Malam panas yang dia lalui bersama pria yang dia bayar dengan harga tinggi untuk membalas sakit hatinya pada Johan kembali teringat saat itu juga. Dia memang tidak bisa melupakan kejadian malam itu karena baginya itu kenangan manis yang tidak akan pernah dia lupakan tapi dia tidak pernah berharap bertemu dengan pria satu juta dolar yang telah menghabiskan malam panas dengannya.
Tidak, dia tidak ingin bertemu lagi tapi kenapa pria itu berdiri di hadapannya saat ini? Apa pria itulah pemilik Weyland Corporation? Sepertinya uang yang dia berikan sangat berguna tapi bukan berarti dia senang bertemu dengannya lagi.
Walau Cristin tidak senang tapi Orland sangat senang melihatnya, dia meminta karyawan yang mengantar Cristin untuk pergi. Cristin belum bergeming saat karyawan yang mengantarnya melewatinya sambil tersenyum. Cristin melihatnya sejenak dan setelah itu dia melihat ke arah Orland yang sedang mendekatinya.
Apa yang harus dia lakukan? Say hallo? Sok kenal atau bagaimana? Entah kenapa dia jadi bingung sendiri.
"Apa kau mau berdiri di sana sampai besok?" pertanyaan Orland membuatnya berdehem pelan. Kenapa dia harus bingung? Mereka memang tidak saling mengenal sebelumnya. Dia bahkan tidak tahu sapa nama pria yang pernah menghabiskan malam panas dengannya itu.
"Oh, maaf. Aku Cristin Bailey yang diutus oleh Leonard Company untuk menjalin kerja sama dengan anda," Cristin menghampiri Orland dan mengulurkan tangan ke arah Orland. Dia juga tersenyum dengan manis, bagaimanapun dia harus bersikap sopan pada siapa pun orang yang sedang berdiri di hadapannya.
Orland menatapnya dengan lekat, apa Cristin lupa dengannya?
"Hm, Sir?" Cristin memanggilnya karena Orland diam saja.
"Oh, panggil aku Orland!" Orland menyambut uluran tangan Crisitin, dia rasa Cristin tidak mungkin lupa dengannya. Sepertinya wanita itu hanya pura-pura saja, dia bisa melihat ekspresi Cristin yang terkejut ketika melihatnya tadi. Entah kenapa Cristin bersikap seperti itu, dia akan mencari tahu.
Orland menggenggam tangan Cristin dengan erat sambil tersenyum. Cristin terlihat tidak nyaman, dia bahkan berusaha menarik tangannya tapi sayang Orland tidak melepaskannya. Aksi tarik menarik tangan pun terjadi di antara mereka. Cristin melotot sambil memasang wajah galak, sedangkan senyum Orland semakin lebar.
Cristin sangat ingin melemparkan proposal yang dia bawa tapi dia masih berusaha menahan diri, apa sebenarnya yang diinginkan oleh pria satu juta dolar itu? Jika pada malam itu Orland melakukan hal seperti ini sudah dia tendang bokongnya tapi sekarang dia sudah tidak berhak.
"Tuan, tolong lepaskan tanganku," pinta Cristin.
"Bagaimana jika aku tidak mau melepaskannya?" tanya Orland.
"Jangan bercanda, Tuan. Kedatanganku ke sini untuk mengajukan kerja sama dengan perusahaan ini."
"Jangan memanggil aku Tuan tapi panggil namaku."
"Maaf, aku tidak bisa!" tolak Cristin.
"Kenapa?" Orland melangkah mendekatinya tanpa melepaskan tangannya.
Mata Cristin kembali melotot, napasnya bahkan tertahan karena Orland semakin mendekat sehingga tubuh mereka berdua sudah begitu dekat. Jantungnya berdegup, dia ingin melangkah mundur tapi kakinya terasa begitu berat. Dia jadi salah tingkah sendiri, Cristin kembali berusaha menarik tangannya yang masih di genggam oleh Orland tapi sia-sia.
"A-Apa maumu?" Cristin semakin gugup.
"Apa kau tidak ingat denganku, Cristin?" Orland berbisik di telinganya dan hal itu membuat jantung Cristin hampir melompat keluar.
"Ti-Tidak," jawab Cristin sambil mengumpat dalam hati. Sial, apa maksud pria itu melakukan hal seperti itu? Sebaiknya dia bersikap tenang karena dia yakin semakin dia gugup, pria itu akan semakin sengaja menggodanya.
"Benarkah?" Orland memandanginya dengan lekat.
"Maaf, aku tidak tahu siapa anda. Banyak pria yang aku kenal, tidak mungkin aku mengingat mereka satu persatu, bukan?" kini Cristin memberanikan diri menatap Orland.
