Anak-anak yang manis

Beberapa waktu kemudian Hana dan Hani anak-anak  Fabian pun muncul, mereka berlari menghampiri  Fabian.

"PAPI...PAPI...PAPI!!" Teriak Hana dan Hani bersamaan memanggil Papinya, Fabian yang menyadari dipanggil oleh kedua anaknya kemudian merentangkan kedua tangannya. Kedua anak perempuan yang manis itupun jatuh ke pelukan Papinya.

"Anak-anak Papi, bagaimana sekolah kalian hari ini, apa kalian bisa melewatinya dengan baik?" tanya Fabian sambil menggendong si kembar.

"Tentu saja Papi, aku dan Hani dapat nilai 100 di seluruh mata pelajaran hari ini"  jawab Hana antusias.

"Good girls, sebagai hadiahnya mari kita makan bersama" ajak Fabian kepada kedua anaknya.

"Kalian mau makan dimana sayang?" tanya Fabian kepada kedua anaknya.

"Hmhm... aku mau yang ada ayam kecapnya boleh Papi?" jawab Hani.

"Ok, baiklah" jawab Fabian kemudian berjalan menggendong kedua anaknya.

"Hubungi Alan katakan kita menunggunya di Lobby sekolah" perintah Fabian pada Jessica untuk menghubungi supirnya. Jessica menghubungi Alan melalui ponselnya.

Karena banyak yang menjemput siswa siswa disekolah tersebut, membuat antrian panjang di lobby sekolah. Fabian masih menggedong kedua putrinya.

"Kuat banget dia gendong dua anak sekaligus, lainlah klo udah biasa gendong anak kembar kaya gitu" batin Jessica.

Terlihat kedua putri Fabian bergelayut manja di bahu Fabian. Hingga pandangan salah satu putri Fabian mengarah pada Jessica.

"Papi, tante itu siapa?"  tanya Hana sambil menunjuk Jessica.

"Dia yang akan menjemput kalian besok menggantikan Tante Rika" jawab Fabian tanpa menoleh pada Jessica.

"Memang Tante Rika kemana pih?" tanya Hani.

"Tante Rika cuti melahirkan dede bayi"  jawab Fabian.

"Ohhh"  jawab kedua putri Fabian.

"Kalau tante itu namanya siapa pih?" tanya Hani.

"Jessica"  jawab Fabian singkat.

Tak lama mobil pun datang dihadapan mereka. Fabian dan kedua anaknya duduk dikursi belakang sedang Jessica duduk di kursi depan bersama Alan.

"Hai, kak Alan akhirnya aku duduk disini juga, ngerasain juga yang dirasain mbak Sisil dag dig dug saat duduk disebelah kamu" ujar Jessica pelan saat menggunakan sabuk pengaman namun masih bisa didengar Fabian.

"Benarkah Sisil berkata begitu?" tanya Alan dengan senyum mengembang dibibirnya.

"Manis banget si senyumnya kak Alan pantas mbak Sisil klepek-klepek" goda Jessica pada Alan. Membuat Alan tersenyum malu.

"Bisakah kalian diam dan jangan bermesraan di mobilku! Kalian tidak lihat dibelakang sini ada anak dibawah umur yang memperhatikan kalian sejak tadi." ucap Fabian menghentikan percakapan kedua orang didepannya. Fabian merasa cemburu melihat Jessica tersenyum begitu menawan  menggoda Alan.

"Papi kenapa marah-marah, kami tidak merasa kebrisikan dan lagi mereka hanya ngobrol tidak bermesraan. tidak seperti Papi dan Tante Riana" ucap Hana polos.

"Ok baiklah, maafkan papi sayang, sudah marah-marah dihadapan kalian karena mereka berdua, Maafkan Papi ya anak- anak papi yang cantik dan menggemaskan" ucap Fabian mencubit kedua pipi Hana dan juga Hani bergantian.

Mobil Fabian pun berhenti disalah satu restoran di dekat Nusantara tempat bimbingan belajar kedua anaknya. Mereka memasuki restoran tersebut, Alan juga ikut masuk kedalam restoran, terlihat restoran yang ramai karena memang waktunya jam makan siang.  Ketika sudah masuk didalam restoran Alan memisahkan dirinya sendiri. Alan tidak bergabung makan siang bersama.

"Kemana kak Alan?" gumam Jessica pelan namun masi dapat didengar Fabian.

"Dia tidak akan makan siang satu meja bersama kita" ucap Fabian.

"Ohh.. begitu"  jawab Jessica singkat.

Fabian memesan menu makan siang untuk mereka makan bersama. Jika ada kesempatan makan bersama Fabian, Jessica tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih menu oleh Fabian. Hal itu biasa dilakukan Fabian tanpa alasan. Jessica hanya mengikuti saja apa yang di pesan Fabian. Dia akan memakan makanan yang dipesan Fabian. Menurutnya namanya juga ditraktir ya harus terima aja apa yang dihidangkan untuknya tanpa harus banyak mengeluh ataupun menuntut.

