Cristin termenung saat sedang bekerja, dia sedang berpikir bagaimana caranya mengundurkan diri karena dia berniat untuk pulang. Dia harus mencari alasan yang bagus, selama ini bosnya sangat baik. Sebab itu rasanya tidak enak hati jika dia mengundurkan diri secara tiba-tiba.
Tapi dia sudah memutuskan untuk kembali, sebaiknya dia tidak menunda karena dia sudah tidak sabar mengakhiri hubungannya dengan Johan. Tidak perlu banyak berpikir, semakin berpikir semakin dia merasa tidak enak hati pada bosnya.
Cristin beranjak, dia akan menemui bosnya dan membicarakan hal ini. Semoga saja niatnya untuk mengundurkan diri diterima oleh atasannya sehingga dia bisa segera kembali ke New York. Cristin melangkah menuju ruangan bosnya sambil tersenyum dan menyapa sahabatnya sesekali.
Entah dia akan kembali ke negara itu lagi atau tidak, dia sendiri tidak tahu apalagi dia tidak tahu Johan akan mempersulit perceraian mereka atau tidak. Dia harap perceraian mereka bisa cepat selesai tapi jika mengingat perkataan Johan terakhir kali, dia rasa tidak akan mudah.
Untuk saat ini tidak perlu dipikirkan dulu, akan dia pikirkan setelah dia kembali ke New York nanti. Jika memang tidak mau menceraikannya maka dengan terpaksa dia harus mengambil jalur hukum. Seharusnya dia merekam aksi Johan saat sedang bercinta dengan kekasihnya, seharusnya dia melakukan hal itu sehingga dia punya bukti tapi memang saat itu dia tidak membawa ponsel dan dia juga tidak menyangka akan melihat percintaan suaminya sendiri.
Hati Cristin berdenyut sakit saat mengingat pengkhianatan yang dilakukan oleh Johan pada malam itu. Sekeras apa pun dia berusaha melupakan kejadian malam itu tapi kejadian itu selalu menghantuinya. Sedih, kecewa selalu dia rasakan karena Johan pria yang dia cintai dengan tulus selama bertahun-tahun.
Cristin menghela napas\, sial. Dia benci ini\, dia benci mengingat baj*ngan itu. Benar yang kakaknya katakan\, sepertinya dia harus membuka hati untuk melupakan baj*ngan seperti Johan. Selama ini dia bagaikan orang yang terpuruk dengan keadaan\, sedangkan Johan mungkin sedang menikmati hidupnya dengan kekasihnya.
Langkah Cristin terhenti di depan ruangan bosnya, Cristin berusaha tersenyum, pintu pun diketuk dengan pelan. Suara seorang wanita terdengar, itu adalah suara bosnya. Pintu ruangan dibuka, Cristin tersenyum saat melihat bosnya.
"Oh, Cristin. Kebetulan kau datang, aku baru saja ingin memintamu untuk menemuiku," ucap bosnya.
"Ada apa, Mam? Apa aku membuat sebuah kesalahan?" tanya Cristin basa basi.
"Tidak, kemarilah. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
Cristin mengangguk dan duduk di hadapan bosnya. Entah apa yang hendak dibicarakan oleh bosnya, dia akan mendengarkan sebentar dan setelah itu dia akan mengutarakan niatnya yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan itu.
"Cristin, aku dengar kau dari New York?" tanya bosnya.
"Yes, Mam," Cristin merasa sedikit heran dengan pertanyaan bosnya.
"Bagus, ini benar-benar kebetulan," ucap si bos sambil tersenyum.
"Maksudnya?" Cristin semakin tidak mengerti.
"Dengarkan, aku mendapat tawaran kerja sama dari sebuah perusahaan yang sedang naik daun di New York tapi karena aku tidak punya waktu untuk menemui pemilik perusahaan itu untuk mengajukan proposal kerja sama jadi aku pikir tidak ada salahnya mengutusmu ke New York apalagi kau berasal dari sana," jelas bosnya.
"Tapi, Mam. Aku?"
"Cristin, ini kesempatan untukmu. Aku percaya kau bisa mendapatkan kerja sama itu dan memajukan perusahaan ini," sela bosnya.
"Terima kasih atas kesempatan ini, Mam. Tapi sesungguhnya aku ingin mengajukan pengunduran diriku karena aku ingin kembali ke New York untuk menyelesaikan masalah pribadiku," ucap Cristin.
"Oh, tidak. Kenapa kau tiba-tiba ingin mengundurkan diri?" bosnya terlihat kecewa.
"Maafkan aku karena mendadak," Cristin jadi tidak enak hati. Bosnya terlihat kecewa, wanita itu bersandar di kursi sambil berpikir. Bagaimanapun dia harus mendapatkan kerja sama ini karena sangat berarti bagi perusahaannya.
