Beberapa waktu kemudian Hana dan Hani anak-anak Fabian pun muncul, mereka berlari menghampiri Fabian.
"PAPI...PAPI...PAPI!!" Teriak Hana dan Hani bersamaan memanggil Papinya, Fabian yang menyadari dipanggil oleh kedua anaknya kemudian merentangkan kedua tangannya. Kedua anak perempuan yang manis itupun jatuh ke pelukan Papinya.
"Anak-anak Papi, bagaimana sekolah kalian hari ini, apa kalian bisa melewatinya dengan baik?" tanya Fabian sambil menggendong si kembar.
"Tentu saja Papi, aku dan Hani dapat nilai 100 di seluruh mata pelajaran hari ini" jawab Hana antusias.
"Good girls, sebagai hadiahnya mari kita makan bersama" ajak Fabian kepada kedua anaknya.
"Kalian mau makan dimana sayang?" tanya Fabian kepada kedua anaknya.
"Hmhm... aku mau yang ada ayam kecapnya boleh Papi?" jawab Hani.
"Ok, baiklah" jawab Fabian kemudian berjalan menggendong kedua anaknya.
"Hubungi Alan katakan kita menunggunya di Lobby sekolah" perintah Fabian pada Jessica untuk menghubungi supirnya. Jessica menghubungi Alan melalui ponselnya.
Karena banyak yang menjemput siswa siswa disekolah tersebut, membuat antrian panjang di lobby sekolah. Fabian masih menggedong kedua putrinya.
"Kuat banget dia gendong dua anak sekaligus, lainlah klo udah biasa gendong anak kembar kaya gitu" batin Jessica.
Terlihat kedua putri Fabian bergelayut manja di bahu Fabian. Hingga pandangan salah satu putri Fabian mengarah pada Jessica.
"Papi, tante itu siapa?" tanya Hana sambil menunjuk Jessica.
"Dia yang akan menjemput kalian besok menggantikan Tante Rika" jawab Fabian tanpa menoleh pada Jessica.
"Memang Tante Rika kemana pih?" tanya Hani.
"Tante Rika cuti melahirkan dede bayi" jawab Fabian.
"Ohhh" jawab kedua putri Fabian.
"Kalau tante itu namanya siapa pih?" tanya Hani.
"Jessica" jawab Fabian singkat.
Tak lama mobil pun datang dihadapan mereka. Fabian dan kedua anaknya duduk dikursi belakang sedang Jessica duduk di kursi depan bersama Alan.
"Hai, kak Alan akhirnya aku duduk disini juga, ngerasain juga yang dirasain mbak Sisil dag dig dug saat duduk disebelah kamu" ujar Jessica pelan saat menggunakan sabuk pengaman namun masih bisa didengar Fabian.
"Benarkah Sisil berkata begitu?" tanya Alan dengan senyum mengembang dibibirnya.
"Manis banget si senyumnya kak Alan pantas mbak Sisil klepek-klepek" goda Jessica pada Alan. Membuat Alan tersenyum malu.
"Bisakah kalian diam dan jangan bermesraan di mobilku! Kalian tidak lihat dibelakang sini ada anak dibawah umur yang memperhatikan kalian sejak tadi." ucap Fabian menghentikan percakapan kedua orang didepannya. Fabian merasa cemburu melihat Jessica tersenyum begitu menawan menggoda Alan.
"Papi kenapa marah-marah, kami tidak merasa kebrisikan dan lagi mereka hanya ngobrol tidak bermesraan. tidak seperti Papi dan Tante Riana" ucap Hana polos.
"Ok baiklah, maafkan papi sayang, sudah marah-marah dihadapan kalian karena mereka berdua, Maafkan Papi ya anak- anak papi yang cantik dan menggemaskan" ucap Fabian mencubit kedua pipi Hana dan juga Hani bergantian.
