5. Terkejut

"Romi, apa sebelumnya Ibra melakukan kesalahan pada tunangannya?" tanya Abra setelah mereka mengantar Salwa. Keduanya dalam perjalanan menuju perusahaan.

"Kesalahan apa, Tuan?"

"Aku bertanya padamu! Kenapa kamu malah balik bertanya? Ini urusan atasanmu, tapi aku harus terlibat di dalamnya dan yang lebih parah, aku harus meminta maaf atas sesuatu yang tidak kuketahui. Merepotkan saja," gerutu Abra.

"Maaf, Tuan. Saya juga tidak tahu apa yang sudah terjadi. Tuan Ibra selalu melarang saya untuk ikut bersama jika sedang bersama dengan Nona Salwa."

"Sebenarnya apa kegunaanmu sebagai asisten selama ini? Semua serba tidak tahu. Percuma saja aku membawamu ke mana-mana jika kamu sendiri tidak tahu apa yang dilakukan atasanmu sebelumnya."

Abra benar-benar kesal hari ini. Dia tampil seperti orang bod*oh di depan Salwa. Saudara kembarnya benar-benar merepotkan. Dari dulu, setiap kali pria itu ada di sekitar keluarga ini, selalu dirinya yang harus bekerja keras menutupi keburukan mereka. Sekarang pun Abra tidak tahu harus berbuat apa.

"Maaf, Tuan," ucap Romi dengan pelan.

Bukan hanya Abra yang terlihat seperti orang bodoh, Romi pun demikian. Dia dituntut mempelajari semua tentang Ibra, sementara majikannya itu sebelumnya tidak mengizinkannya tahu lebih dalam tentang kehidupan atasannya.

Abra menyandarkan tubuh dan memejamkan matanya. Di luar negeri meskipun dia kesusahan dalam hal apa pun, pria itu tidak akan pernah mengeluh karena tidak ada tempat baginya melakukan hal itu. Akan tetapi, saat di sini, setiap keadaan membuatnya mengeluh dan terlihat lemah.

"Romi, kita ke club saja. Kepalaku pusing."

"Tapi, Tuan, ini masih siang."

"Apa urusannya ini siang atau malam. Kalau mereka tidak mau buka, paksa saja. Jika tidak mau juga, tutup club itu selamanya," ucap Abra dengan kesal.

"Baik, Tuan." Romi memutar laju mobil menuju sebuah club terkenal di kota ini.

Mobil sudah terparkir tepat di depan club. Namun, ponsel Abra berdering, tertera nama papanya di sana. Tentu saja hal itu membuat pria itu mengumpat karena kesenangannya diganggu. Dia hanya ingin mendinginkan otaknya sejenak, tetapi rasanya seperti tidak ada waktu.

"Halo," ucap Abra setelah digesernya tombol hijau.

"Kamu ada di mana? Bukankah pertemuan dengan Anton sudah selesai?"

"Iya, ini sedang di jalan."

"Cepatlah ke sini. Ada yang ingin kubicarakan."

"Iya, Pa." Abra memutuskan panggilan dan memijit keningnya. "Romi, kembali ke perusahaan," lanjutnya tanpa melihat ke arah asistennya.

"Hah! Sekarang, Tuan?"

"Kamu maunya kapan? Tahun depan? Kalau begitu pulanglah dan kembali tahun depan!"

"Ti—tidak, Tuan." Romi segera melajukan mobil kembali menuju perusahaan. Padahal tadi mereka sudah sampai, tetapi harus putar balik karena permintaan atasannya.

Beginilah nasib bawahan. Harus menerima dan melaksanakan apa pun perintah bos dengan baik. Jika tidak maka harus bersiap kehilangan pekerjaan. Romi sadar, andai saja dia bukan sahabat Ibra, mana mungkin bisa bekerja di perusahaan besar ini.

Tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di perusahaan. Abra segera turun, sementara Romi memarkirkan mobilnya. Setiap orang yang melewati bos perusahaan ini, selalu menunduk dan memberi salam.

Abra memasuki ruangannya. Tampak Handi sudah ada di sofa, sudah pasti sedang menunggunya.

"Ada apa, Pa?" tanya Abra begitu mendudukkan tubuhnya di sofa di seberang papanya.

"Apa kamu sudah mendapat petunjuk?"

"Belum, Pa. Belum satu hari aku bekerja, tapi Papa sudah bertanya. Bahkan Papa yang sudah satu bulan saja tidak menemukan apa pun," ujar Abra kesal.