Beberapa menit kemudian makanan pun telah siap tersaji di hadapan mereka. Jessica membantu kembar mengambil lauk pauk yang mereka inginkan.

"Makanlah perlahan jangan terburu-buru nanti kamu tersedak" ucap Jessica dengan suara yang begitu lembut kepada Hana yang terlihat makan begitu cepat.

"Tante, bisakah potongkan ayam kecap ini untukku"  pinta Hani dengan nada manja.

"Tentu sayang, sini tante potongkan" ucap Jessica kemudian tangannya dengan trampil memotongkan ayam kecap untuk Hani.

"Kenapa kamu tidak memakan kulitnya sayang? Apa kamu tidak menyukainya?" tanya Jessica pada Hani.

"Iya tante, aku tidak menyukai kulit ayamnya tante" jawab Hani dengan mulut yang terisi penuh makanan.

"Baiklah kalau begitu, habiskan daging ayamnya saja ya" pinta Jessica sambil mengelus rambut panjang Hani penuh kasih sayang.

Setelah melihat kedua anak Fabian telah memakan makanannya tanpa kesulitan, Jessica baru menyendokkan nasi kedalam piringnya. Ia memakan makanan yang ada dihadapannya. Ketika sudah selesai makan Jessica dengan telaten membersihkan kedua mulut anak Fabian yang terlihat sedikit berantakan, namanya juga anak-anak makannya pasti belepotan ya kan?.

"Ok sudah bersih" ucap Jessica diakhiri dengan senyuman manis kepada kedua anak Bossnya itu.

"Ayo anak-anak, Papi akan mengantarkan kalian ke Nusantara"  ajak Fabian pada kedua anaknya.

"Bawakan kedua tas anakku!!"pinta Fabian pada Jessica dengan nada bicara yang sombong dan angkuh tanpa kata tolong. Jessica tidak menjawab tapi dia langsung mengerjakan perintah Fabian saja.

"Semangat Jessica ingat kamu ini cuma jongosnya bukan bidadarinya. Semangat!!" batin Jesica menyemangati dirinya sendiri.

Fabian dan Jessica mengantar kedua anak Fabian ke Nusantara dengan berjalan kaki sesuai keinginan kedua putrinya, karena letak bimbingan belajar anaknya itu berada di depan lestoran tempat mereka makan tadi. Fabian berjalan dengan menggandeng kedua putrinya. Terlihat kedua putrinya nampak bahagia. Bisa berjalan bersama Papinya.

"Aduh ini berat banget si tasnya anak kelas dua SD bawannya kok udah seberat ini sih. Kalah nih beban hidup gue sama ini tas. Mana bawa dua tas sekaligus coba, pasti puas banget nih si Om duda ngerjain gue. Untung gue suka sama lu om coba kalo nggak? Udah gue lempar ini tas ke kepala si Om Duda. Hadduh mana cuaca panas banget tengah hari bolong jalan kaki ampun deh haus banget ini kaya ada di Gurun Sahara. Ampun kejam banget si Om." keluh batin Jessica sambil berjalan tertatih-tatih membawa kedua tas anak Fabian.

Fabian yang melihat Jessica terlihat tertinggal jauh pun berhenti menunggu Jessica. Ketika jarak mereka sudah hampir dekat.

Fabian bertanya pada Jessica " Berat ya?" Jessica menjawab dengan menganggukkan kepalanya berharap Fabian mau membantunya namun sayangnya tidak.

"Jadi perempuan jangan manja baru bawa tas begitu saja sudah mengeluh, tadi kamu sudah makan gratis bukan, sekarang waktunya kamu untuk bekerja, gunakan energi kamu itu untuk bekerja bukan untuk cuap-cuap tanpa faedah apalagi mengumpatiku didalam hati busuk mu itu" ucap Fabian ketus kemudian berjalan kembali bersama putrinya.

"Pak boss, jahat sekali mulutmu. Kalau tidak suka padaku jangan seperti ini. Maafkan aku yang terlalu mengagumimu dan terlalu berharap padamu. Aku menyesal bicara keinginanku padamu tadi jika jadinya seperti ini." ucap Jessica tanpa terasa ia pun meneteskan bulir bening dari mata. Tanpa Jessica sadari ada sesosok pria yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Hati pria itu begitu sendu melihat wanita yang ia cintai melalui hari yang begitu berat.

Fabian mengantar anak-anaknya hingga kedepan kelas bimbingan mereka. Sedang Jessica duduk diruang tunggu bersama orang tua siswa siswi bimbingan belajar lainnya.

Jessica melihat Fabian seperti mencari kursi kosong pun berdiri mempersilahkan Fabian duduk dikursi tempatnya duduk.

