Episode 12

Ya Tuhan, engkau sungguh tau apa yang saat ini hamba butuhkan tanpa hamba memintanya. Ya Tuhan, apa aku tidak bisa merasakan yang namanya bahagia walau sedikit saja. Apa yang harus kulakukan sekarang, bagaimana caranya memutuskan hubungan ku dengan Satria padahal aku sangat mencintai dirinya, bantulah aku Tuhan, Amiin. Itulah doa Ana saat dia melaksanakan sholat isya.

Setelah sholat, Ana menyimpan alat sholatnya dan menaiki ranjangnya untuk tidur karena dia butuh stamina untuk menyambut hari esok yang akan lebih membuatnya menguras tenaga juga air matanya.

Ana memang tidak pernah bertemu dengan anak-anak dari ayah kandungnya, sebab selain jarang kerumah ayahnya, setiap kali Ana juga kesana, Satria selalu tidak ada dan kedua sodara Satria selalu berada di kamarnya, jadi dia tak pernah mengenal anak dari Anton dan Dinda.

Tapi, ada sedikit keheranan dibenak Ana, Ana mengira selama ini jika ibu dan ayahnya duluan menikah, setelah Marsha melahirkan Ana mereka berdua berpisah dan memilih pasangan masing-masing lagi, tapi yang membuta Ana pusing adalah Satria yang lebih kakak beberapa bulan dari dirinya, bukannya seharusnya Ana yang lebih kakak.

Aku akan tanyakan pada ibu besok, batin Ana.

Esok pun tiba.

"Ibu bisa Ana bicara sebentar saja?"ujar Ana pada Marsha yang sedang duduk santai disofa ruang keluarga.

"Bicaralah"ujar Marsha yang masih membolak-balikkan majalah yang ia pegang.

"Kenapa ibu tidak menyukai Ana?"ujar Ana sedikit takut, perkataan Ana membuat Marsha menatapnya, kalimat itu yang selalu Ana tanyakan sejak dulu padanya, dan Marsha hanya menjawab kalau Ana lahir karena paksaan nenek dan kakeknya bukan karena kemauan ibu dan ayahnya.

"Apa kamu benar-benar ingin tau?"tanya Marsha karena Marsha yakin hati Ana akan sakit jika mengetahui jika Ana adalah anak haram, Ana yang dilahirkan sebelum adanya pernikahan.

"Iya Ana ingin sekali tau"ujar Ana.

"Tapi kenyataan ini akan membuatmu terluka"ujar Marsha.

"Ana sudah terbiasa dengan luka"ujar Ana yang membuat Marsha merasa sedikit tersindir, yah anaknya itu memang tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan keluarga, dari kecil Ana memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya terlebih lagi saat kakek dan neneknya meninggal, Ana semakin diperlakukan buruk oleh ayah dan ibunya.

"Dengarkan saya baik-baik, pasang kuping kamu itu lebar-lebar agar saya tidak perlu mengulang apa yang saya katakan, dan jangan pernah menyela atau pergi sebelum saya selesai dengan perkataan saya"ujar Marsha menatap lekat Ana.

"Baik"ujar Ana.

"Kamu adalah anak yang tidak pernah saya dan Anton harapkan, dulu kami berdua sahabatan dengan baik, Anton menikah dengan Dinda dan saat itu Dinda tengah mengandung anak pertamanya, saya dan Anton datang kesebuah club malam dan kami berdua sama-sama mabok, saya datang waktu itu kesana karena tunangan saya meninggal dan saya butuh penenang, sedangkan Anton datang ke sana untuk perayaan tender besar yang berhasil ia menangkan, kami sama-sama memesan kamar di club malam itu, dan ayahmu itu salah masuk kamar, dia masuk ke kamarku dan semua terjadi, kami sungguh menyesal dengan hari itu Ana, dulu saya dikucilkan dan dianggap pelakor oleh kebanyakan orang bahkan keluarga saya sendiri, saya pernah ingin menggugurkan kamu, tapi nenekmu melarangnya dan menyuruh saya melahirkan mu kalau tidak dia tak akan menganggap saya anak lagi, Anton dan Dinda juga hampir berpisah karena masalah itu, tapi dengan sekuat tenaga saya dan Anton membujuknya agar tidak bercerai, saya juga berkata supaya Anton tak usah tanggung jawab, tak lama saya selesai melahirkan kamu, saya bertemu dengan Dimas, Dimas adalah orang yang mencintai saya sejak kami duduk di bangku smp dan saat kami bertemu, dia mengajak saya untuk menikah, saya menjelaskan jika saya sudah mempunyai anak, dan dia mau menerima kamu, tapi lama-kelamaan dia mulai tidak suka padamu"ujar Marsha panjang lebar.