Mobil Fabian pun berhenti disalah satu restoran di dekat Nusantara tempat bimbingan belajar kedua anaknya. Mereka memasuki restoran tersebut, Alan juga ikut masuk kedalam restoran, terlihat restoran yang ramai karena memang waktunya jam makan siang. Ketika sudah masuk didalam restoran Alan memisahkan dirinya sendiri. Alan tidak bergabung makan siang bersama.
"Kemana kak Alan?" gumam Jessica pelan namun masi dapat didengar Fabian.
"Dia tidak akan makan siang satu meja bersama kita" ucap Fabian.
"Ohh.. begitu" jawab Jessica singkat.
Fabian memesan menu makan siang untuk mereka makan bersama. Jika ada kesempatan makan bersama Fabian, Jessica tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih menu oleh Fabian. Hal itu biasa dilakukan Fabian tanpa alasan. Jessica hanya mengikuti saja apa yang di pesan Fabian. Dia akan memakan makanan yang dipesan Fabian. Menurutnya namanya juga ditraktir ya harus terima aja apa yang dihidangkan untuknya tanpa harus banyak mengeluh ataupun menuntut.
Beberapa menit kemudian makanan pun telah siap tersaji di hadapan mereka. Jessica membantu kembar mengambil lauk pauk yang mereka inginkan.
"Makanlah perlahan jangan terburu-buru nanti kamu tersedak" ucap Jessica dengan suara yang begitu lembut kepada Hana yang terlihat makan begitu cepat.
"Tante, bisakah potongkan ayam kecap ini untukku" pinta Hani dengan nada manja.
"Tentu sayang, sini tante potongkan" ucap Jessica kemudian tangannya dengan trampil memotongkan ayam kecap untuk Hani.
"Kenapa kamu tidak memakan kulitnya sayang? Apa kamu tidak menyukainya?" tanya Jessica pada Hani.
"Iya tante, aku tidak menyukai kulit ayamnya tante" jawab Hani dengan mulut yang terisi penuh makanan.
"Baiklah kalau begitu, habiskan daging ayamnya saja ya" pinta Jessica sambil mengelus rambut panjang Hani penuh kasih sayang.
Setelah melihat kedua anak Fabian telah memakan makanannya tanpa kesulitan, Jessica baru menyendokkan nasi kedalam piringnya. Ia memakan makanan yang ada dihadapannya. Ketika sudah selesai makan Jessica dengan telaten membersihkan kedua mulut anak Fabian yang terlihat sedikit berantakan, namanya juga anak-anak makannya pasti belepotan ya kan?.
"Ok sudah bersih" ucap Jessica diakhiri dengan senyuman manis kepada kedua anak Bossnya itu.
"Ayo anak-anak, Papi akan mengantarkan kalian ke Nusantara" ajak Fabian pada kedua anaknya.
"Bawakan kedua tas anakku!!"pinta Fabian pada Jessica dengan nada bicara yang sombong dan angkuh tanpa kata tolong. Jessica tidak menjawab tapi dia langsung mengerjakan perintah Fabian saja.
"Semangat Jessica ingat kamu ini cuma jongosnya bukan bidadarinya. Semangat!!" batin Jesica menyemangati dirinya sendiri.
Fabian dan Jessica mengantar kedua anak Fabian ke Nusantara dengan berjalan kaki sesuai keinginan kedua putrinya, karena letak bimbingan belajar anaknya itu berada di depan lestoran tempat mereka makan tadi. Fabian berjalan dengan menggandeng kedua putrinya. Terlihat kedua putrinya nampak bahagia. Bisa berjalan bersama Papinya.
"Aduh ini berat banget si tasnya anak kelas dua SD bawannya kok udah seberat ini sih. Kalah nih beban hidup gue sama ini tas. Mana bawa dua tas sekaligus coba, pasti puas banget nih si Om duda ngerjain gue. Untung gue suka sama lu om coba kalo nggak? Udah gue lempar ini tas ke kepala si Om Duda. Hadduh mana cuaca panas banget tengah hari bolong jalan kaki ampun deh haus banget ini kaya ada di Gurun Sahara. Ampun kejam banget si Om." keluh batin Jessica sambil berjalan tertatih-tatih membawa kedua tas anak Fabian.