"Duduk disini pak" ucap Jessica mempersilahkan Fabian untuk duduk dikursinya. Fabian pun duduk dikursi yang diberikan Jessica.

Setelah melihat Fabian sudah duduk. Jessica pun melangkah pergi meninggalkan Fabian. Ia keluar hendak mencari warung, ia ingin membeli air mineral karena merasa tenggorokannya mulai kering karena berjalan tadi.

"Kamu butuh ini?" seseorang pria menyodorkan sebotol mineral kehadapannya. Arah mata Jessica pun tertuju pada orang yang memberikannya minum padanya.

"Diego" Jessica menyebut nama Diego setelah melihat wajah seseorang yang memberikan dia sebotol minuman.

"Hmm... ambillah! Aku tau kamu sangat haus" pinta Diego.

"Aku tak butuh air  minum dari mu" ucap Jessica ketus.

"Airnya tidak salah Jess, hanya orangnya yang bersalah pada mu hmmm... Ambillah!!!" Diego terus menyodorkan air mineral ditangannya. Terus memaksa Jessica menerimanya hingga akhirnya Jessica mengambilnya kemudian meminumnya hingga habis karena ia sudah sangat merasa haus.

"Kamu tidak meracuni ku kan?" tanya Jessica penuh rasa curiga setelah menenggak minuman yang diberikan Diego hingga habis itu.

"Kamu sudah meminumnya bukan? Apa kamu merasakan sesuatu? tidakkan? Aku tak sejahat itu pada wanita yang aku cintai Jess," ucap Diego memandang Jessica tulus dan penuh cinta.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka, mengepalkan kedua jemarinya hingga kuku-kukunya menancap ke telapak tangannya. Ada rasa tak terima Jessica dekat dengan seorang Pria. Terlebih pria itu terlihat menatap Jessica penuh rasa cinta. Ya seseorang itu adalah Fabian

"J E S S I C A!!!" Teriak Fabian memanggil nama Jessica, Membuat mereka berdua terkejut. Arah pandangan mereka berdua mengarah pada Fabian. Fabian berjalan menghampiri mereka berjalan penuh emosi, kemudian menarik tangan Jessica dengan kasar.

"Apa yang kamu lakukan disini? Begini cara mu bekerja? Dimana rasa tanggung jawab mu?" ucap Fabian diliputi rasa amarah karena kecemburuannya pada Diego yang menurutnya hanya orang asing.

"Ma...maaf pak tadi saya keluar mau cari air minum karena saya haus setelah kelelahan berjalan tadi" jawab Jessica terbata menjelaskan pada Fabian.

"Haus katamu, tenggorokanmu yang haus atau dirimu yang haus akan cinta? sampai-sampai kamu lebih memilih berduaan disini dan meninggalkan kewajibanmu, meninggalkan saya sendiri didalam tanpa izin terlebih dahulu. Rupanya kamu sudah gatel ingin bertemu dengan dia" ucap Fabian masih dengan emosinya. Kata-kata Fabian sungguh melukai hati Jessica. Diego hanya diam melihat kemarahan Fabian. Ia merasa Fabian sedang cemburu kepada Jessica karena kehadirannya. Jika Fabian hanya menganggap Jessica bawahan maka tak akan ia semarah ini.

“Sepertinya kau menyukai kekasih ku Tuan” batin Diego.

"Ma...maaf kan saya pak" hanya kata maaf yang bisa Jessica ucapkan karena lidahnya yang kelu dan dadanya yang sesak karena mendengar kata-kata menyakitkan dari mulut Fabian barusan.

"Ikut saya!!" Fabian berjalan dengan menarik tangan Jessica dengan kasar dan mencenkram kuat meninggalkan Diego. Jessica seperti berjalan terseret-seret karena tak bisa mengimbangi langkah kaki Fabian. Genggaman Fabian  yang sangat kencang dipergelangan tangannya hingga membuat Jessica meringis kesakitan. Diego tak melakukan apa-apa karena dia tau jika ia membela Jessica hanya akan memperkeruh suasana.

"Sakit pak... Lepas!" pinta Jessica pada Fabian namun Fabian tidak bergeming. Ketika menemukan bangku kosong di dekat parkiran di bawah pohon rindang. Fabian melepaskan tangan Jessica seperti melemparnya ke kursi hingga ia jatuh tersungkur dibangku itu.

"Au.. sakit" jerit Jessica.

"Sakit kata mu? Manja sekali kamu, saya kira kamu wanita yang kuat ternyata kamu sama saja, hanya wanita lemah yang mengobral cinta demi uang dan hidup enak. Pantas saja kamu dislingkuhi mantan kekasihmu, tidak ada sesuatu yang menarik dalam diri kamu, dasar wanita lemah" ucap Fabian tanpa memperdulikan rasa sakit yang Jessica alami karena perbuatannya ditambah lagi kata-kata pedas yang ia lontarkan.

