Kegagalan

Malampun tiba dan malam itupun semakin larut, suara bising riuhpun semakin menghilang dan tergantikan dengan kensunyian malam.

Ku terjaga dari tidurku memandangi wajah yang berada di sisiku, bibirku tersenyum betapa beruntungnya daku memiliki orangtua seperti kalian yang begitu menyayangiku.

Mungkin iya, bibir tersenyum tapi tidak dengan hati. Hatiku menjerit, tercepit, menangis tanpa suara. Buliran air bening keluar dari kelopak mata setetes demi setetes berlinang bagaikan tali tanpa henti membasahi bantal tidurku.

Diam diam kumenangis pedih seorang diri tanpa ada yang menyadari. Sehebat hebatnya daku menutupi luka yang menganga lebar tapi daku tidak ada daya jika berhadapan denganmu Mamak Bapakku.

Zay mengerjapkan matanya saat mendengar lirihan isakan tangis yang begitu memilukan di pendengaran telinganya. Matanya berkeliling mencari di mana sumber suara lirihan tersebut, tidak lain lirihan isakan tangis tersebut bersumber dari putri kesayangannya.

"Kenapa nak, ada yang sakit? Bapak panggilkan dokter ya".

"Bapak" panggil Risda lirih dengan isakan tangisnya yang ditahan.

"Iya nak, kenapa ? mau minum ?".

"Baapaaakk", tangis Risda pecah dalam pelukan sang bapak tercintanya

'Pak maaf", hiks ... hiks ... hiks ... maaf pak hiks... hiks ... hiks ... "maafkan Risda Bapak" ...

"Risda gagal pak

gagal Pak

gagal" hiks ... hiks ... hiks ...

"Sabar nak sabar ya" ....

"Kamu belum gagal, hanya tertunda saja. Tahun depan kamu tes lagi untuk sekarang kita fokuskan kesembuhan kaki Risda dulu ya" ucap Zay sambil memeluk dan mengusap punggung anak kesayangannya.

Orangtua mana yang tidak bersedih hati melihat anaknya terpuruk sedih, orangtua mana yang tidak sedih ketika anaknya tidak berdaya terkapar lemah tertidur di brankar pasien. Sungguh hatinya bagaikan teriris dengan silet kecil yang tak terlihat, tetapi ia harus kuat dan harus kelihatan tegar di mata anaknya.

"Iya pak" jawab Risda dengan sisa isakan tangis.

"Risda tidak bisa melanjutkan seleksi Pak, tidak memungkinkan jika Risda tetap memaksa ikut, sudah pasti Risda akan gugur, apalagi tahap selanjutnya bagian jasmani". ucap Risda ketika tangisnya mulai mereda.

"Iya nak, tidak apa apa. Sekarang Risda tidur lagi ya".

Mata hanya terpejam tapi tidak terlelap. Hati dan logika saling berdialog beragumentasi sepanjang malam. Apakah ada pilihan lain yang dapat kupilih selain kebuntuan. Akankah daku harus memilih pilihan ekspres dengan kebahagianku sementara dan penderitaan seumur masa.

Jawabannya tentu saja tidak. Daku akan mencoba menerimanya dan berusaha ikhlas dengan apa yang telah terjadi hari ini. Mungkin rencana yang daku jalani bukanlah jalan terbaik untukku dan mungkin saja rencana Allah lebih baik lagi untukku nanti.

Nak bangun nak.

"Hm iya mak sebentar lagi" panggil mama Risda sambil menepuk nepuk pelan lengan Risda supaya terbangun dari tidurnya.

"Eh kebo bangun, ngapain kamu ham hem aja dari tadi bangun kebo banguuunnn".

"Rita cantik, kamu itu bodoh atau gimana sih

mana mempan kamu bangunin si Risda kayak gitu kalau di siram air satu emberpun belum tentu bangun tuh anak kalau belum jadwalnya bangun".

"Ish Bintang nyebelin banget sih

tadinya dinaikin ini malah dijatuhkan lagi

udah sempat kepedean aku karna kamu bilang aku cantik tapi yah kemudian kamu jatuhkan kamu bilang aku bodoh".

"Kamu yang bodoh".

Tawa Zay, Nur dan Bintang seketika pecah saat mendengar jawaban Rita

Samar samar suara tawa menggelegar itu mengusik ketenangan Risda dan menyadarkannya dari alam mimpi

"Siapa sih yang ketawa, sungguh mengganggu".