"Oh, ya? Aku rasa kau tidak lupa malam yang sudah kita lewati, bukan?"
"Hm, aku tidak ingat!" Cristin masih pura-pura tapi wajahnya sedikit merona.
"Benarkah?" Orland kembali menanyakan pertanyaan itu.
"Aku tidak tahu, sungguh. Banyak kejadian yang aku alami akhir-akhir ini, aku sudah melupakan beberapa hal," dusta Cristin seraya melirik ke samping.
Orland memandanginya dengan penuh selidik, jangan katakan Cristin lupa ingatan karena itu tidak mungkin. Melihat mata Cristin dan ekspresi wajahnya, dia sangat yakin jika Cristin sedang berbohong. Sebaiknya dia tidak memaksa, dia punya banyak cara untuk mendekati Cristin.
"Baiklah Nona Bailey, sepertinya aku yang salah orang," Orland melepaskan tangan Cristin dan melangkah mundur.
Cristin memegangi dadanya dan terlihat lega karena Orland sudah melepaskan dirinya. Orland bahkan melangkah pergi, dia berpura-pura salah orang.
"Aku minta maaf, Nona. Aku kira kau wanita yang aku kenal," ucap Orland tapi dia masih terlihat tersenyum.
"Tidak apa-apa, memang banyak yang salah paham saat melihatku," Cristin pura-pura merapikan bajunya bahkan mengkibas-kibaskan tangannya yang terasa kebas akibat di genggam oleh Orland.
"Aku sungguh tidak bermaksud," Orland juga masih pura-pura.
"Tidak perlu dibahas, sebaiknya kembali ke tujuan awal," ucap Cristin.
"kau benar, silahkan duduk, Nona," Orland mempersilahkan Cristin untuk duduk, tentunya Cristin sudah bersikap profesional karena dia tidak boleh lupa dengan tujuannya datang ke tempat itu.
Cristin duduk di hadapan Orland, walau dia merasa tidak nyaman karena mata Orland tidak lepas darinya tapi dia berusaha bersikap tenang.
"Ini proposal kerja sama yang perusahaan kami ajukan," ucap Cristin seraya memberikan proposal yang dia bawa kepada Orland.
Orland mengambil proposal itu sambil menatapnya tajam, Cristin berharap Orland segera menyetujui kerja sama itu sehingga dia tidak perlu lagi bertemu dengan pria satu juta dolar itu. Suasana hening, Orland sibuk melihat proposal, sedangkan Cristin diam saja.
Di lihat bagaimanapun pria itu sudah bangkit dari keterpurukannya dan itu hal bagus, setidaknya pria itu bisa bangkit lagi tidak seperti dirinya yang masih mengalami trauma akibat pengkhianatan yang Johan lakukan.
"Aku rasa kau harus meninggalkan proposal ini, Nona. Aku memerlukan waktu untuk mempelajari proposal ini," ucap Orland.
"Baiklah, berapa lama waktu yang kau butuhkan?" tanya Cristin.
"Wow, kau seperti tidak sabar."
"Hm, bukan begitu. Aku hanya berharap kerja sama ini segera terjalin."
"Akan aku usahakan," jawab Orland dengan santai.
"Ji-Jika begitu aku sudah boleh pergi, bukan?"
"kau terlihat begitu terburu-buru?"
"Tidak, jangan salah paham. Aku akan kembali jika ada kesalahan di proposal itu jadi hubungi aku."
"Tentu saja," Orland meletakkan proposal ke atas meja. Itu terdengar seperti undangan.
"Aku pasti akan menghubungimu nanti," ucapnya lagi.
"Jika begitu aku permisi, terima kasih untuk waktu anda Tuan," Cristin beranjak, dia sudah tidak tahan dan sangat ingin pergi dari ruangan itu. Setelah kontrak itu dia dapatkan, dia yakin mereka tidak akan bertemu kembali.
Orland hendak meminta seseorang mengantarnya tapi Cristin menolak. Dia lebih suka keluar sendiri, dia bahkan menolak saat Orland menawarkan diri untuk mengantarnya. Dia keluar dari ruangan itu dengan terburu-buru seperti sedang melarikan diri dari sesuatu dan pastinya dia melarikan diri dari Orland. Dia tidak mau bertemu dengan pria itu lagi tapi sayangnya, Orland tidak akan menyerah dan akan membuat Cristin mengingat malam panas yang telah mereka lalui berdua. Dia bahkan belum berterima kasih dan akan dia lakukan nanti setelah Cristin tidak berpura-pura lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
🍁K3yk3y🍁
heyyyyyyy
2023-03-05
0
Ney maniez
🤭🤭
2022-11-09
1
Q.M.19
cristin mungkin antara malu dan kaget
2022-10-08
1