"Siapa Pria tadi? Kelihatannya dia anak orang kaya. Apa dia mangsa mu selanjutnya? Setelah saya menolakmu mentah-mentah tadi, gerak cepat sekali kamu ya, ingin cepat jadi Cinderella rupanya. Hanya laki-laki bodoh yang mau dengan wanita murahan  ceroboh dan brisik seperti kamu." ucap Fabian menuduh dan mengumpati Jessica tanpa memperdulikan perasaannya.

Jessica hanya diam menyimak perkataan Fabian yang menghina dirinya sejak tadi. Dia menatap nanar pergelangan tangannya yang memerah karena ulah Fabian. Ia hanya bisa meneteskan air mata kesedihan.

"Cengeng sekali kamu, begini saja sudah menangis" ucap Fabian mengumpati Jessica ketika melihat Jessica menangis.

"Hapus air mata palsumu itu, saya tidak akan iba dengan air matamu itu, cepat hapus air matamu karena sebentar lagi orang tua saya akan datang, jangan membuat orang tua saya menganggap saya boss yang kejam pada karyawannya" pinta Fabian ketika ia masih melihat Jessica tengah menangis tanpa suara. Jessica langsung menghapus air mata yang membasahi pipinya sesuai perintah Fabian dan memasang wajah datarnya.

Suara dering handphone milik Fabian berbunyi. Fabian mengambil Handphonenya disaku celana kemudian menerima panggilan teleponnya itu.

"Aku di bawah pohon rindang dekat parkiran Ded, Deddy dimana?"ucap Fabian dengan lawan bicaranya di ujung telepon.

----------------------------- Suara diseberang sana yang tidak terdengar oleh Jessica.

"Ok baiklah, aku menunggumu disini Ded" ucap Fabian mengakhiri panggilan teleponnya kemudian melirik tajam kearah Jessica.

"Deddy saya akan segera kesini, bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa!" ucap Fabian pada Jessica. Jessica hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Fabian menunggu kedatangan Deddynya dengan duduk disamping Jessica. Ia kembali melirik kepergelangan tangan Jessica yang nampak merah memar karena perbuatannya.

Jessica nampak terus mengelus-elus pergelangan tangannya. Sejujurnya Fabian sedikit merasa bersalah ingin rasanya ia meminta maaf karena sudah keterlaluan kepada Jessica namun rasa gengsi yang terlalu tinggi membuatnya mengurungkan niatnya itu .

"Maafkan karena telah berbuat kasar padamu,aku tidak suka kamu berdekatan dengan pria lain" ucap batin Fabian yang merasa bersalah.

"Fabian" sapa seorang Pria berusia 65 tahun yang masi napak gagah dan energic. Ia melambaikan tangan dari kejauhan. Ia berjalan bersama istri tercintanya menghampiri Fabian dan juga Jessica.

"Ded" sahut Fabian.

"Disini kau rupanya, deddy mencarimu diruang tunggu tapi tidak ada ternyata kamu mojok disini dengan seorang gadis” ucap Bagas Deddy Fabian.

"Di ruang tunggu sangat penuh sesak ded, aku saja sampai tidak dapat kursi, makanya aku kemari" ucap Fabian menimpali Bagas.

"Ohhh... begitu rupanya, semoga ini bukan alasanmu saja Son" ucap Bagas pada anaknya sambil menepuk-nepuk pundaknya.

" Kamu tidak ingin memperkenalkan dia pada kami nak?" tanya Suci mami Fabian pada anaknya.

"Oh iya , deddy mami ini Jessica karyawan ku, dia akan menggantikan Rika sementara waktu" terang Fabian kepada kedua orang tuanya.

"Siapa tadi namamu nak?" ucap Suci pada Jessica.

"Jessica nyonya" jawab Jessica kemudian Jessica mencium tangan kedua orang tua Fabian. Suci memperhatikan Jessica dari atas sampai bawah. Wajah Jessica sangat familiar baginya.

"Wajahmu sangat familiar bagiku nak, apakah kamu punya hubungan dengan Dewi Abraham?" tanya Suci penasaran.

Wajah Jessica sama persis dengan wajah sahabatnya Dewi dimasa muda seperti duplikatnya saja. Tanpa izin dari Jessica Suci mengambil foto Jessica diam-diam dengan handphone genggamnya. kemudian mengirim foto tersebut ke Dewi Abraham sahabatnya.

"Foto copianmu dizaman sekarang"  tulis pesan Suci pada Dewi.

Setelah bertemu dan mengenalkan Jessica dengan kedua orang tuanya, Fabian pun pamit undur diri untuk kembali ke kantor bersama Jessica.

Sejak kejadian tadi Jessica maupun Fabian hanya diam membisu, tidak seperti biasanya mereka selalu berdebat, ada saja yang diperdebatkan seakan tidak ada habisnya. Sesampainya dikantor tepatnya didalam lift saat mereka hanya berdua saja.

