Bab 8 : Lelah

Suara debur ombak terdengar keras di malam yang dingin, angin bertiup kencang menciptakan suara gemersik dedaunan pohon, malam yang gelap hanya disinari secercah cahaya rembulan sebagai penerang

Puluhan motor berderet memenuhi jalan raya yang sepi, tempat yang akan dijadikan balapan para geng motor yang cukup terkenal

Sorak ramai penonton memenuhi arena, menyorakkan nama jagoan mereka masing-masing

"NAUFAL"

"REGAN"

"NAUFAL"

"REGAN"

Begitulah suara para penonton meneriakkan nama dua ketua terkenal dari masing-masing geng tersebut, Felis Catus dengan Naufal sebagai ketuanya dan Kobra dengan Regan sebagai ketuanya

"Lo udah siapin mental belum? Gue takut lo nangis-nangis terus pulang ngadu sama ummi abi lo" Regan mengatakan itu sambil memandang Naufal dengan tatapan merendahkan

"Nggak salah ngomong lo? Udah siap kalah yang keenam kalinya? Upsss mungkin tujuh kali?" Naufal membalas dengan ejekan yang pasti membuat Regan panas mendengarnya

"BR*NGS*K LO" Regan mulai memasang helm dan menyalakan motor yang menimbulkan suara berisik knalpot motor

Naufal tersenyum puas melihat itu, inilah yang dia tunggu, saat musuhnya mulai dikendalikan oleh emosi, emosi itu akan mengontrol mereka hingga tak fokus dengan apa mereka perbuat

Naufal mulai memakai helm dan menyalakan motor yang membuat gengnya juga penonton terutama perempuan menjerit histeris, ditengah malam yang gelap, suara bising knalpot motor menghiasi jalanan tepi pantai itu, suara debur ombak malam menjadi irama pertarungan mereka

"Siap"

"Mulai"

Seorang wanita berpakaian cukup terbuka mengangkat bendera, saat itulah dua kendaraan itu melesat dengan kecepatan diatas rata-rata untuk saling mendahului dan menyalip satu sama lain

Naufal melihat Regan seperti orang kesetanan yang dipenuhi ambisi untuk menang, ia tersenyum miring melihat itu, Naufal sengaja memperlambat sedikit kecepatan motornya, Regan yang merasa Naufal tertinggal dibelakangnya mengacungkan jari tengahnya ke arah Naufal, saat tikungan terakhir yang cukup curam Naufal menambah kecepatan motornya hingga mendahului Regan yang mulai lengah saat itu, akhirnya bisa dipastikan motornya yang sampai lebih dulu sebagai pemenang

"Gimana? Mental masih aman bro?" Naufal melepaskan helm dan melempar senyum meremehkan

"B*J**G*N LO" muka Regan memerah dan dengan cepat melayangkan pukulan ke arah Naufal

"Nggak malu lo bro? udah kalah main fisik lagi" Naufal menyeka sudut bibirnya yang berbdarah akibat pukulan itu

"Gue seharusnya yang nanya, nggak malu lo? anak kyai kok jadi brandalan kayak gini?"

"Jangan pernah bawa-bawa nama orang tua gue b*j*ng*n" Naufal memegang kerah leher baju Regan dengan kuat, ia memang sangat sensitif jika ada hal yang berhubungan dengan orang tuanya

"Kenapa? malu lo?" Regan tersenyum miring, sedangkan para anggota dari kedua geng itu sudah bersiap, berjaga-jaga kalau pertengkaran dua pemimpin itu berujung pada penyerangan anggota

"Kenapa harus malu? kalau mereka aja kayak nggak pernah nganggep gue ada" Naufal melepaskan cekalannya dan mundur perlahan

"Pertarungan kita selesai sampai disini, gue nggak mau temen-temen yang lain terluka karena pertengkaran pribadi, kalau lo udah siap buat kalah lagi beritau gue" Naufal berbalik arah dan memasang helm menuju motornya setelah mengucapkan kata-kata itu

"GUE PASTIKAN INI KEMENANGAN TERAKHIR LO" Regan berteriak keras saat Naufal menyalakan mesin motornya hingga menimbulkan suara bising

Ditemani malam yang gelap dengan purnama dan jutaan bintang yang menghiasi langit, dua pemimpin itu merenung, dulu pernah bersama layaknya sebuah saudara, kini terpisah jarak jauh sebagai musuh karena satu alasan hati dan sebuah kesalah pahaman yaitu perempuan

.

Cahaya mentari bersinar cerah menyambut hari baru dengan harapan dan semangat baru sebagian orang untuk memulai hari menjadi lebih baik lagi

Aqila menenteng buku-buku pelajarannya juga buku gambar yang tak pernah absen dibawanya, ia menuruni tangga perlahan sambil berbalas pesan dengan Renata melalui ponsel di tangan kanannya

Sayup-sayup terdengar suara tawa dan obrolan hangat dari meja makan, Aqila melihat dari atas tangga ternyata orang tuanya sudah pulang dari perjalanan bisnis, ia tersenyum miris, bahkan tak ada yang memberitahunya atau setidaknya mengetuk pintu kamarnya untuk sarapan bersama?