"Begini saja, Mam. Aku akan berusaha mendapatkan kerja sama ini untuk perusahaan selama aku berada di New York walau aku sudah tidak terikat dengan perusahaan, bagaimana?" usul Cristin.
"Maksudmu?" si bos menatapnya dengan lekat.
"Aku kembali untuk menyelesaikan masalah pribadiku tapi sebagai tanggung jawabku karena aku mengundurkan diri secara mendadak maka aku akan membantu untuk mendapatkan kerja sama itu untuk perusahaan. Aku akan berusaha dan berjanji tidak akan mengecewakan," ucap Cristin.
Bosnya terlihat masih berpikir, ide Cristin tidak buruk. Di kantor itu kandidat yang paling bagus memang Cristin, sebab itu dia memilih Cristin dan mengutusnya ke New York tapi dia sungguh tidak menyangka Cristin justru ingin mengundurkan diri.
"Percayalah padaku, Mam. Aku berjanji akan mendapatkan kerja sama itu untukmu," ucap Cristin menyakinkan.
"Baiklah, memang bukan ide yang buruk tapi aku tidak menerima pengunduran dirimu begitu saja," ucap bosnya.
"What? Kenapa?" Cristin terlihat tidak mengerti.
"Jika kau benar-benar bisa mendapatkan kerja sama ini maka aku akan mengijinkan dirimu mengundur diri," ucap bosnya sambil tersenyum. Dia melakukan hal itu karena dia khawatir Cristin tidak melakukan pekerjaan itu dengan bersungguh-sungguh.
Crisitn bernapas lega, ternyata hanya itu saja maka dia bisa menyanggupinya apalagi sejak awal dia memang ingin melakukannya.
"Hanya itu saja?" tanya Cristin.
"Yes, tapi ingat, kau tidak boleh gagal!"
"Akan aku lakukan," Cristin tersenyum dengan manis.
"Aku senang mendengarnya, jika sudah berhasil aku akan mengutus seseorang untuk mengambil surat hasil kerja samanya darimu. Aku akan memberikan proposalnya nanti dan aku menaruh harapan besar padamu," ucap bosnya.
"Pasti, aku benar-benar tidak akan mengecewakan."
"Aku percaya padamu."
Cristin beranjak dan menyambut uluran tangan bosnya. Ijin untuk mengundurkan diri sudah dia dapatkan, tinggal mendapatkan surat kerja sama yang bosnya inginkan. Anggap itu sebagai tugas terakhirnya, dia pasti akan melakukannya dengan baik.
Lagi pula dia tidak memiliki kegiatan setelah kembali dan tidak mungkin berkutat hanya pada perceraiannya saja apalagi dia tidak tahu di mana Johan saat ini. Anggap saja itu sebagai kegiatan lain agar dia tidak bosan setelah dia kembali ke New York.
Cristin keluar dari ruangan bosnya, sepertinya dia harus mengucapkan perpisahan pada teman-temannya karena hari ini akan jadi hari terakhirnya bekerja di sana. Setelah Cristin keluar, gagang telepon sudah berada di tangan si bos karena dia ingin menghubungi rekan bisnis barunya yang ada di New York.
"Sir, aku setuju dengan syarat yang kau berikan dan aku sudah mengutus orang yang kau inginkan pergi ke sana untuk memberikan proposal kerja sama kita nanti," ucap si bos.
"Bagus, tapi kami tidak akan langsung menyetujui kerja sama itu begitu saja. Kami akan lihat performa karyawan yang kau utus," terdengar suara seorang pria yang berbicara dengannya.
"Pasti, sesuai dengan permintaanmu, dia tidak akan mengecewakan dirimu."
"Baiklah, Nyonya. Kita lihat bagaimana performa karyawanmu nanti."
Setelah mendapat jawaban demikian, pembicaraan selesai. Gagang telepon diletakkan, wanita yang sudah lama menjadi pemimpin perusahaan itu berharap Cristin tidak gagal karena ini kesempatan emas yang tidak boleh dia sia-siakan. Sebuah perusahaan yang sedang meroket tinggi tiba-tiba menawarkan kerja sama, ini benar-benar peluang besar apalagi perusahaannya yang tidak seberapa terpilih untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan itu.
Dia yakin Cristin tidak akan mengecewakan dan mendapatkan kerja sama yang dia inginkan apalagi dia sudah memenuhi permintaan dari pengusaha itu. Hanya menunggu performa Cristin saja nanti saat dia bertemu dengan pengusaha yang akan bekerja sama dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
🍁K3yk3y🍁
Akhirnya ketemu Orland
2023-03-04
1
Finanda Putri
asik ketemu orland
2022-11-30
1
Ney maniez
😲😲😁
2022-11-09
0