"Nah bangun juga kamu tidur kayak orang mati".

Astaqfirullah, Risda terkejut karena Rita duduk di kursi begitu dekat dengan Risna

"Ta apa apaan sih, kamu mau bunuh saya hah,ngapain duduk di situ kamu, untung aku ngak ada riwayat sakit jantung. Geser dikit napa Ta ngak usah manja deh".

Hehehe "maaf Risda sahabatku yang paling manis melebihi gula".

"Lebay" Teriak Bintang dan Risda bersamaan sedangkan Rita hanya senyum cengengesan menampilkan gigi behelnya saja.

"Kalian tahu dari mana kalau Risda disini".

"Dari bang Adi".

"Bang Adinya mana?".

"Cari tempat parkir mobil dulu, Parkirannya penuh broo".

"Terus, kalian tinggalin gitu".

"Bang Adi sudah besar Risda, ia tahu arah jalan kallleeee"

"Nah itu orangnya" *t*ujuk Bintang dan Rita bersamaan".

Adi yang baru masuk ruangan rawat inap Risda jadi bingung sendiri melihat adik dan asistennya itu, Menganguk kepala, mengangkat bahu, tangan terayun ke depan isyarat tubuh bertanya Ada apa.

Buuaahaaaaaa tawa Risda, Rita dan Bintang seketika pecah

"Lah kenapa ketawa, abangkan tanya tadi ada apa, kenapa pada ketawa kalian".

"Ini nih kalau kalian udah bersama, kumat gila kalian".

Bhuaaa haaa haaa hihih huft huft huft "aduh sakit perutku, mulees lagi aduh duh duh gays akoh mau laporan dulu ya gak tahan lagi" ucap Rita sambil memegang perutnya.

"Iya ih sana Ta jorok banget sih kamu".

L"ihat bang si Rita sampe mules perutnya gara gara lihat muka abang" bhaaaa haaa haa.

Dasar ngak jelas kalian ini.

...****************...

"Bintang" panggil Risda.

'Iya Risda ada apa".

'Kapan terakhir pendafataran SNMPTN Risda mau daftar kuliah jugalah daripada nganggur ngak jelas".

"Hari ini, kenapa ?? Terus seleksi prajurit negara kesayanganmu itu mau di bawa kemana Risda sayannnggg".

"Bintangku tersayang, tercinta, sekolah prajurit mana yang menerima siswa yang cacat, coba lihat di bagian pergelangaan kakiku apa yang terpasang di situ, tulang betis retak dan di bagian pergelangan kaki juga terkilir".

Risda terkikik geli sendiri dengan sebutan kata Bintangku tersayang tercinta yang keluar dari mulutnya.

"Lah tadi sedih, nah sekarang malah senyum senyum sendiri"

"Masih sehatkan Riiss?".

"Sehatlah. Aman kabelku masih aman kok

Eh ngapain kita panggil sayang sayangan".

"Yaelah Ris santai ajalah, biasa itu.

oh ya soal pendaftaran SNMPTN itu, biar saya yang ngurus ya, masih ada waktu ini beberapa jam lagi".

"Siip makasih ya Bintang".

Bersikap tenang sebagaimana angin menerpa dan air mengalir mengikuti alur sebagaimana mestinya.

Ikuti jalur, jalani proses tanpa protes.

Waktu berjalan terus tanpa memandang masa. Persiapkan diri dan persiapkan mental.

Hidup di dunia hanya sementara kehidupan akhirat yang kekal abadi.

"Risda minta akun emailnya".

e-mail apa ?.

"e-mail pribadi kamu Risda, karena hari ini pendaftaran akun dulu nanti selang beberapa hari kemudian akan keluar datanya kamu itu lulus atau ngak. Kalau lulus nanti akan di minta memenuhi admistrasi berupa rapor Sekolah Menengah Atas (SMA) dari semester pertama sampai lima "jika belum mendapatkan ijazah, Kartu Keluarga (KK), Identitas orangtua dan lain lain, banyaklah Ris nanti yang di minta. Nah kalau ngak lulus ya stop, nanti ada jalur SBMPTN aturannya nanti beda lagi".

"Waduh banyak kali syaratnya. Letak bedanya di mana antara Sn sama Sb".

"Sn tidak ada lagi penyeleksian karna nilai kita udah mencukupi dari hasil rapor kita, sedangkan di Sb nanti akan ada penyeleksian langsung di kampus yang di tentukan".