Fabian yang melihat Jessica terlihat tertinggal jauh pun berhenti menunggu Jessica. Ketika jarak mereka sudah hampir dekat.
Fabian bertanya pada Jessica " Berat ya?" Jessica menjawab dengan menganggukkan kepalanya berharap Fabian mau membantunya namun sayangnya tidak.
"Jadi perempuan jangan manja baru bawa tas begitu saja sudah mengeluh, tadi kamu sudah makan gratis bukan, sekarang waktunya kamu untuk bekerja, gunakan energi kamu itu untuk bekerja bukan untuk cuap-cuap tanpa faedah apalagi mengumpatiku didalam hati busuk mu itu" ucap Fabian ketus kemudian berjalan kembali bersama putrinya.
"Pak boss, jahat sekali mulutmu. Kalau tidak suka padaku jangan seperti ini. Maafkan aku yang terlalu mengagumimu dan terlalu berharap padamu. Aku menyesal bicara keinginanku padamu tadi jika jadinya seperti ini." ucap Jessica tanpa terasa ia pun meneteskan bulir bening dari mata. Tanpa Jessica sadari ada sesosok pria yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Hati pria itu begitu sendu melihat wanita yang ia cintai melalui hari yang begitu berat.
Fabian mengantar anak-anaknya hingga kedepan kelas bimbingan mereka. Sedang Jessica duduk diruang tunggu bersama orang tua siswa siswi bimbingan belajar lainnya.
Jessica melihat Fabian seperti mencari kursi kosong pun berdiri mempersilahkan Fabian duduk dikursi tempatnya duduk.
"Duduk disini pak" ucap Jessica mempersilahkan Fabian untuk duduk dikursinya. Fabian pun duduk dikursi yang diberikan Jessica.
Setelah melihat Fabian sudah duduk. Jessica pun melangkah pergi meninggalkan Fabian. Ia keluar hendak mencari warung, ia ingin membeli air mineral karena merasa tenggorokannya mulai kering karena berjalan tadi.
"Kamu butuh ini?" seseorang pria menyodorkan sebotol mineral kehadapannya. Arah mata Jessica pun tertuju pada orang yang memberikannya minum padanya.
"Diego" Jessica menyebut nama Diego setelah melihat wajah seseorang yang memberikan dia sebotol minuman.
"Hmm... ambillah! Aku tau kamu sangat haus" pinta Diego.
"Aku tak butuh air minum dari mu" ucap Jessica ketus.
"Airnya tidak salah Jess, hanya orangnya yang bersalah pada mu hmmm... Ambillah!!!" Diego terus menyodorkan air mineral ditangannya. Terus memaksa Jessica menerimanya hingga akhirnya Jessica mengambilnya kemudian meminumnya hingga habis karena ia sudah sangat merasa haus.
"Kamu tidak meracuni ku kan?" tanya Jessica penuh rasa curiga setelah menenggak minuman yang diberikan Diego hingga habis itu.
"Kamu sudah meminumnya bukan? Apa kamu merasakan sesuatu? tidakkan? Aku tak sejahat itu pada wanita yang aku cintai Jess," ucap Diego memandang Jessica tulus dan penuh cinta.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka, mengepalkan kedua jemarinya hingga kuku-kukunya menancap ke telapak tangannya. Ada rasa tak terima Jessica dekat dengan seorang Pria. Terlebih pria itu terlihat menatap Jessica penuh rasa cinta. Ya seseorang itu adalah Fabian
"J E S S I C A!!!" Teriak Fabian memanggil nama Jessica, Membuat mereka berdua terkejut. Arah pandangan mereka berdua mengarah pada Fabian. Fabian berjalan menghampiri mereka berjalan penuh emosi, kemudian menarik tangan Jessica dengan kasar.