"Hari ini aku lembur, kamu tau itu artinya apa?" ucap Fabian memecahkan keheningan.

"Tahu pak" Jawab Jessica singkat dengan wajah yang tertunduk.

"Bagus kalau begitu, jangan lupa buatkan saya kopi, jangan mencampur apapun diminuman saya atau kamu akan tau sendiri akibatnya"  ucap Fabian menuduh Jessia kemudian memberikan ancaman pada Jessica.

Jessica pergi membuatkan kopi lalu mengantarnya keruangan Fabian. Tidak seperti biasanya. Kali ini Fabian minta Jessica meletakkan kopi dimeja kerjanya. Sebelum Jessica ingin meletakkan kopi buatannya, Fabian malah menyuruh Jessica mecicipi kopi yang ia buat terlebih dahulu.

"Cicipi kopi yang kau buat itu dihadapanku"  pinta Fabian. Jessica yang moodnya sedang rusak. Dia hanya menuruti kemauan Fabian karena dia malas ribut dengan bosnya itu. Setelah menyeruput kopi itu Fabian mengamati Jessica, dia melihat tidak ada reaksi apa - apa pada Jessica. Akhirnya dia meminta Jessica meletakkan kopinya di atas meja kerjanya kemudian menyuruh Jessica keluar dari ruang kerjanya.

Pengalaman Fabian dengan karyawan waniata yang terobsesi padanya membuatnya harus berhati-hati.

"Saya buatkan yang baru ya pak, ini bekas saya" ucap Jessica.

"Tidak usah, biar yang ini saja" tolak Fabian.

"Tapi ini bekas saya pak" ucap Jessica.

"Biarkan saja bekas itu lebih baik untuk saat ini, kalau kamu buat kopi yang baru lagi saya akan tetap meminta kamu untuk mencicipi kopi buatan kamu lagi, ini saya lakukan supaya saya tahu, apa kamu mencampur minuman saya dengan sianida atau obat perangsang " tuduh Fabian.

"Ya Tuhan tega sekali bapak berprasangka seperti itu pada saya" ucap Jessica sedih.

"Saya hanya berjaga-jaga dari orang yang terobsesi pada saya seperti kamu" ucap Fabian sambil membuka berkas-kas di atas mejanya.

"Jika bapak takut berlebihan seperti itu, dan mencurigai saya, bapak sebaiknya pecat saja saya, supaya bapak merasa aman, bukankah begitu lebih baik" pinta Jessica.

"Saya tidak akan memecat kamu secepat itu, bukannya kamu sudah manandatangani surat kontrak kerja kamu, kamu cuma perlu selesaikan kontrak kerja kamu disini lalu get out dari perusahaan saya" ucap Fabian dengan nada dingin.

"Baiklah kalau itu mau bapak, terimakasih atas kemurahan hati bapak kepada saya, permisi"  ucap Jessica kemudian meninggalkan ruangan Fabian.

"Tunggu, ambil ini" Fabian mengentikan langkah Jessica yang hendak keluar dari ruangannya. Fabian menyodorkan Kartu ATM kepada Jessica dan Jessica pun menerimanya.

"Pergunakan ini untuk kebutuhan kedua putriku juga kebutuhanmu selama kamu menjalani tugas tambahan dari saya" ucap Fabian dengan pandangan meremehkan Jessica.

“Pasti kau senang bukan di berikan kartu ATM itu, dasar wanita murahan!” batin Fabian menatap rrendah diri Jessica.

"Baik Pak" Jessica berbicara dengan menundukkan wajahnya  kemudian keluar dari ruangan Fabian.

Sesak sekali dada Jessica menelan kalimat Fabian yang amat sangat menyakitkan dari mulut Fabian, ingin ia menangis namun ia urungkan. Dia tidak mau permasalahan yang menimpanya menjadi konsumsi orang kantor. Dan selalu menutupi kepedihannya dengan keceriaan yang palsu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah🙏😊