"Oo jadi gitu".

"Coba lihat Bintang sampai mana udah?".

"Sebentar lagi, sabar kenapa sih".

"Iya iya".

"Ris udah siap nih, pemberitahuan lulus atau tidak lusa akan masuk notifnya di akun email kamu ya".

"Wokeh Bintang terimakasih ya".

BERSAMBUNG.......

Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Lari Panjang
3 Musibah
4 Kegagalan
5 Awal Jumpa
6 Desakan Albert
7 Keseharian
8 Keseharian 2
9 Timphan
10 katertarikan Rasa
11 Curhat
12 Diary Hati
13 Tersayat Hati
14 Kerinduan
15 Water Park
16 Pertemuan Kembali
17 Kekesalan Bintang
18 Makan Bakso
19 Tiada Kabar
20 Sakit
21 Final
22 Balap
23 Ketegasan
24 Manjat
25 Makan Rujak
26 Jatuh Dengan Gaya
27 Liburan Semester
28 Pasar Pagi
29 Gendong
30 Luka Hati
31 Jatuh Sakit
32 Menangislah
33 Tidak Betah
34 Drama Pagi
35 Bantingan
36 Terpana
37 Drama malam
38 Buat Ulah
39 Barengan
40 Pertemuan Tanpa Sengaja
41 Diary
42 Kata Pedas
43 Kumat Rindu
44 Caffe
45 Cafee 2
46 Kekanak kanakan
47 Tampan
48 Pasar Malam
49 Bakso
50 Ungkapan Kata Malam
51 Jatuh
52 Darah
53 Tidak Mau
54 Baper
55 Lemparan
56 Cemburu
57 Perdebatan
58 Rebutan Diary
59 Amukan
60 Nyiksa Diri
61 Dorong Kereta
62 Tidak Ingin Pisah
63 Perdebatan
64 Mantra
65 UAS
66 Pabrik
67 Tebing
68 Pengakuan
69 Ring Tinju
70 Mata Panda Adi
71 Hp Goreng
72 Jangan Tertawa
73 Pasangan
74 Hp Baru
75 Mabuk
76 Lari
77 Yang Mulia
78 Penurun Paksa
79 Logika Rasa
80 Bintang
81 Jurang
82 Evaluasi
83 Bisa
84 Sup Panas
85 Menjenguk
86 Akhir
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Lari Panjang
3
Musibah
4
Kegagalan
5
Awal Jumpa
6
Desakan Albert
7
Keseharian
8
Keseharian 2
9
Timphan
10
katertarikan Rasa
11
Curhat
12
Diary Hati
13
Tersayat Hati
14
Kerinduan
15
Water Park
16
Pertemuan Kembali
17
Kekesalan Bintang
18
Makan Bakso
19
Tiada Kabar
20
Sakit
21
Final
22
Balap
23
Ketegasan
24
Manjat
25
Makan Rujak
26
Jatuh Dengan Gaya
27
Liburan Semester
28
Pasar Pagi
29
Gendong
30
Luka Hati
31
Jatuh Sakit
32
Menangislah
33
Tidak Betah
34
Drama Pagi
35
Bantingan
36
Terpana
37
Drama malam
38
Buat Ulah
39
Barengan
40
Pertemuan Tanpa Sengaja
41
Diary
42
Kata Pedas
43
Kumat Rindu
44
Caffe
45
Cafee 2
46
Kekanak kanakan
47
Tampan
48
Pasar Malam
49
Bakso
50
Ungkapan Kata Malam
51
Jatuh
52
Darah
53
Tidak Mau
54
Baper
55
Lemparan
56
Cemburu
57
Perdebatan
58
Rebutan Diary
59
Amukan
60
Nyiksa Diri
61
Dorong Kereta
62
Tidak Ingin Pisah
63
Perdebatan
64
Mantra
65
UAS
66
Pabrik
67
Tebing
68
Pengakuan
69
Ring Tinju
70
Mata Panda Adi
71
Hp Goreng
72
Jangan Tertawa
73
Pasangan
74
Hp Baru
75
Mabuk
76
Lari
77
Yang Mulia
78
Penurun Paksa
79
Logika Rasa
80
Bintang
81
Jurang
82
Evaluasi
83
Bisa
84
Sup Panas
85
Menjenguk
86
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!