Di Mana Dianaku

Setelah puas bermacet-macet ria, akhirnya Rio berhasil tiba alamat tujuan. Rio bergegas turun lalu mengetuk pintu.

"Ma-mario ...." Mela menutup saat melihat orang yang ada di balik pintu adalah Mario Richard.

Mimpi apa dia semalam, sehingga rumahnya yang kecil ini dikunjungi pria yang menjadi idaman para gadis itu. Pria yang selama ini hanya bisa Mela lihat dari majalah, maupun acara televisi bertemakan bisnis teknologi.

"Rio, ehmm ... ada perlu apa? Silakan masuk." Wajah Mela yang bersemu merah itu mengembangkan senyum terbaik.

Rio mengangguk, sembari melangkah masuk dia bertanya, "Di mana Diana?"

Dahi Mela berkerut heran, dari mana orang besar seperti Rio mengenal Diana? Apa Diana juga memiliki masalah dengan pria ini?

Namun, akal licik Mela bekerja dengan cepat. Entah baik atau buruk tujuan Rio mencari Diana, dia harus menutupi keberadaan Diana, karena saat ini Diana sedang menjadi mesin cetak uang untuknya.

"Di-diana siapa? Aku tidak mengenalnya!"

Belum sampai di sofa yang ada di ruang tamu, Rio sudah menghentikan langkah, dia menatap Mela penuh telisik.

Sorot mata Rio yang tajam itu bisa dengan mudah menilai jika lawan bicaranya tengah berbohong.

Lagi pula Laura tidak mungkin memberinya harapan palsu, ya kan?

Namun, Rio tidak tahu apa alasan Mela menyembunyikan Diana.

"Jangan sembunyikan Diana dariku! Cepat katakan di mana Diana!" seru Rio tidak sabaran.

"Ini rumahku, aku tidak mengenal Diana, dan dia tidak ada di sini!" Mela masih mengelak.

Rahang Rio mengetat, dia berpikir keras. Apa sebabnya gadis ini menyembunyikan Diana? Apakah Diana sudah mengenalinya saat insiden pemecatan di ruang meeting itu? Lalu mungkinkah Diana marah dan tidak mau menemuinya?

Ya, untuk saat ini itulah jawaban terbaik yang ada di pikiran Rio, Diana marah padanya.

Jadi jalan terbaiknya adalah dia harus segera bertemu Diana, untuk menjelaskan bahwa saat itu dia tidak bermaksud kasar. Itu kesalah-pahaman karena dia belum mengenali Diana, sebab belum melihat wajah gadis yang dimarahinya.

Tanpa meminta izin dari pemilik rumah, Rio melangkah ke kamar terdekat. Dia ingin memeriksa sendiri, di mana Diana bersembunyi.

"Hei, kau mau apa? Ini rumahku, jangan macam-macam di sini, atau aku akan lapor polisi!" Mela mencoba mencegah Rio.

Rio menghunus tatapan tajam. "Kau kenal siapa aku, bukan? Silakan lapor! Kau bahkan tidak bisa menghalangiku, jika aku ingin membakar rumah ini!"

Raut wajah Mela menjadi pucat, dia tidak berani berkata lagi, karena sadar dengan siapa dia sedang berhadapan.

Mela yang ketakutan hanya bisa pasrah saat Rio mengacak-acak setiap kamar di rumahnya. Pria itu bahkan memeriksa lemari sampai kolong tempat tidur, karena berpikir Diana sedang bersembunyi.

Dari salah satu kamar di rumah itu, Rio menemukan seorang nenek tua yang terbaring di atas tempat tidur, dan Rio mengenali nenek tersebut.

Rio duduk di tepi tempat tidur, lalu menggenggam tangan nenek tua tersebut.

"Nenek, katakan Diana ada di mana? Aku ingin meminta maaf," lirih Rio.

"Kau ini siapa, Nak?" tanya Nenek Dewi dengan suara lemah.

"Aku Rio, Nek ... aku Rio anaknya Mama Rara, apa Nenek bisa mengingatku?"

Nenek Dewi terdiam sejenak, lalu samar-samar mengingat wanita yang pernah ia inginkan menjadi menantunya tersebut.

Nenek Dewi mengangguk lemah. "Kau kah anak kecil yang sering bersama Diana dulu?"

"Iya, Nek. Itu aku ... katakan di mana Diana, Nek? Aku ingin bertemu dengannya."

"Diana sedang pergi bekerja, Nak. Dia ingin mencari uang untuk ongkos kami."

Ongkos? Ongkos ke mana? Apakah Diana memang ingin menjauhinya karena insiden pemecatan itu?

Ya Tuhan, jangan sampai gadis kecilnya itu benar-benar benci, lalu menghilang lagi dari hidupnya.

"Diana kerja apa, Nek? Kenapa kalian ingin pergi?" tanya Rio dengan sabar.

"Kami sudah tidak sanggup lagi hidup menderita bersama ibu tiri Diana, dia sangat kejam pada kami berdua," isak Nenek Dewi.

Rio sedikit bernapas lega, tenyata bukan disebabkan Diana membencinya.

Namun, mengingat Diana baru beberapa hari ia pecat, dan kerja malam-malam begini, membuat perasaaan Rio kembali tidak tenang.

"Diana kerja apa, Nek?" Rio mengulang pertanyaan yang sama.

"Nenek tidak tahu, temannya itu yang memberi Diana pekerjaan."

Rio menoleh ke belakang. Kerja malam-malam seperti ini, ditambah tadi Mela membohonginya, membuat Rio yakin ada yang tidak beres dengan semua ini.

Rio beranjak turun dari ranjang.

Wajah Mela semakin pucat saat Rio mendekatinya, terlebih ketika melihat ekspresi di wajah Rio yang mengerikan, membuat suasana di kamar itu terasa mencekam.

Rio bertanya dengan suara dingin, sembari menatap Mela dengan sorot mata membunuh, "Katakan, pekerjaan apa yang kau beri pada Dianaku?"

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Putri Nunggal

Putri Nunggal

si mela emang harus diancam biar jera dia

2022-10-21

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

iiih bohong lagi, awas kau bakal kena imbas kemarahan rio

2022-10-21

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

waw bikin panas suasana karna takut

2022-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!