Aqila memasukkan ponsel dalam tas slempangnya dan mendekap erat buku yang dibawanya, ia menarik nafas panjang dan memilih berjalan lurus ke arah pintu dari pada ikut sarapan bersama

Ia sekarang bukan lagi Aqila yang akan menagih oleh-oleh dari papanya, berteriak semangat untuk mengucapkan selamat pagi, atau menanyakan kepada ibunya kapan akan pergi belanja bersama ke mall

Hatinya pedih melihat semua ini, bohong jika ia mengatakan tidak iri kepada Reyna, ia iri melihat Reyna yang dimanjakan tapi apa yang bisa dilakukannya jika mereka bahkan seperti enggan melihatnya

"Mereka mungkin akan menyadari keberadaanmu saat kau menjauh dari mereka"

Kata-kata Naufal terngiang di kepalanya, sekarang ia mulai menjauh tak peduli apakah mereka menyadarinya atau tidak, tapi ia sudah lelah dengan semua ini, lelah berharap, lelah berusaha yang tak dihargai dan lelah selalu tersenyum disaat hati terluka

"Non Aqila nggak ikut sarapan?" Pak Roni yang sedang memanaskan mobil menyapa dirinya saat menuju bagasi mengambil motornya

"Aqila buru-buru pak nanti aja di kampus"

"Non Aqila keliatannya pucet banget, yakin baik-baik aja?"

"Mungkin karena kebanyakan begadang pak, biasa banyak tugas"

"Tugas memang penting tapi kesehatan lebih penting, jadi jangan anggap remeh kesehatan"

"Makasih pak"

Inilah salah satu alasan yang membuat Aqila tak terlalu kesepian dirumah besar ini, karena ada orang yang masih membuatnya bisa merasakan rasanya dikhawatirkan sebagai keluarga

Pohon-pohon besar yang rindang menutupi jalan dengan daunnya yang lebat, daun-daunnya yang kering berjatuhan tertiup angin, cahaya matahari terlihat menembus dari celah-celah dedaunan pohon

Tak banyak kendaraan yang lewat, itulah salah satu alasan Aqila memilih ke kampus lewat jalan ini walaupun jaraknya lebih jauh dari jalan yang biasa dilaluinya

Pikirannya sedang kacau pagi ini, jadi ia memilih menyegarkan pikirannya dengan melihat pepohonan rindang dan mendengar suara kicauan burung dibandingkan mendengar suara klakson dan melihat kendaraan berlalu lalang

Pandangan Aqila terfokuskan pada motor besar yang terparkir di seberang jalan dan seseorang berpakaian serba hitam yang tergeletak disamping nya

"Samperin nggak ya?" Aqila memelankan laju kendaraannya dan mulai berkutat dengan pikirannya untuk menolong orang itu atau melewatinya

Tak sedikit kasus yang ia dengar tentang seseorang yang berpura-pura pingsan atau terluka di pinggir jalan, namun saat di tolong orang itu malah melakukan kekerasan seperti merampok bahkan melukai orang yang telah berbaik hati menolongnya

"Gue sebenernya mau nolongin, tapi kalau dia balik ngelukain gue gimana dong?"

Aqila mengamati orang itu dari dekat tanpa turun dari kendaraanya untuk berjaga-jaga

"Hei"

"Hei"

Aqila memilih turun dari motornya saat melihat orang itu benar-benar terluka, nampak di lengannya terdapat goresan yang cukup panjang dan terlihat dalam

"To tolong"

.

Banyak Typo...🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ🍁𝐒𝐲𝐚𝐡𝐰𝐚🍀⃟ 💋👻ᴸᴷ

🍭ͪ ͩ🍁𝐒𝐲𝐚𝐡𝐰𝐚🍀⃟ 💋👻ᴸᴷ

setuju ama omongan naufal mending menjauh dr keluarga mu, pengen tau mereka merasa ada yang berbeda ga dgn sikap nya qilla yg cuek

2024-04-19

0

melia

melia

bagus aqila..wlpun mreka lbih tua dn hrus di hormati tp ga slah kn ya skali kali masa bodo amat