Terpopuler

Comments

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

ayo kess buktikan pd fabian kl.km.g lemah

2023-07-20

0

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

kasar banget omonganmu fabian👈

2023-07-20

0

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

sdh habis bru tanya😪

2023-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan
2 Mengacuhkan mu
3 Perusahaan Nagaswara
4 Bab4
5 Lollipop
6 Anak-anak yang manis
7 Dia Cucuku
8 Menghilang
9 Perusahaan Batara Grup
10 Rasa Sakit yang Kau Torehkan
11 Andre dan Abang Leon
12 Maafkan Aku
13 Satu alasan karenamu
14 Mendapatkan Izin
15 Diego
16 Kedatangan Keluarga Diego
17 Menghadapi mu
18 Menjemput
19 Tak sengaja bertemu
20 Rumah Jessica
21 Kabar yang tak enak didengar
22 Kembalinya Tom and Jerry
23 Akhirnya tau apa itu Lollipop
24 Pentas Seni 1
25 Pentas Seni 2 (penampilan Jessica)
26 Pentas Seni 3 ( Penampilan Diego)
27 Tak bisa menahan emosi
28 Apartemen
29 Tidur bersama mu
30 Pagi yang indah untuk Andre
31 Kediaman Fabian 1 ( Interogasi Suci)
32 Kediaman Fabian 2
33 Menikahlah denganku
34 Ke Boutique
35 Siapa Jessica sebenarnya
36 Rencana Ana
37 Rencana Fabian
38 Cinta yang bertepuk sebelah tangan
39 Tak bisa di akhiri
40 Claudia Boutique part 1
41 Claudia Boutique part 2
42 Claudia Boutique part 3
43 Claudia Boutique part 4
44 Aku mencintaiMu
45 Perpisahan dan Harga Diri
46 Nasehat Endah
47 Panggilan yang manis
48 Makan bersama
49 Perkelahian
50 Ancaman Andre
51 Teguran Ayah
52 Tertidur
53 Berubah
54 Kedatangan Rania
55 Kedatangan Andre
56 Menjelaskan
57 Fabian dan Rania
58 Mengobati Jessica
59 Makan Malam
60 Kehancuran Rania 1
61 Kehancuran Rania 2
62 Sarapan bersama
63 Meminta Izin
64 Kedatangan Suci
65 Sambutan hangat Ayumi
66 Masakkan calon mertua
67 Bersiap ke pesta
68 Pertemuan pertama Leon dan Abraham
69 Melamar Anna
70 Pembalasan
71 Tertidur di mobil
72 Curiga
73 I Love You
74 Tindakan Suci
75 Berhasil masuk
76 Akibat menentang
77 Sebuah Syarat
78 Rumah Sakit
79 Jangan Pergi
80 Bayi Tua
81 Sekongkol
82 Bowo oh Bowo
83 Berbelanja
84 Kembali ke Kampus
85 Jumat Berkah untuk Lina
86 Angela dan Buah Pepaya.
87 Sebuah Usaha
88 Aku Ini Hanya Sebuah Luka
89 Kegalauan Fabian
90 Memilih untuk pergi
91 Bangkai yang terendus
92 Pulang
93 Akhirnya kita bertemu
94 Kedatangan Abraham
95 Nico
96 Bertempur dengan pekerjaan sebelum menikah
97 Perjalanan menuju Kota D
98 Mengorbankan dirimu
99 Jessica adalah hiburan
100 Akhirnya SAH
101 Sungkeman
102 Membawamu pulang
103 Siang Pertama
104 Cynthia
105 Margaret
106 Kenyataan yang terungkap
107 Keputusan Fabian
108 Menggodamu
109 Memergoki Rania
110 Rujuk kembali
111 Andre Ngambek
112 Tak berhasil
113 Payah
114 Mirip
115 Bandara
116 Melani ditemukan
117 Tertembak
118 Jimmy menyatakan Cinta
119 Alat balas dendam
120 Tertusuk
121 Koma
122 Menemui Ferry
123 Kartu Bimsalabim dan Kecebong
124 Fabian merespon
125 Paris tiga pasangan
126 keterkejutan
127 Positif Hamil dan Penjelasan Adam
128 Memaksa Andre
129 Margaret meminta pertolongan Jimmy
130 Akhir perjalanan Rania
131 Sepakat berjuang bersama
132 Memberitahu Lestari
133 Tak sabar
134 Leon menggombal
135 Bertemu ibu
136 Seorang Jimmy
137 Menerima mu
138 Makan malam bersama
139 Tawaran menikah
140 Jimmy dan Endah sah
141 Bertemu Ferry
142 Bertemu Ferry 2
143 Ke galauan para suami
144 Menculik istri dari pelukan sang Ibu
145 Unboxing
146 Hati Nico mulai tak baik-baik saja
147 Konferensi Pers Abraham
148 Tanggapan Konferensi Pers
149 Dua minggu kemudian
150 Kembali masuk kampus
151 Dosen baru yang mengejutkan
152 Cara Endah menghempas lalat
