Sementara di suatu tempat Boy merasa khawatir dengan keadaan bosnya yang sampai sekarang belum kembali, Boy menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan Willy yang sampai sekarang belum menampakkan batang hidungnya.
"Kalian cari keberadaan Tuan muda! Dan ingat kalian harus berhasil, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan Tuan muda" seru Boy
"Siap bos!"
Anak buahnya mulai berpencar mencari keberadaan Willy, Boy terlihat begitu cemas, ia khawatir jika musuh-musuh Willy berhasil membongkar penyamaran Willy.
"Apa jangan-jangan rahasia Tuan muda sudah terbongkar?"
Dan setelah beberapa lamanya Boy menunggu, akhirnya ia mendapatkan kabar dari anak buahnya yang menemukan motor bebek Jaka alias Willy di pinggir jalan yang sepi, dan itu membuat Boy semakin cemas.
"Aduh Tuan muda! Mudah-mudahan saja Anda tidak apa-apa, aduhhh... ponselnya mati lagi" Boy terlihat berjalan ke sana kemari tidak jelas, dirinya masih menunggu informasi dari anak buahnya.
Sementara cuaca di luar bertambah buruk, diselingi petir yang menyambar-nyambar, sehingga membuat Eve sedikit takut, dan benar saja listrik menjadi padam akibat tiang listrik yang terkena sambaran petir.
"Pet"
"Loh kok mati" Eve mencoba meraba-raba sekitarnya, terasa sangat gelap sekali, begitu pun juga dengan Jaka yang berada di ruang tamu, Jaka yang hanya tertutup oleh selimut itu, mencoba bangkit dan berdiri, Ia tampak meraba sekitarnya mencoba mencari saklar lampu, siapa tahu saja lampunya mati biasa.
Eve berjalan hingga keluar kamarnya, netranya masih sangat gelap untuk melihat pemandangan di sekitarnya, sepertinya seluruh komplek apartemen itu lampunya padam semua.
Dan tiba-tiba saja Eve melihat sesosok bayangan besar yang tengah menghampirinya, matanya membulat dan tubuhnya gemetar.
"Oh my God! Apa itu? Apa itu monster" Eve mulai berkeringat dingin, ia berusaha tenang agar dirinya bisa mengatasi ketakutannya.
"Siapa di sana?" suara Eve terdengar oleh Jaka yang saat itu sedang memakai selimut sambil berjalan menghampiri Eve.
"Mbak Eve! Ini Jaka loh mbak e, Jaka mau nyari saklar lampunya, di mana Yo letaknya?"
Eve akhirnya bernafas dengan lega, ternyata bayangan yang terlihat menyeramkan itu adalah bayangan Jaka yang sedang mencari saklar lampu.
"Ya ampun Jaka! Lampunya mati bukan karena saklarnya, tapi karena tadi ada suara petir, kayaknya seluruh komplek apartemen mati semua deh lampunya" jawab Eve di balik kegelapan.
"Lah terus piye dong mbak, masa kita gelap-gelapan seperti ini? Opo ndak ada lilin atau apa kek!" seru Jaka
"Lilin ada di dalam laci di sampingmu, sebelahmu itu lemari, coba buka lacinya, lilinnya ada di sana!" seru Eve yang mulai samar-samar melihat bayangan Jaka yang sedang berada di samping lemari.
Jaka mulai menggerakkan tangannya meraba lemari di sampingnya dan mencoba membuka laci yang berada di bawahnya. Jaka merabanya, dan akhirnya ia menemukan beberapa lilin dalam laci itu.
"Udah dapat mbak e" seru Jaka sembari mengambil lilin-lilin itu dari dalam laci.
"Koreknya mana mbak! Biar Jaka nyalain!" pinta Jaka.
"Korek...korek...ah ini dia" balas Eve yang berhasil mengambil korek yang ia letakkan di atas meja di sampingnya.
Eve berjalan menuju Jaka yang sedang membawa lilin, sambil menyalakan korek api itu, Eve beranjak menghampiri Jaka yang berada sekitar 5 meter darinya, wajah Eve yang terkena cahaya temaram itu terlihat begitu cantik, Jaka menatap wajah Eve tajam, sehingga ia tidak sadar jika Eve sekarang berada di depannya dengan menyalakan lilin itu dengan korek api yang ia bawa. Kemudian Eve mengambil satu lilin itu dari tangan Jaka, sementara Jaka masih memegang satu lilin di tangannya, kemudian Eve meletakkan lilin itu di atas meja.
