Diana bangun pagi-pagi sekali, dia memang sudah berhasil menjauh dari ibu tirinya yang jahat, tapi ini belum membuat Diana tenang sepenuhnya.
Diana sadar, selama dia masih berada di kota ini, maka posisinya akan mudah ditemukan. Untuk itu Diana ingin pergi sejauh mungkin, ke kota yang benar-benar asing, atau ke mana pun yang bisa membuatnya aman.
Sayangnya Diana tidak memiliki uang yang cukup, terlebih dia membutuhkan ongkos untuk dua orang. Semalam Diana sampai susah tidur memikirkan hal ini.
"Pagi, Mel." Diana menyapa Mela.
Teman Diana saat sekolah menengah, yang merupakan pemilik rumah tempatnya menumpang sementara.
"Sudah, bangun. Bagaimana tidurnya, nyenyak?"
"Ya, begitulah. Terimakasih, Mel ... kamu sudah berbaik hati memberiku tumpangan," tutur Diana.
"Sama-sama. Nih, kamu sarapan dulu." Mela menyodorkan roti tawar beserta selainya.
Diana menerima roti itu, lalu mulai menyantapnya.
"Sekarang rencana kamu apa?" tanya Mela.
"Aku berencana membawa nenek pergi jauh dari Jakarta, Mel. Mungkin cuma dengan cara itu kami berdua akan benar-benar aman," jawab Diana.
"Oh, begitu."
"Iya, tapi aku nggak punya uang buat ongkos. Mel, kamu punya simpanan, nggak? Aku mau pinjam dulu secukupnya aja buat ongkos, nanti setelah aku punya pekerjaan, aku janji bakal transfer uang kamu." Diana menatap temannya penuh harap.
"Aduh, Dian ... aku mana punya uang, tapi aku bisa ngasih solusi cepat buat kamu."
"Apa?"
"Jadi pemandu karaoke, cuma nemanin om-om nyanyi, kamu akan dapat bayaran yang banyak."
Diana menggeleng. "Apa nggak ada jalan lain Mel ... kamu tahu sendiri aku nggak mau ngelakuin pekerjaan kotor kayak gitu."
'Ciih ... dasar sok suci. bisa-bisanya dia masih memikirkan harga diri, harusnya sadar dikit, keadaannya sekarang seperti apa,' sinis Mela dalam hati.
Mela tahu keadaan Diana sedang terdesak, dan ia yakin sekali cepat atau lambat Diana akan menerima tawarannya.
Ini adalah kesempatan terbaik bagi Mela untuk mengeruk keuntungan dari Diana, sebelum Diana pergi meninggalkan Jakarta.
"Dian, dengar ... ini bukan pekerjaan kotor, kamu cuma nemenin om-om karaoke, goyang-goyang dikit, itu doang. Lagian menurut aku cuma ini jalan satu-satunya supaya kamu punya uang buat pergi. Sebelum posisi kamu sekarang ketahuan sama ibu tiri kamu yang iblis itu. Aku nggak maksa sih, tapi kamu pikir-pikir lagi," ujar Mela mencoba meyakinkan Diana.
Diana terdiam, jelas dia tidak ingin melakukan pekerjaan itu. Namun, di sisi lain kebutuhannya untuk ongkos juga sangat mendesak.
Diana kembali ke kamarnya, dia terus memikirkan tawaran dari Mela.
Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat, dan hari pun beranjak sore.
Diana juga baru ingat, hari ini neneknya sama sekali belum di beri obat, dan ia sama sekali tidak punya uang lagi.
Diana merasa tidak ada jalan lain, akhirnya ia pun membulatkan tekad untuk menerima tawaran dari Mela.
Diana beranjak dari kamar untuk menemui Mela. "Mel, aku mau deh jadi pemandu karaoke itu, tapi beneran cuma nemenin nyanyi kan, Mel? Om-om itu nggak bakal macam-macam, kan?"
"Kamu takut banget sih! Iya, aku jamin kamu nggak bakal diapa-apain," suntuk Mela.
"Ya sudah, aku mau kalau gitu," sahut Diana setuju, meski perasaannya tidak enak.
"Sipp, nanti malam aku akan atur jadwal ketemuan kamu sama om-om itu."
"Ehmm, Mel ... kamu punya uang dua ratus ribu nggak? Aku pinjam dulu buat beli obat nenek."
"Oh, kalau duit segitu mah ada, sebentar!" Mela beranjak ke kamarnya, untuk mengambil uang yang diperlukan Diana.
Tentu saja uang dua ratus ribu bukan masalah bagi Mela, karena dia akan mendapat ganti berlipat-lipat, dari hasil menjual Diana nanti.
Mela kembali dengan uang di tangannya, yang langsung ia serahkan pada Diana. "Nih, uangnya."
"Terimakasih ya, Mel," tutur Diana.
"Iya, sama-sama."
Diana bergegas pergi mencari apotek, membeli obat untuk neneknya.
"Diana, Diana ... polos banget sih jadi orang, mana ada om-om yang habis karaoke nggak pengen ngamar. Tapi kamu tenang, aku ini nggak serakah seperti ibu tiri kamu, nanti hasil kerja kamu kita bagi dua. Ya, anggap aja itu sebagai biaya kamu selama nginap di rumah aku," sinis Mela sembari menatap punggung Diana yang semakin menjauh.
Sementara itu Diana yang tidak tahu rencana jahat Mela merasa lega, ia bersukur masih bisa membeli obat untuk neneknya.
Setelah mendapatkan obat yang dibutuhkan, Diana pun kembali ke rumah Mela. Diana tidak sadar ada mobil yang membuntutinya, sejak dari apotek tadi.
Mobil itu terus mengikuti Diana sampai ia masuk ke rumah, sebelum pergi begitu saja.
Bersambung.
Salam hangat @Poel_Story27
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Putri Nunggal
mobil ? anak buahnya rio atau aiden ?
2022-10-21
0
Putri Nunggal
ada lagi siluman rubah berwajah manusia
2022-10-21
0
Putri Nunggal
ternyata menggangap teman nya cuman di muka saja dalam hati punya rencana jahat
2022-10-21
0