"Apa yang kamu lakukan disini? Begini cara mu bekerja? Dimana rasa tanggung jawab mu?" ucap Fabian diliputi rasa amarah karena kecemburuannya pada Diego yang menurutnya hanya orang asing.
"Ma...maaf pak tadi saya keluar mau cari air minum karena saya haus setelah kelelahan berjalan tadi" jawab Jessica terbata menjelaskan pada Fabian.
"Haus katamu, tenggorokanmu yang haus atau dirimu yang haus akan cinta? sampai-sampai kamu lebih memilih berduaan disini dan meninggalkan kewajibanmu, meninggalkan saya sendiri didalam tanpa izin terlebih dahulu. Rupanya kamu sudah gatel ingin bertemu dengan dia" ucap Fabian masih dengan emosinya. Kata-kata Fabian sungguh melukai hati Jessica. Diego hanya diam melihat kemarahan Fabian. Ia merasa Fabian sedang cemburu kepada Jessica karena kehadirannya. Jika Fabian hanya menganggap Jessica bawahan maka tak akan ia semarah ini.
“Sepertinya kau menyukai kekasih ku Tuan” batin Diego.
"Ma...maaf kan saya pak" hanya kata maaf yang bisa Jessica ucapkan karena lidahnya yang kelu dan dadanya yang sesak karena mendengar kata-kata menyakitkan dari mulut Fabian barusan.
"Ikut saya!!" Fabian berjalan dengan menarik tangan Jessica dengan kasar dan mencenkram kuat meninggalkan Diego. Jessica seperti berjalan terseret-seret karena tak bisa mengimbangi langkah kaki Fabian. Genggaman Fabian yang sangat kencang dipergelangan tangannya hingga membuat Jessica meringis kesakitan. Diego tak melakukan apa-apa karena dia tau jika ia membela Jessica hanya akan memperkeruh suasana.
"Sakit pak... Lepas!" pinta Jessica pada Fabian namun Fabian tidak bergeming. Ketika menemukan bangku kosong di dekat parkiran di bawah pohon rindang. Fabian melepaskan tangan Jessica seperti melemparnya ke kursi hingga ia jatuh tersungkur dibangku itu.
"Au.. sakit" jerit Jessica.
"Sakit kata mu? Manja sekali kamu, saya kira kamu wanita yang kuat ternyata kamu sama saja, hanya wanita lemah yang mengobral cinta demi uang dan hidup enak. Pantas saja kamu dislingkuhi mantan kekasihmu, tidak ada sesuatu yang menarik dalam diri kamu, dasar wanita lemah" ucap Fabian tanpa memperdulikan rasa sakit yang Jessica alami karena perbuatannya ditambah lagi kata-kata pedas yang ia lontarkan.
"Siapa Pria tadi? Kelihatannya dia anak orang kaya. Apa dia mangsa mu selanjutnya? Setelah saya menolakmu mentah-mentah tadi, gerak cepat sekali kamu ya, ingin cepat jadi Cinderella rupanya. Hanya laki-laki bodoh yang mau dengan wanita murahan ceroboh dan brisik seperti kamu." ucap Fabian menuduh dan mengumpati Jessica tanpa memperdulikan perasaannya.
Jessica hanya diam menyimak perkataan Fabian yang menghina dirinya sejak tadi. Dia menatap nanar pergelangan tangannya yang memerah karena ulah Fabian. Ia hanya bisa meneteskan air mata kesedihan.
"Cengeng sekali kamu, begini saja sudah menangis" ucap Fabian mengumpati Jessica ketika melihat Jessica menangis.
"Hapus air mata palsumu itu, saya tidak akan iba dengan air matamu itu, cepat hapus air matamu karena sebentar lagi orang tua saya akan datang, jangan membuat orang tua saya menganggap saya boss yang kejam pada karyawannya" pinta Fabian ketika ia masih melihat Jessica tengah menangis tanpa suara. Jessica langsung menghapus air mata yang membasahi pipinya sesuai perintah Fabian dan memasang wajah datarnya.