153 Sensasi baru yang Endah rasakan
154 Panggilan baru untuk Andre
155 Tak sengaja bertemu Lina dan Sisil
156 Kedatangan Margareth
157 Saling terbuka
158 Rencana Kembali
159 Mendapat perlakuan dingin
160 Terlalu percaya diri
161 Cynthia menghubungi Suci
162 Kedatangan Alan
163 Memberikan kepercayaan
164 Menjenguk Fabian
165 Menceritakan awal pertemuan
166 Akhirnya sadar
167 Cynthia salah Paham
168 Kesinisan Endah
169 Endah Vs Cynthia part 1
170 Tiga wanita satu server
171 Kekompakan
172 Saling khawatir
173 Siapa aku dan dirimu
174 Ditinggal kembali
175 Rujak dan Endah
176 Dia bukan Cucu ku
177 Melani Mendatangi Ferry
178 Hamil bayi kembar
179 Aku ini anakmu
180 kedatangan Berry ke Mansion Abraham
181 di Rumah Sakit Central Kusuma
182 Merasa Hancur
183 Bantuan Dokter Hadi
184 Cynthia kembali pada Melani
185 Nasehat Brata
186 Terusir
187 Perjuangan Nico 1
188 Tidur di luar
189 Di maafkan
190 Ketegasan Andre
191 Fabian adalah Monster
192 Cynthia menemui Fabian
193 Rujakan
194 Dipecat
195 pertengkaran
196 Pertemuan Cynthia dan Diego
197 Kebahagiaan Palsu
198 Fabian kembali ke kota D
199 Tak ingin jauh darimu
200 Ikut bekerja
201 Borni
202 Acara lamaran
203 Kehancuran Diego
204 Terbongkar
205 Kecelakaan disengaja
206 Ditinggalkan bukan Meninggalkan
207 Jimmy 1
208 Jimmy 2
209 Jimmy 3
210 Jimmy 4
211 Firasat tak enak berjamaah
212 Dibiarkan di culik
213 Kembali ke kota D
214 Cynthia vs Endah
215 Alasan Suci
216 30 menit sebelum
217 Berbagi Tugas
218 Pasangan Devils
219 Andre terluka
220 Akhir dari Diego
221 Lestari yang bertanya
222 Pulang
223 Clara Hamil
224 Sama-sama hamil kembar
225 Bertemu Clara
226 Melanjutkan permainan yang tertunda
227 Ingin pergi
228 Endah dan Fabian
229 Pertemuan
230 Jessica bicara
231 Berbahagialah
232 Hadirnya Pelakor
233 Siapa wanita itu
234 Kiara
235 Hapus dia
236 Mengetahuinya
237 Akhirnya menyatakan cinta
238 Kelanjutan Cerita
239 Pengumuman
240 Bukan Wanita Pilihan
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Pengenalan
2
Mengacuhkan mu
3
Perusahaan Nagaswara
4
Bab4
5
Lollipop
6
Anak-anak yang manis
7
Dia Cucuku
8
Menghilang
9
Perusahaan Batara Grup
10
Rasa Sakit yang Kau Torehkan
11
Andre dan Abang Leon
12
Maafkan Aku
13
Satu alasan karenamu
14
Mendapatkan Izin
15
Diego
16
Kedatangan Keluarga Diego
17
Menghadapi mu
18
Menjemput
19
Tak sengaja bertemu
20
Rumah Jessica
21
Kabar yang tak enak didengar
22
Kembalinya Tom and Jerry
23
Akhirnya tau apa itu Lollipop
24
Pentas Seni 1
25
Pentas Seni 2 (penampilan Jessica)
26
Pentas Seni 3 ( Penampilan Diego)
27
Tak bisa menahan emosi
28
Apartemen
29
Tidur bersama mu
30
Pagi yang indah untuk Andre
31
Kediaman Fabian 1 ( Interogasi Suci)
32
Kediaman Fabian 2
33
Menikahlah denganku
34
Ke Boutique
35
Siapa Jessica sebenarnya
36
Rencana Ana
37
Rencana Fabian
38
Cinta yang bertepuk sebelah tangan
39
Tak bisa di akhiri
40
Claudia Boutique part 1
41
Claudia Boutique part 2
42
Claudia Boutique part 3
43
Claudia Boutique part 4
44
Aku mencintaiMu
45
Perpisahan dan Harga Diri
46
Nasehat Endah
47
Panggilan yang manis
48
Makan bersama
49
Perkelahian
50
Ancaman Andre
51
Teguran Ayah
52
Tertidur
53
Berubah
54
Kedatangan Rania
55
Kedatangan Andre
56
Menjelaskan
57
Fabian dan Rania
58
Mengobati Jessica
59
Makan Malam
60
Kehancuran Rania 1
61
Kehancuran Rania 2
62
Sarapan bersama
63
Meminta Izin
64
Kedatangan Suci
65
Sambutan hangat Ayumi
66
Masakkan calon mertua
67
Bersiap ke pesta
68
Pertemuan pertama Leon dan Abraham
69
Melamar Anna
70
Pembalasan
71
Tertidur di mobil
72
Curiga
73
I Love You
74
Tindakan Suci
75
Berhasil masuk
76
Akibat menentang
77
Sebuah Syarat