"Itulah gunamu berada di sini. Aku harap kamu segera mendapat petunjuk dan menangkap pelakunya. Mamamu setiap hari menangis, aku tidak tega melihatnya."

Handi segera pergi setelah berkata demikian. Hati Abra terluka, memikirkan dirinya sendiri. Apa selama ini Mama dan papanya pernah memikirkan dirinya? Apa Syakila pernah menangisi kepergiannya dari rumah? Apa Handi khawatir saat dia tidak ada kabar?

Abra tertawa miris, memikirkan nasibnya yang tidak pernah diharapkan di rumah ini. Bisa saja dia tidak peduli dan kembali ke kehidupan lamanya, tetapi pria itu tidak tega melihat mamanya yang menangis dan melihat saudara kembarnya yang terbaring lemah.

Pria itu merasa kehidupan ini tidak adil untuknya. Selama ini dia selalu susah dan saudara kembarnya bahagia. Tidak adakah kebahagiaan untuknya meski sedikit saja? Abra juga ingin merasakannya juga.

Tidak mau terlarut dengan kesedihan, Abra berkutat dengan ponselnya, memeriksa pekerjaannya yang berada di luar negeri. Dia tidak lepas tangan begitu saja dengan bisnis yang dimilikinya. Pria itu sudah membangunnya dari nol, tidak akan Abra biarkan sesuatu mengguncangnya.

"Selamat siang, Pak?" sapa Sisca setelah masuk dan mengunci pintu ruangan atasannya.

"Siang," balas Abra sambil memperhatikan Sisca dengan saksama. Dia merasa aneh saat melihat wanita itu mengunci pintu dari dalam.

Sisca berjalan dengan pelan dan dibuat seer*tis mungkin untuk menggoda atasannya. Dia duduk begitu saja di pangkuan Abra membuat atasan itu cukup terkejut, tetapi pura-pura biasa saja. Pria itu ingin tahu sejauh mana yang bisa diakukannya atau memang sudah sering seperti ini dulu dengan Ibra.

"Sudah sebulan Anda tidak datang. Saya sungguh merindukan Anda."

Abra masih berdiam di tempat. Dia takut penyamarannya akan terbongkar jika melakukan dan berkata sesuatu. Sisca pun langsung saja ******* bibir pria itu dan menempelkan dadanya ke tubuh atasannya. Abra yang terbawa permainan Sisca, mulai membalas apa yang dilakukan wanita itu.

Suasana ruangan kerja semakin memanas. Sisca mulai menanggalkan pakaiannya, hal itu membuat Abra sadar dan melepaskan ciumannya. Dia memang ingin tahu sejauh mana asistennya ini bersikap, tetapi bukan berarti dia harus melakukan hubungan terlarang.

"Kenapa, Tuan. Anda ingin langsung saja? Baiklah aku akan mengambilkannya untuk Anda." Sisca berjalan ke salah satu rak buku dan alangkah terkejutnya Abra, melihat ada lemari yang terbuka di sana. Wanita itu mengambil sesuatu dan menutupnya kembali.

Ternyata yang diambil adalah alat kontrasepsi pria. Sisca menyerahkannya pada Abra dan kembali duduk di pangkuannya. Pria itu masih tidak percaya dengan apa yang dilihat, tetapi wanita itu kembali melancarkan aksinya dengan ******* bibir Abra.

Akal sehat pria itu kembali dan menyudahi kegiatan mereka. Dia perlu berpikir tentang apa yang dilakukan asistennya. Abra juga perlu menginterogasi Romi tentang kelakuan teman kerjanya itu.

"Aku masih banyak pekerjaan. Lain kali saja," tolak Abra dengan halus. Dia tidak ingin misinya gagal.

Meski kecewa, Sisca tetap menurutinya. Diambil kembali kemeja yang sudah dilempar tadi dan memakainya. Wanita itu tidak ingin kehilangan tambang emasnya jadi, dia perlu berhati-hati. Sisca bisa mendapat uang banyak dengan sekali main dengan atasannya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

nyesek eeuuy ...
sini Abra, neng gemoy peyuuuukkk .... 😍

2022-12-07

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

Handi niiiy bapak gada akhlak ...
nyebelin 😤

2022-12-07

0

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

parahhhh bner" parahhh tenyata c ibra anak yg prgauln ny bebas yh celap clup sn sni hadehhhh pntas sj d clakai org.. mungkin sj dg kslhnnny ibra ..
berbeda dg Abra yg kalem pndiem dingin sedingin es dn tdk suka sex ... kblik yh thorr pdhl abra tinggl d luar negti tpi tdk mlukn sex bebas good Abra psti salwa nnti brjodohby dg Abra dech kyny nui .. krn sm" org baik dn jdoh itu crminan diri..
smngttt thorr lnjuttttt bca mrathon hee

