Teman Penipu

"Bukannya itu dia ya?" gumam Laura pada diri sendiri, ketika melihat seorang wanita berjalan keluar dari apotek.

Meski hanya pernah melihat wajah Diana dari pas photo, Laura sangat yakin wanita yang dilihatnya saat ini adalah Diana.

Laura yang pada saat itu dalam perjalanan pulang kerja, perlahan mengikutinya hingga wanita tersebut memasuki sebuah rumah.

"Ternyata dia tinggal di sini. Sukurlah, Rio pasti senang mengetahui kabar ini," gumam Laura lagi.

Dia mengambil photo rumah yang ditempati Diana, lalu mengirimkan beserta alamatnya pada Rio.

Setelah itu Laura melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

Sebenarnya Laura ingin menemui Diana secara langsung, tapi dikarenakan mereka belum saling mengenal, Laura pun merasa sungkan, dan mengurungkan niatnya.

Di apartemennya, Rio baru saja selesai mandi. Saat memeriksa ponsel, dia menemukan chat dari Laura.

Betapa senangnya Rio saat membaca isi chat tersebut. Bergegas dia mengenakan pakaian, lalu meluncur menuju alamat yang dikirimkan Laura.

"Akhirnya Dayen, akhirnya aku bisa menemukanmu," gumam Rio penuh semangat.

Rio pun melajukan mobilnya secepat yang ia bisa. Namun, bukan Jakarta namanya jika jam-jam sore menjelang malam seperti ini tidak macet parah. Dan hal ini pun membuat Rio beberapa kali mengumpat kesal.

***

"Memangnya harus pakai pakaian seperti ini ya, Mel?"

"Ya, iya dong, Dian ... memang kamu mau pakaian seperti apa?"

"Tapi, Mel. Ini terlalu terbuka, aku nggak nyaman."

"Huh ...." Mela membuang napas kesal. "Kamu jangan ngaco deh, kamu sekarang ini mau jadi pemandu lagu, jadi jangan samain dong dengan pakaian yang kamu pake pas jadi office girl."

Saat ini Diana sedang didandani oleh Mela, temannya itu memberi Diana sebuah corset dress, sehingga bagian atas tubuh Diana yang padat itu terlihat menyembul sempurna.

Belum lagi bagian bawah dress yang disesain melebar, dengan ketinggian setengah jengkal di atas lutut. Sudah pasti mengundang minat tangan-tangan jahil untuk menyentuh paha mulusnya.

Jelas saja Diana sangat-sangat tidak nyaman dengan pakaian seperti ini.

"Iya, aku tahu akan pergi jadi pemandu karaoke, tapi dengan pakaian seperti ini, aku takut om-om itu malah mau yang lain-lain." Diana masih mencoba protes.

Raut wajah Mela menjadi semakin kesal. "Udah deh, Dian ... ini udah kali ke berapa kamu bahas masalah yang sama! Aku udah bilang, kamu nggak akan diapa-apain sama om-om itu, cuma nemenin nyanyi, nggak lebih. Kalau kamu masih takut ya sudah, kita cancel aja ... tapi jangan nyesal kalau Tante Amara berhasil nemuin keberadaan kamu di sini. Kamu dan Nenek Dewi pasti akan disiksa habis-habisan sama Tante Amara."

Mela menambahkan bumbu-bumbu ancaman, agar Diana takut. Sebenarnya bukan sekedar mengancam, Mela memang berniat memberitahu Amara tentang keberadaan Diana di rumahnya, jika Diana tidak bisa memberi keuntungan untuknya.

"Jangan, Mel ... jangan dicancel," cegah Diana.

Demi ongkos agar ia dan neneknya bisa berangkat pergi, agar ia bisa aman dari ancaman ibu tirinya. Diana pun membulatkan tekadnya lagi. Diana berusaha memantapkan hati untuk percaya perkataan Mela, bahwa yang ia kerjakan nanti hanya sebatas pemandu lagu.

Mela bersorak puas dalam hati, jelas barusan dia hanya menakut-nakuti Diana dengan berkata ingin mengcancel acara ini.

Ternyata memang sangat mudah mengancam seseorang yang posisinya sedang terdesak.

Akhirnya proses mendandani Diana selesai juga, dan Mela sudah memesan taksi online untuk membawa ke Mars Karaoke.

Nantinya di sana Diana akan melayani boss pemilik tempat karaoke itu.

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***