Suara dering handphone milik Fabian berbunyi. Fabian mengambil Handphonenya disaku celana kemudian menerima panggilan teleponnya itu.
"Aku di bawah pohon rindang dekat parkiran Ded, Deddy dimana?"ucap Fabian dengan lawan bicaranya di ujung telepon.
----------------------------- Suara diseberang sana yang tidak terdengar oleh Jessica.
"Ok baiklah, aku menunggumu disini Ded" ucap Fabian mengakhiri panggilan teleponnya kemudian melirik tajam kearah Jessica.
"Deddy saya akan segera kesini, bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa!" ucap Fabian pada Jessica. Jessica hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Fabian menunggu kedatangan Deddynya dengan duduk disamping Jessica. Ia kembali melirik kepergelangan tangan Jessica yang nampak merah memar karena perbuatannya.
Jessica nampak terus mengelus-elus pergelangan tangannya. Sejujurnya Fabian sedikit merasa bersalah ingin rasanya ia meminta maaf karena sudah keterlaluan kepada Jessica namun rasa gengsi yang terlalu tinggi membuatnya mengurungkan niatnya itu .
"Maafkan karena telah berbuat kasar padamu,aku tidak suka kamu berdekatan dengan pria lain" ucap batin Fabian yang merasa bersalah.
"Fabian" sapa seorang Pria berusia 65 tahun yang masi napak gagah dan energic. Ia melambaikan tangan dari kejauhan. Ia berjalan bersama istri tercintanya menghampiri Fabian dan juga Jessica.
"Ded" sahut Fabian.
"Disini kau rupanya, deddy mencarimu diruang tunggu tapi tidak ada ternyata kamu mojok disini dengan seorang gadis” ucap Bagas Deddy Fabian.
"Di ruang tunggu sangat penuh sesak ded, aku saja sampai tidak dapat kursi, makanya aku kemari" ucap Fabian menimpali Bagas.
"Ohhh... begitu rupanya, semoga ini bukan alasanmu saja Son" ucap Bagas pada anaknya sambil menepuk-nepuk pundaknya.
" Kamu tidak ingin memperkenalkan dia pada kami nak?" tanya Suci mami Fabian pada anaknya.
"Oh iya , deddy mami ini Jessica karyawan ku, dia akan menggantikan Rika sementara waktu" terang Fabian kepada kedua orang tuanya.
"Siapa tadi namamu nak?" ucap Suci pada Jessica.
"Jessica nyonya" jawab Jessica kemudian Jessica mencium tangan kedua orang tua Fabian. Suci memperhatikan Jessica dari atas sampai bawah. Wajah Jessica sangat familiar baginya.
"Wajahmu sangat familiar bagiku nak, apakah kamu punya hubungan dengan Dewi Abraham?" tanya Suci penasaran.
Wajah Jessica sama persis dengan wajah sahabatnya Dewi dimasa muda seperti duplikatnya saja. Tanpa izin dari Jessica Suci mengambil foto Jessica diam-diam dengan handphone genggamnya. kemudian mengirim foto tersebut ke Dewi Abraham sahabatnya.
"Foto copianmu dizaman sekarang" tulis pesan Suci pada Dewi.
Setelah bertemu dan mengenalkan Jessica dengan kedua orang tuanya, Fabian pun pamit undur diri untuk kembali ke kantor bersama Jessica.
Sejak kejadian tadi Jessica maupun Fabian hanya diam membisu, tidak seperti biasanya mereka selalu berdebat, ada saja yang diperdebatkan seakan tidak ada habisnya. Sesampainya dikantor tepatnya didalam lift saat mereka hanya berdua saja.
"Hari ini aku lembur, kamu tau itu artinya apa?" ucap Fabian memecahkan keheningan.
"Tahu pak" Jawab Jessica singkat dengan wajah yang tertunduk.
