orang di rumah khawatir juga was was sebab takut akan keadaan Azri jika sampai Azri kenapa-napa karena besok Azri adalah ratu dalam acaranya.
"Zuhdi cepat kamu susul adikmu!." Perasaan Winata sudah tidak karuan sehingga menyuruh putrinya untuk menjemput sang adik yang hingga adzan Maghrib berkumandang ini belum juga pulang.
"Iya, pa."
Dengan langkah lebar Zuhdi menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah setelah masuk ia langsung melakukan perjalanan dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata dan hanya menempuh waktu dua puluh menit ia telah sampai di padepokan milik adiknya.
Zuhdi segera masuk ke dalam.
Berkali-kali Zuhdi menanyakan kepada orang-orang yang ada di sana tentang keberadaan adiknya, tapi rupanya mereka tidak ada yang tahu sebab Azri sudah pulang dari habis ashar menurut penuturan salah satu dari orang yang ia tanyai.
Zuhdi kembali ke mobilnya dan langsung melakukan perjalanan lagi. Entah dimanakah keberadaan adiknya itu?, Zuhdi bingung harus mencarinya kemana.
Dua jam telah berlalu begitu saja tanpa terasa namun tidak membawa hasil sama sekali. Zuhdi memutuskan untuk pulang karena waktu sudah menjelang malam ia berharap saat sampai di rumah Azri sudah ada di sana. Mobilnya perlahan memasuki halaman rumah keluarga Winata. Di teras terlihat sang ayah yang seperti menunggu kedatangannya. Zuhdi turun dari mobil dan menghampiri orangtuanya.
"Assalamualaikum. Pa, Ma." Zuhdi membungkuk menyalami tangan kedua orangtuanya.
"Gimana. Kenapa kamu tidak pulang bersama adikmu?."
"Azri tidak ada di Nanzea, ma. Kata teman temannya juga Azri sudah pulang dari habis ashar."
"Astaghfirullah... Aduh. Azri kemana sih kamu nak..?!" Mamanya Azri semakin memasang wajah cemasnya membuat sang putra juga ikut khawatir. Zuhdi menghampiri ibunya dan membawa sang ibu dalam pelukannya.
"Mama jangan khawatir ya. Zuhdi janji akan mencari Azri sampai ketemu. Kita berdoa saja semoga tidak terjadi hal-hal buruk pada Azri."
"Tapi Azri anak gadis mama. Mama gak mungkin bisa tenang sedangkan adikmu belum tau gimana keadaan nya. " Sang mama rupanya masih tidak bisa melepaskan kegelisahan di hati nya. "Bagaimana ini Pa?. Kita harus bilang apa ke keluarga pak Arman?." Tanya mama sembari menatap wajah Syarif, suaminya.
Baik Syarif maupun keluarga yang lain juga bingung dengan hari esok yang seharusnya merupakan hari pernikahan sang putri. Jika sampai besok Azri belum juga ditemukan berarti besok semua yang telah dipersiapkan dari beberapa hari lalu ini hanya akan sia sia sebab nanti tidak akan pernah diadakan acara sakral pernikahan antara Azri dan Aqlan.
"Papa juga tidak tau ma. Papa juga bingung. Tapi kita harus ngomong baik baik sama keluarga Arman untuk menjelaskan semuanya yang telah terjadi." Syarif berucap lesu menjawab pertanyaan istrinya.
"Baiklah. Sebaiknya semua istirahat. Tanpa terkecuali. Termasuk peran pekerja yang mengurus acara besok. Kita lebih baik berhenti sampai disini saja agar jika sampai pagi Azri belum juga datang nantinya tidak terlalu mubazir." Ujar Zuhdi yang terlihat lebih dewasa menyikapi keadaan yang telah terjadi.
"Tapi ini semua sudah terlanjur siap. Bagaimana mungkin tidak akan mubazir?. Syarif melayangkan protes terhadap putranya itu.
"Setidaknya belum sampai penyempurnaan, pa. Lagian kita tidak tau kemana perginya Azri. Anggap saja kita hanya jaga jaga. Sebaiknya semua ke dalam. Aku juga akan pergi lagi."
"Kamu mau kemana lagi, nak?."
"Aku ingin mencari Azri lagi ma. Semoga saja Azri bisa ditemukan nanti."
"Baiklah. Hati hati. Semoga adikmu bisa di temukan."
Zuhdi hanya mengangguk dan melangkah kembali ke arah mobil setelah menyalami lagi tangan kedua orangtuanya dan mengucapkan salam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments