Diana mematut diri di depan cermin, dia memejamkan mata, dan helaan napas berat pun terdengar keluar dari mulutnya.
Ini yang ke sekian kalinya Diana harus mempersiapkan hati untuk mengahadapi nasib buruk.
Diana bukan berpasrah pada keadaan, dia tahu ibu tirinya adalah orang yang akan mengeruk keuntungan paling banyak dari rencana pernikahannya ini.
Hanya saja ada satu hal yang Diana harapkan, dia ingin neneknya mendapatkan pengobatan terbaik, dan menjadi sembuh seutuhnya. Tidak peduli jika dirinya sendiri tidak akan mengenal kata bahagia sepanjang hidupnya.
"Ayo cepat Diana ... Tuan Jhoni sudah menunggu di luar, dia sudah tidak sabar ingin melihatmu!" seru Amara, ibu tiri Diana ini menyusul ke kamar.
Amara tampak kesal, sudah lebih setengah jam Diana mengurung diri dengan alasan berhias di kamar, tapi belum selesai-selesai juga.
"Iya, Mama ... ini Dian sudah mau selesai," sahut Diana lirih.
"Sudah, tidak perlu dilanjutkan lagi, begitu saja sudah cantik kok. Tuan Jhoni pasti akan tergila-gila padamu. Sekarang ayo keluar sama mama," desak Amara.
Diana meringis dalam hati, kejam sekali dunia ini, dia bahkan tidak diberi waktu untuk sekedar menguatkan diri.
Akhirnya Diana keluar bersama Amara. Tuan Jhoni sudah menunggu sekitar satu jam di ruang tamu. Tidak ada sofa di sini, lantainya yang terbuat semen pun sudah retak di mana-mana, dan hanya dilapisi tikar yang sudah lusuh.
Saking mirisnya keadaan di rumah ini, Tuan Jhoni bahkan tidak mau duduk, pria yang ingin memperistri Diana itu terus berdiri sepanjang penantiannya.
Mungkin dia takut ada kuman yang menempel di tikar lusuh tersebut, lalu hinggap dan memberi penyakit di tubuhnya.
Tuan Jhoni langsung menatap penuh minat saat Diana sudah berdiri di hadapannya, bahkan pria yang kira-kira berumur 40-tahun ini nyaris tertelan jakunnya sendiri.
Bagaimana tidak, Amara memberi Diana sebuah mini dress ketat dengan belahan dada rendah, yang menggantung sejengkal di atas lutut.
Pakaian seperti ini membuat kemolekan tubuh Diana terekspos dengan sempurna.
Amara memperhatikan sorot mata Tuan Jhoni. Dia yakin sekali pria hidung belang ini sudah terpikat oleh pesona yang dimiliki Diana.
"Bagaimana, Tuan? Aslinya putriku lebih cantik daripada photo yang aku perlihatkan padamu, bukan?" tanya Amara penuh percaya diri.
Tuan Jhoni menyeringai, hingga membuat sudut kumisnya yang tebal ikut terangkat. "Sangat, sangat cantik. Ini baru namanya barang bagus!"
Pria berpenampilan parlente itu melangkah ke depan, lalu jari telunjuknya terulur mengangkat dagu Diana. "Mulus, menggairahkan, aku suka ... aku suka!"
Diana menahan napas, tubuhnya meremang. Dia jijik dengan tatapan keji Tuan Jhoni yang seakan menelanjanginya bulat-bulat.
Demi Tuhan, Diana merasa tidak lagi memiliki harga diri. Dia diperlakukan seperti barang yang akan diperjual-belikan, bukan seperti wanita yang hendak dijadikan istri.
"Tu-tuan, bolehkah aku mengajukan satu permintaan?" tanya Diana dengan suara tergagap.
"Apa itu? Katakan!"
"Aku mohon jangan dulu sentuh aku sebelum kita resmi menikah, aku harap kau sudi mengabulkannya." Diana mengiba.
Meski sudah terlanjur berada dalam lingkaran mengerikan ini, Diana sebisa mungkin berusaha menjaga dirinya agar tidak diperlakukan dengan cara murahan.
Amara langsung melotot marah, dia takut permintaan Diana yang tidak masuk akal itu membuat Tuan Jhoni murka.
Bersambung.
Salam hangat @poel_story27
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Solikhati
duuh kira2 si joni setuju nggak ya
2022-07-24
0
Nabilah
ibu tiri yg kejam 😠
2022-06-28
0
Tiniewiniebitie Mimie Pisae
mak Lampir
knpa gak km aja mak yg nikah sama mang jhoni
2022-06-18
0