78
Rumah Sakit
79
Jangan Pergi
80
Bayi Tua
81
Sekongkol
82
Bowo oh Bowo
83
Berbelanja
84
Kembali ke Kampus
85
Jumat Berkah untuk Lina
86
Angela dan Buah Pepaya.
87
Sebuah Usaha
88
Aku Ini Hanya Sebuah Luka
89
Kegalauan Fabian
90
Memilih untuk pergi
91
Bangkai yang terendus
92
Pulang
93
Akhirnya kita bertemu
94
Kedatangan Abraham
95
Nico
96
Bertempur dengan pekerjaan sebelum menikah
97
Perjalanan menuju Kota D
98
Mengorbankan dirimu
99
Jessica adalah hiburan
100
Akhirnya SAH
101
Sungkeman
102
Membawamu pulang
103
Siang Pertama
104
Cynthia
105
Margaret
106
Kenyataan yang terungkap
107
Keputusan Fabian
108
Menggodamu
109
Memergoki Rania
110
Rujuk kembali
111
Andre Ngambek
112
Tak berhasil
113
Payah
114
Mirip
115
Bandara
116
Melani ditemukan
117
Tertembak
118
Jimmy menyatakan Cinta
119
Alat balas dendam
120
Tertusuk
121
Koma
122
Menemui Ferry
123
Kartu Bimsalabim dan Kecebong
124
Fabian merespon
125
Paris tiga pasangan
126
keterkejutan
127
Positif Hamil dan Penjelasan Adam
128
Memaksa Andre
129
Margaret meminta pertolongan Jimmy
130
Akhir perjalanan Rania
131
Sepakat berjuang bersama
132
Memberitahu Lestari
133
Tak sabar
134
Leon menggombal
135
Bertemu ibu
136
Seorang Jimmy
137
Menerima mu
138
Makan malam bersama
139
Tawaran menikah
140
Jimmy dan Endah sah
141
Bertemu Ferry
142
Bertemu Ferry 2
143
Ke galauan para suami
144
Menculik istri dari pelukan sang Ibu
145
Unboxing
146
Hati Nico mulai tak baik-baik saja
147
Konferensi Pers Abraham
148
Tanggapan Konferensi Pers
149
Dua minggu kemudian
150
Kembali masuk kampus
151
Dosen baru yang mengejutkan
152
Cara Endah menghempas lalat
153
Sensasi baru yang Endah rasakan
154
Panggilan baru untuk Andre
155
Tak sengaja bertemu Lina dan Sisil
156
Kedatangan Margareth
157
Saling terbuka
158
Rencana Kembali
159
Mendapat perlakuan dingin
160
Terlalu percaya diri
161
Cynthia menghubungi Suci
162
Kedatangan Alan
163
Memberikan kepercayaan
164
Menjenguk Fabian
165
Menceritakan awal pertemuan
166
Akhirnya sadar
167
Cynthia salah Paham
168
Kesinisan Endah
169
Endah Vs Cynthia part 1
170
Tiga wanita satu server
171
Kekompakan
172
Saling khawatir
173
Siapa aku dan dirimu
174
Ditinggal kembali
175
Rujak dan Endah
176
Dia bukan Cucu ku
177
Melani Mendatangi Ferry
178
Hamil bayi kembar
179
Aku ini anakmu
180
kedatangan Berry ke Mansion Abraham
181
di Rumah Sakit Central Kusuma
182
Merasa Hancur
183
Bantuan Dokter Hadi
184
Cynthia kembali pada Melani
185
Nasehat Brata
186
Terusir
187
Perjuangan Nico 1
188
Tidur di luar
189
Di maafkan
190
Ketegasan Andre
191
Fabian adalah Monster
192
Cynthia menemui Fabian
193
Rujakan
194
Dipecat
195
pertengkaran
196
Pertemuan Cynthia dan Diego
197
Kebahagiaan Palsu
198
Fabian kembali ke kota D
199
Tak ingin jauh darimu
200
Ikut bekerja
201
Borni
202
Acara lamaran
203
Kehancuran Diego
204
Terbongkar
205
Kecelakaan disengaja
206
Ditinggalkan bukan Meninggalkan
207
Jimmy 1
208
Jimmy 2
209
Jimmy 3
210
Jimmy 4
211
Firasat tak enak berjamaah
212
Dibiarkan di culik
213
Kembali ke kota D
214
Cynthia vs Endah
215
Alasan Suci
216
30 menit sebelum
217
Berbagi Tugas
218
Pasangan Devils
219
Andre terluka
220
Akhir dari Diego
221
Lestari yang bertanya
222
Pulang
223
Clara Hamil
224
Sama-sama hamil kembar
225
Bertemu Clara
226
Melanjutkan permainan yang tertunda
227
Ingin pergi
228
Endah dan Fabian
229
Pertemuan
230
Jessica bicara
231
Berbahagialah
232
Hadirnya Pelakor
233
Siapa wanita itu
234
Kiara
235
Hapus dia
236
Mengetahuinya
237
Akhirnya menyatakan cinta
238
Kelanjutan Cerita
239
Pengumuman
240
Bukan Wanita Pilihan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!