2022-08-18

0

lihat semua
Episodes
1 1. Menjadi orang lain
2 2. Pergi ke perusahaan
3 3. Pertemuan
4 4. Apa ini karma?
5 5. Terkejut
6 6. Rahasia Ibra
7 7. Ke rumah Salwa
8 8. Pergi berdua
9 9. Jadi diri sendiri
10 10. Di pantai
11 11. Apa tujuanmu?
12 12. Siapa namamu?
13 13. Di apartemen Ibra
14 14. Jauhi Salwa
15 15. Datang ke perusahaan
16 16. Liona
17 17. Undangan pesta
18 18. Pesta di rumah Nando
19 19. Siapa yang membawa Salwa?
20 20. Kami berbeda
21 21. Selamat tinggal
22 22. Pasrah dan ikhlas
23 23. Perkembangan Ibra
24 24. Rindu
25 25. Hamil
26 26. Hatiku terpaut padamu
27 27. Calon anak kita
28 28. Lukas
29 29. Perkembangan Ibra
30 30. Ada yang aneh
31 31. Mencari jalan keluar
32 32. Ibra sembuh
33 33. Keduanya anakku
34 34. Ke mana Salwa?
35 35. Mencari Salwa
36 36. Disekap
37 37. Kembali
38 38. Memaksa
39 39. Selamatkan anakku
40 40. Kehilangan
41 41. Tinggal di jeruji
42 42. Mengunjungi Salwa
43 43. Rencana menikah
44 44. Suami istri
45 45. Datang ke persidangan
46 46. Melarikan diri
47 47. Rencana pergi
48 48. Musuh
49 49. Di serang
50 50. Operasi
51 51. Sadar
52 52. Pengkhianat
53 53. Bertemu Papa dan Mama
54 54. Harus mengalah
55 55. Masalah
56 56. Pergi
57 57. Menanti
58 58. Kedatangan mertua
59 59. Tujuan Handi
60 60. Pengawal
61 61. Rencana
62 62. Tegar
63 63. Rumah sakit
64 64. Ingin sendiri
65 65. Kembali pulang
66 66. Jangan usir
67 67. Tidak ingin merepotkan
68 68. Rasa Cinta
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1. Menjadi orang lain
2
2. Pergi ke perusahaan
3
3. Pertemuan
4
4. Apa ini karma?
5
5. Terkejut
6
6. Rahasia Ibra
7
7. Ke rumah Salwa
8
8. Pergi berdua
9
9. Jadi diri sendiri
10
10. Di pantai
11
11. Apa tujuanmu?
12
12. Siapa namamu?
13
13. Di apartemen Ibra
14
14. Jauhi Salwa
15
15. Datang ke perusahaan
16
16. Liona
17
17. Undangan pesta
18
18. Pesta di rumah Nando
19
19. Siapa yang membawa Salwa?
20
20. Kami berbeda
21
21. Selamat tinggal
22
22. Pasrah dan ikhlas
23
23. Perkembangan Ibra
24
24. Rindu
25
25. Hamil
26
26. Hatiku terpaut padamu
27
27. Calon anak kita
28
28. Lukas
29
29. Perkembangan Ibra
30
30. Ada yang aneh
31
31. Mencari jalan keluar
32
32. Ibra sembuh
33
33. Keduanya anakku
34
34. Ke mana Salwa?
35
35. Mencari Salwa
36
36. Disekap
37
37. Kembali
38
38. Memaksa
39
39. Selamatkan anakku
40
40. Kehilangan
41
41. Tinggal di jeruji
42
42. Mengunjungi Salwa
43
43. Rencana menikah
44
44. Suami istri
45
45. Datang ke persidangan
46
46. Melarikan diri
47
47. Rencana pergi
48
48. Musuh
49
49. Di serang
50
50. Operasi
51
51. Sadar
52
52. Pengkhianat
53
53. Bertemu Papa dan Mama
54
54. Harus mengalah
55
55. Masalah
56
56. Pergi
57
57. Menanti
58
58. Kedatangan mertua
59
59. Tujuan Handi
60
60. Pengawal
61
61. Rencana
62
62. Tegar
63
63. Rumah sakit
64
64. Ingin sendiri
65
65. Kembali pulang
66
66. Jangan usir
67
67. Tidak ingin merepotkan
68
68. Rasa Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!