Meski baru menetap selama beberapa bulan di perkampungan ini, Diana sudah bisa berbaur dan disenangi oleh warga, karena dia memiliki sifat ramah, dan peduli pada sesama.
Diana ini adalah gadis yang memiliki hati seluas samudra, dia selalu terlihat riang di mata semua orang. Sehingga tidak ada yang tahu di setiap langkah Diana ada beban berat, yang tak pernah lepas dari pundaknya.
Bahkan di saat hidupnya tengah kacau seperti sekarang, Diana masih bisa memperlihatkan senyum terbaiknya.
Diana tiba di kontrakan kecilnya, dia membuang napas berat untuk menegarkan hati. Sepertinya hari esok akan jauh lebih berat, karena Diana harus mencari pekerjaan baru.
Saat melangkah masuk, Diana disambut tatapan penuh tanya oleh Nenek Dewi. "Dian, kenapa jam segini sudah pulang?"
Diana tersenyum lalu menghampiri neneknya yang duduk di kursi roda, dia berjongkok dan menggenggam lembut tangan wanita tua tersebut.
"Dian udah nggak kerja lagi, Nek ... jadi sekarang Dian punya lebih banyak waktu buat jaga Nenek."
Nenek Dewi mengerutkan dahi. "Kamu dipecat?"
Diana mengangguk. "Iya, tapi Nenek tenang aja, Dian akan mencari pekerjaan baru secepatnya."
Diana kembali tersenyum menenangkan, dia tidak ingin neneknya itu ikut cemas memikirkan nasib mereka kedepannya.
"Kamu tidak perlu mencari pekerjaan, mulai sekarang kita tidak akan hidup susah lagi!" Tiba-tiba terdengar suara yang disusul langkah kaki mendekat.
Diana menoleh ke belakang, terlihat seorang wanita paruh baya mengenakan dress tanpa lengan. Wajahnya terlihat seperti ondel-ondel berkat tempelan bedak yang nyaris setebal 5-centi, dan alis matanya berbentuk aneh menyerupai pedang orang Arab.
Dia adalah Amara, ibu tiri Diana.
"Apa maksud, Mama?" tanya Diana bingung.
"Mama sudah menemukan pria yang mau menikahimu. Dia akan memberi kita kemewahan, jadi kau tidak perlu lagi bekerja menjadi office girl rendahan, itu menjijikkan!" seru Amara.
Diana tercekat mendengarnya, menjadi office girl memang termasuk pekerjaan rendah.
Tapi apa ibu tirinya itu tidak sadar dengan keadaan? Selama ini mereka bisa bertahan hidup dari mana? Selain dari hasil yang didapat Diana dari pekerjaan yang disebutnya menjijikkan itu.
"Me-menikah, Ma?" Diana tergagu.
Amara mengangguk cepat. "Ya, kau akan menikah dengan Tuan Jhoni?"
Manik mata Diana menatap tidak percaya. "Tuan Jhoni siapa, Ma? Dian belum siap untuk menikah."
"Siap tidak siap, kau tetap harus menikah dengan Tuan Jhoni! Hanya dengan begitu kita bisa hidup senang. Apa kau tidak bosan seumur hidup tenggelam dalam kemiskinan? Apa kau tidak rindu hidup mewah seperti dulu?"
"Tapi, Ma ... Dian nggak mau nikah sama pria yang nggak Dian kenal."
"Jangan membantah mama, Diana! Apa kau ingin menjadi anak durhaka, huh? Apa kau tega melihat nenekmu terus sakit-sakitan? Dengan menikah dengan Tuan Jhoni, kau bukan hanya menyelamatkan keluarga kita dari kemiskinan, tapi kau juga bisa memberi pengobatan terbaik untuk nenekmu!" bentak Amara memaksa.
Diana terdiam, kesialan macam apa lagi yang mendatanginya hari ini. Sebelumnya dia sudah dipecat dari pekerjaan, dan sekarang malah dipaksa menikah oleh ibu tirinya.
"Sekarang cepat mandi, setelah itu kau harus berdandan yang cantik. Sebentar lagi Tuan Jhoni akan datang ke sini!" perintah Amara.
Diana menghela napas berat.
"Baiklah, Ma," jawab Diana pasrah, lalu beranjak ke kamarnya.
Diana sebenarnya tidak mau, tapi posisinya sekarang benar-benar sulit, dan dia tidak punya pilihan.
Diana ingin nenek yang sangat dicintainya bisa sembuh, dan untuk itu Diana tidak akan keberatan mengorbankan hidupnya.
Bersambung.
Salam hangat @poel_story27
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Putri Nunggal
udah miskin belagu lagi, bilang pekerjaan menjijikan segala bikin esmosi aja😡
2022-10-21
0
Putri Nunggal
entah kenapa imajinasiku selalu berlarian mencari sosok yg dijabarkan author sampe" aku menemukan sosok kakak yg sedang viral ditoktok berjualan gordeng🙏 maaf imajinasiku terlalu liar
2022-10-21
0
jhon teyeng
knp gak mak tiri aja yg nikah
2022-07-29
1