"Bagus kalau begitu, jangan lupa buatkan saya kopi, jangan mencampur apapun diminuman saya atau kamu akan tau sendiri akibatnya" ucap Fabian menuduh Jessia kemudian memberikan ancaman pada Jessica.
Jessica pergi membuatkan kopi lalu mengantarnya keruangan Fabian. Tidak seperti biasanya. Kali ini Fabian minta Jessica meletakkan kopi dimeja kerjanya. Sebelum Jessica ingin meletakkan kopi buatannya, Fabian malah menyuruh Jessica mecicipi kopi yang ia buat terlebih dahulu.
"Cicipi kopi yang kau buat itu dihadapanku" pinta Fabian. Jessica yang moodnya sedang rusak. Dia hanya menuruti kemauan Fabian karena dia malas ribut dengan bosnya itu. Setelah menyeruput kopi itu Fabian mengamati Jessica, dia melihat tidak ada reaksi apa - apa pada Jessica. Akhirnya dia meminta Jessica meletakkan kopinya di atas meja kerjanya kemudian menyuruh Jessica keluar dari ruang kerjanya.
Pengalaman Fabian dengan karyawan waniata yang terobsesi padanya membuatnya harus berhati-hati.
"Saya buatkan yang baru ya pak, ini bekas saya" ucap Jessica.
"Tidak usah, biar yang ini saja" tolak Fabian.
"Tapi ini bekas saya pak" ucap Jessica.
"Biarkan saja bekas itu lebih baik untuk saat ini, kalau kamu buat kopi yang baru lagi saya akan tetap meminta kamu untuk mencicipi kopi buatan kamu lagi, ini saya lakukan supaya saya tahu, apa kamu mencampur minuman saya dengan sianida atau obat perangsang " tuduh Fabian.
"Ya Tuhan tega sekali bapak berprasangka seperti itu pada saya" ucap Jessica sedih.
"Saya hanya berjaga-jaga dari orang yang terobsesi pada saya seperti kamu" ucap Fabian sambil membuka berkas-kas di atas mejanya.
"Jika bapak takut berlebihan seperti itu, dan mencurigai saya, bapak sebaiknya pecat saja saya, supaya bapak merasa aman, bukankah begitu lebih baik" pinta Jessica.
"Saya tidak akan memecat kamu secepat itu, bukannya kamu sudah manandatangani surat kontrak kerja kamu, kamu cuma perlu selesaikan kontrak kerja kamu disini lalu get out dari perusahaan saya" ucap Fabian dengan nada dingin.
"Baiklah kalau itu mau bapak, terimakasih atas kemurahan hati bapak kepada saya, permisi" ucap Jessica kemudian meninggalkan ruangan Fabian.
"Tunggu, ambil ini" Fabian mengentikan langkah Jessica yang hendak keluar dari ruangannya. Fabian menyodorkan Kartu ATM kepada Jessica dan Jessica pun menerimanya.
"Pergunakan ini untuk kebutuhan kedua putriku juga kebutuhanmu selama kamu menjalani tugas tambahan dari saya" ucap Fabian dengan pandangan meremehkan Jessica.
“Pasti kau senang bukan di berikan kartu ATM itu, dasar wanita murahan!” batin Fabian menatap rrendah diri Jessica.
"Baik Pak" Jessica berbicara dengan menundukkan wajahnya kemudian keluar dari ruangan Fabian.
Sesak sekali dada Jessica menelan kalimat Fabian yang amat sangat menyakitkan dari mulut Fabian, ingin ia menangis namun ia urungkan. Dia tidak mau permasalahan yang menimpanya menjadi konsumsi orang kantor. Dan selalu menutupi kepedihannya dengan keceriaan yang palsu.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
ayo kess buktikan pd fabian kl.km.g lemah
2023-07-20
0
🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
kasar banget omonganmu fabian👈
2023-07-20
0
🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
sdh habis bru tanya😪
2023-07-20
0