Tampaknya Jaka masih belum tersadar dari pandangannya menatap wajah Eve, sehingga ia tak menyadari jika lelehan lilin itu jatuh mengenai kulit tangannya, sontak Jaka berteriak kecil karena rasa panas dari lelehan lilin itu terasa panas dan membuyarkan lamunannya.
"Awwww"
"Jaka! Kamu kenapa?" Eve menghampiri Jaka yang tampak kesakitan dan menjatuhkan lilin itu di lantai dan padam, sontak selimut yang menutupi seluruh tubuhnya ikut terjatuh karena Jaka sibuk memegangi tangannya yang panas.
Eve memegang tangan Jaka yang terkena lelehan lilin itu, tanpa Eve sadari Jaka telah menjatuhkan selimutnya.
"Nggak apa-apa, ini cuma luka kecil, yang pasti cepat disembuhkan, sangat berbeda dengan luka di hati, yang butuh waktu lama untuk menyembuhkannya" ucapan Eve membuat Jaka memahami bahwa gadis itu sedang mengalami patah hati, pantas saja Eve menyebut nama Rafael saat Ia menganggap Jaka yang dikiranya adalah Rafael.
"Mbak Eve punya pacar bernama Rafael?"
Eve terkejut dan spontan Eve memandang Jaka, tiba-tiba saja terlihat bayangan Jaka yang sedang bertelanjang dada, Eve memperhatikan Jaka dalam cahaya temaram itu dari atas hingga bawah, mata Eve berhenti di tengah-tengah, Ia baru sadar jika Jaka tidak mengenakan pakaian sama sekali, spontan Eve menutup kedua matanya dan berkata "Jaka! Mana selimutmu?"
Sontak apa yang dikatakan Eve membuat Jaka terkejut dan segera mengambil selimutnya yang terjatuh.
Eve memalingkan wajahnya, sementara Jaka sibuk menutup tubuhnya dengan selimut.
"Hehehe...maaf mbak Eve! Jaka sudah membuat mbak Eve sakit mata, baju saya belum kering ya?" seru Jaka yang membuat Eve menghela nafasnya.
"Gimana bisa kering, listriknya padam, tuh masih di dalam mesin cuci" jawabnya.
"Lah terus piye nih Jaka? Moso Yo gini terus? gandul-gandul kayak gini terus, capek loh mbak, nggantung terus, dikiranya nggak capek apa, pusing nih kepala" ucap Jaka sambil duduk di kursinya semula, cahaya temaram dari lilin itu sedikit memberi cahaya pada ruangan yang cukup luas itu.
Eve tampak tersenyum kecil mendengar Jaka mengeluhkan keadaannya, Jaka tanpa sengaja melihat Eve yang sedang tersenyum.
"Mbk e kenapa toh nggak senyum aja! mbak Eve kalau senyum manis banget loh, tenanan iku! Jaka ora bohong mbak" seru Jaka menggoda Eve.
"Apa sih kamu! Udah berdoa saja biar listriknya nyala kembali, biar bajumu kering, terus pulang sana, entar di cari orang rumah kamu, aku nggak mau ya di tuduh macam-macam sama keluargamu, karena nyembunyiin anak perawan" celetuk Eve yang membuat Jaka terkekeh.
"Loh kok kamu malah ketawa, emang gitu kan?" sahut Eve sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Saya tuh ndak punya keluarga Mbak, kedua orang tua saya sudah nggak ada, saya datang ke kota ini untuk mengadu nasib, Syukurlah saya diterima kerja di perusahaan pak Willy, dia orangnya baik banget sama saya" seru Jaka
"Iya... beliau memang orang yang baik, eh ngomong-ngomong pak Willy udah pulang belum?" tanya Eve.
"Woooh...Ndak tahu saya Mbak, emangnya kenapa toh mbak? Mbak ada perlu sama pak Willy?" tanya Jaka penasaran.
"Nggak sih, cuma aku heran aja, apa kamu kemarin bilang sama pak Willy kalau aku sedang pingsan, soalnya kata dokter pak Willy yang menanggung semua biayanya" seru Eve menatap wajah Jaka serius.
"Emmm...ee...sa_saya...."
BERSAMBUNG
🔥🔥🔥🔥🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
harmawati fathindy
🤭🤣🤣🤣🤣
2023-12-28
0
❄️_vioolet_❄️
hp wooiii mana hp.....
2023-12-13
0
Nur Lizza
lanjutkan
2023-11-04
0