Pagi hari, Nilam terbangun dengan mata sembab. Lelah menangis membuatnya ketiduran lalu bangun terlampau siang. Ia membuka mata tepat pukul sepuluh pagi. Nilam mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dilihatnya ruangan itu masih sepi dan hampa.
Tapi, dia melihat baju yang tergantung yang disiapkannya untuk Indra berangkat kerja sudah tak ada. Artinya suaminya itu sempat pulang tapi tak membangunkan dirinya. Nilam meraih ponsel, mencoba menghubungi suaminya tetapi Indra sedang berada di panggilan lain.
Berkali-kali mencoba menghubungi, panggilan itu tetap saja terbentur panggilan lain. Nilam menghempaskan ponselnya dengan kesal ke atas ranjang.
"Betul-betul keterlaluan kau, Ndra!" desis Nilam.
Dengan langkah berat, dipaksanya tubuh menuju kamar mandi. Air dingin mengguyur tubuhnya. Setelah ini, Nilam hanya akan disajikan pemandangan sepi di rumahnya. Semenjak tak lagi berkecimpung di panggung hiburan, kehidupan Nilam hanya seputar rumah dan suaminya saja. Tapi sang suami justru seperti sedang mempermainkan dirinya yang sudah dengan sangat patuh menuruti segala kehendaknya selama ini.
"Setelah aku patuh begini, kau malah mengabaikan aku. Lihat saja kau, Ndra! Sepertinya aku memang harus segera menyelidikinya." Nilam bergumam pelan sembari mengenakan baju.
Ia kemudian turun ke bawah. Ia tidak jadi masak untuk siang nanti. Indra juga sudah jarang sekali makan di rumah itu. Nilam memutuskan untuk pergi ke mall, tempat dimana Indra bekerja sebagai general manager di sana. Jabatan suaminya memang cukup tinggi dan gaji yang didapatkan juga termasuk besar tapi sekarang Nilam tak memegang uang itu sepenuhnya. Sebab kata Indra, ia juga memberi ibunya separuh uang itu.
Nilam tak keberatan, karena tabungannya sebagai artis dahulu juga masih cukup banyak. Nilam sengaja merahasiakan itu dari Indra. Indra hanya tahu bahwa Nilam tak punya apa-apa lagi setelah ia berhenti dari panggung hiburan. Padahal diam-diam, Nilam punya tabungan sendiri.
Dengan sedikit berdandan dan memakai kaus juga celana jeans ketat, ia menyetop sebuah taksi. Setelah menyebut tujuannya, supir langsung melajukan taksi.
Lam, apa kabarmu?
Sebuah pesan dari Yuki, mantan managernya dahulu. Suatu kebetulan, Nilam memang ingin menghubungi perempuan itu.
Aku kurang baik, Mbak. Mbak sendiri gimana? Oh iya, apa Mbak sedang sibuk?
Tidak, Lam. Kurang baik kenapa? Ayo cerita padaku. Aku sedang free. Btw, aku sedang di mall, kau dimana?
Wah, kebetulan sekali, Mbak, aku sedang menuju ke sana juga. Kita bertemu di kafe biasa ya.
Oke, Lam. Aku tunggu.
Nilam menarik nafas lega, agak merasa terhibur dengan pesan yang dikirimkan oleh Yuki barusan. Tadinya dia ingin langsung pergi ke ruangan suaminya, tetapi dia harus menundanya dulu. Sudah lama ia tak bertemu dengan Yuki.
Sesampainya di mall terbesar itu, Nilam segera turun. Ia segera mencari Yuki di kafe biasa mereka nongkrong dulu. Dari kejauhan perempuan itu melambai ke arahnya.
"Apa kabar kau, Lam?" tanya mbak Yuki sembari memeluk Nilam.
"Kurang baik, Mbak. Mbak sendiri gimana?" tanya Nilam.
"Aku baik, Lam. Kau sendiri, tumben tak baik?"
"Masalah rumah tangga, Mbak. Pusing."
Nilam duduk bersama Yuki lalu mereka memesan minuman. Yuki memandangnya lekat, seolah paham dengan apa yang tengah melanda Nilam.
"Ada apa, Lam? Indra?" tanya Yuki.
Nilam mengangguk. "Aku curiga Indra selingkuh, Mbak."
"Ngaco kau, Lam. Selama ini aku lihat kalian baik-baik saja."
"Ya, Mbak. Tapi sudah hampir dua minggu ini sikap Indra kepadaku berubah. Dia dingin, semalam saja kami bertengkar dan dia tidur entah dimana. Pulang selalu larut bahkan sudah subuh."
Nilam mulai mengeluarkan uneg-uneg di hatinya yang selama ini tertahan di rongga dada.
"Mungkin sedang banyak kerjaan, Lam. Lihat, mall ini ramai sekali, suamimu pasti sibuk juga."
"Tak mungkin lembur setiap hari, Mbak. Lagipula, dia itu manager, posisinya cukup tinggi bisa saja dia meminta bawahan. Biasanya juga begitu. Jadi kalau katanya lembur terus, aku malah tak yakin."
"Coba dibicarakan baik-baik kalau begitu, Lam."
"Dia dingin, Mbak. Tidak mau diajak bicara. Makanya sekarang aku pengen cari tahu dan nekat ke sini."
Yuki mengangguk-angguk. Dia paham kegelisahan mantan artisnya itu. Terlihat beberapa orang melihat mereka.
"Lam, lihat, mereka kayaknya fansmu."
Yuki menunjuk orang-orang itu. Nilam menoleh, kemudian tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka.
"Aku kan bukan artis lagi, Mbak. Mana ada fans."
"Lah itu, buktinya."
Nilam hanya tertawa.
"Lam, kalau saja kau masih mau main film, ada satu tawaran untukmu. Produser meminta aku menghubungimu untuk membicarakan ini. Film ini pasti meledak, karena diangkat dari novel penulis ternama di negeri ini."
Nilam tampak terdiam, baginya tak mudah untuk kembali ke ranah hiburan. Apalagi Indra tak suka dia kembali jadi artis beken.
"Aku mana bisa, Mbak. Mbak tahu sendiri, Indra gak mungkin kasih izin."
"Ya, aku tak bisa memaksamu, Lam. Tapi, waktunya juga masih lama. Syuting baru bisa dilaksanakan enam bulan lagi."
Nilam hanya mengangguk. Dia sendiri sekarang ingin mencari tahu dulu tentang kecurigaannya terhadap Indra. Belum memikirkan hal lain.
Saat mereka sedang berbicara, tak sengaja mata Nilam menangkap sosok berjalan dari kejauhan, mirip sekali dengan Indra meski dari belakang. Tapi harusnya Indra sendiri bukan dengan perempuan memakai rok mini di sampingnya itu. Tapi apakah memang itu Indra?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Nyoman Nusa
tega sekali dia pu suami
2024-08-10
2
Mimik Pribadi
Hmm!! Tiap hari lembur,benarkah lembur di Mall smpe hampir subuh??? 🤔🤔
2024-06-03
0
Anonim
Nilam jadi artis lagi saja drpd bete curigain suami selingkuh
2024-05-27
2