Ana yang mendengarnya sudah menangis sejak tadi, Ana kira dia adalah anak yang dilahirkan setelah adanya pernikahan, tetapi ini semua diluar dugaannya, dia adalah anak haram dan sebuah kesalahan seperti yang selama ini ibu dan ayahnya katakan.

Ana menghapus air matanya dan memberanikan diri menghapus air mata ibunya yang ikut terjatuh saat menceritakan itu semua, Ana sangat berterima kasih karena ibunya mau melahirkannya, dan Ana juga tau bagaimana sakitnya perasaan seorang wanita saat dianggap pelakor apalagi dikucilkan oleh keluarga sendiri karena dia juga mengalaminya.

"Maafkan Ana bu, Ana menyayangi ibu"ujar Ana lalu pergi dari hadapan Marsha untuk berangkat ke sekolahnya.

Ibu ingin mencintai dan menyayangimu Ana, tapi ibu membutuhkan waktu untuk menerima kamu, dan ibu tidak tau kapan waktu itu tiba, batin Marsha yang melihat Ana berlari keluar dari rumahnya.

Ana menghapus air matanya dan mengambil bedak bayi yang selalu ia bawa kemana-mana dan menaruhnya diwajahnya agar ia tak terlihat sudah menangis dihadapan teman-temannya disekolah nanti, apalagi dihadapan Satria.

Sesampainya Ana dikelasnya, dia melihat buku diary Siska tergeletak dimeja Siska dan entah kemana perginya pemilik buku diary itu, Ana mengambil buku itu berniat memasukkannya di tas Siska karena bahaya jika nanti ada yang membacanya karena Ana tau jika Siska memang sering menulis diary.

Saat Ana menutup buku itu tak sengaja sebuah foto jatuh dari dalam buku diary itu, Ana pun mengambil foto yang terjatuh itu dan ternyata foto itu adalah foto Satria, tapi difoto itu Satria sepertinya di foto diam-diam.

Ana membalik foto Satria itu dan dibelakang foto itu ada sebuah tulisan.

Mungkin mencintaimu dalam diam lebih baik daripada merebutmu dari sahabatku sendiri, itulah tulisan dibalik foto itu yang membuat Ana terkejut, Ana tak menyangka jika selama ini sahabatnya itu menyukai pacarnya sendiri.

Sepertinya mengakhiri hubungan dengan Satria adalah solusi yang paling tepat untuk saat ini, batin Ana.

Ana pun memasukkan foto itu didalam buku diary itu lagi dan memasukkan buku diary itu kedalam tas Siska sebelum Siska datang dan memergoki Ana, dan benar tak lama dari Ana memasukkan buku diary itu, Siska datang memasuki kelasnya.

"Hey Ana"ujar Siska menyapa Ana, tapi Ana hanya tersenyum kearah Siska, Ana tidak tau harus bersikap seperti apa pada Siska saat ini

Aneh, batin Siska karena Ana tidak biasanya hanya tersenyum seperti itu, biasanya Ana juga akan balik menyapa Siska.

Terpopuler

Comments

Nurdihana

Nurdihana

ya Allah trus gimana nasib ana nanti thor😭😭

2021-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!