2022-11-13

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ulang Tahun
2 Bab 2 : Mengalah lagi?
3 Bab 3 : Felis Catus
4 Bab 4 : Hanya Mimpi
5 Bab 5 : Tuduhan
6 Bab 6 : Dipaksa Dewasa
7 Bab 7 : Kejar Mimpi Yang Lain
8 Bab 8 : Lelah
9 Bab 9 : Kak Egan?
10 Bab 10 : Pesan Tersirat
11 Bab 11 : Jadilah Pelangi
12 Bab 12 : Hanya Lelah
13 Bab 13 : Keceplosan
14 Bab 14 : Dia calon makmum gue
15 Bab 15 : Jauhi Dia
16 Bab 16 : Hatiku Memilihmu
17 Pengganti kakaknya
18 Pernikahan Davin
19 Berusaha bukan berjanji
20 Tolong Mengerti
21 Kemoterapi
22 Apa ini?
23 Terima Kasih
24 Tolong Jangan Sekarang
25 DIA SAKIT!
26 Akhirnya
27 Terasa Asing
28 Senja & Sahabat
29 Panik
30 Tanggung Jawab
31 Ungkapan Hati
32 Khitbah
33 Sebuah Janji
34 Ultah Darren
35 Tentang Galang
36 Mulai Dekat
37 Cemburu?
38 Tentang Naufal
39 Diva
40 Goyah
41 Seputar Kisah
42 Rian
43 Papa Bangga
44 Undangan
45 Ujian
46 Tentang Jodoh
47 Berjuang Bersama
48 Renata dan Gempano
49 Selamat Tinggal
50 Rindu Musim Dingin
51 Rindu
52 Gagal?
53 kembali?
54 Papa Egois
55 Syok
56 Aku Memang Gila
57 Ia lebih butuh
58 Wisuda
59 Surat
60 Pergi?
61 Kami merindukanmu
62 Dewasa itu apa?
63 Apa Itu Mimpi?
64 Tentang Rasa
65 Tasbih dan Rosario
66 Dua Minggu
67 Cincin?
68 Aligator Amazon
69 Janji Rian
70 Siapa Dia?
71 Janji dan Rasa Kasihan
72 72 jam
73 Assalamu'alaikum Indonesia
74 Tak Sadar
75 Bertemu
76 Konsep Pelangi
77 Datang
78 Kesempatan
79 Galang
80 Lima Hari Lagi
81 Fadila
82 Malu
83 Cemburu
84 Sakinah, mawaddah, warahmah
85 Obrolan Fajar
86 Lingkaran Rasa
87 Salah yang mana?
88 Pelangiku hanya sementara
89 Hotel
90 Salah Paham
91 Maher Ahmed
92 Sepenggal Masa Lalu
93 YES!
94 G & R
95 Terlambat
96 Rumit
97 Kenapa Memilihku?
98 Isi Hati Rian
99 Terlalu Jauh
100 Saya Menerima
101 Kecelakaan
102 Selamat Jalan
103 Kenzo
104 Bilal dan Layla
105 Siapa?
106 Regan dan Kirana
107 Reynald
108 Kurus?
109 Telah Pergi
110 Jangan Ditahan
111 Aku Kuat
112 Kenapa?
113 Kekuatan
114 Apa itu cinta?
115 Rumah Sakit
116 Janji?
117 ATAS NAMA JODOH
118 99 days before divorce
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab 1 : Ulang Tahun
2
Bab 2 : Mengalah lagi?
3
Bab 3 : Felis Catus
4
Bab 4 : Hanya Mimpi
5
Bab 5 : Tuduhan
6
Bab 6 : Dipaksa Dewasa
7
Bab 7 : Kejar Mimpi Yang Lain
8
Bab 8 : Lelah
9
Bab 9 : Kak Egan?
10
Bab 10 : Pesan Tersirat
11
Bab 11 : Jadilah Pelangi
12
Bab 12 : Hanya Lelah
13
Bab 13 : Keceplosan
14
Bab 14 : Dia calon makmum gue
15
Bab 15 : Jauhi Dia
16
Bab 16 : Hatiku Memilihmu
17
Pengganti kakaknya
18
Pernikahan Davin
19
Berusaha bukan berjanji
20
Tolong Mengerti
21
Kemoterapi
22
Apa ini?
23
Terima Kasih
24
Tolong Jangan Sekarang
25
DIA SAKIT!
26
Akhirnya
27
Terasa Asing
28
Senja & Sahabat
29
Panik
30
Tanggung Jawab
31
Ungkapan Hati
32
Khitbah
33
Sebuah Janji
34
Ultah Darren
35
Tentang Galang
36
Mulai Dekat
37
Cemburu?
38
Tentang Naufal
39
Diva
40
Goyah
41
Seputar Kisah
42
Rian
43
Papa Bangga
44
Undangan
45
Ujian
46
Tentang Jodoh
47
Berjuang Bersama
48
Renata dan Gempano
49
Selamat Tinggal
50
Rindu Musim Dingin
51
Rindu
52
Gagal?
53
kembali?
54
Papa Egois
55
Syok
56
Aku Memang Gila
57
Ia lebih butuh
58
Wisuda
59
Surat
60
Pergi?
61
Kami merindukanmu
62
Dewasa itu apa?
63
Apa Itu Mimpi?
64
Tentang Rasa
65
Tasbih dan Rosario
66
Dua Minggu
67
Cincin?
68
Aligator Amazon
69
Janji Rian
70
Siapa Dia?
71
Janji dan Rasa Kasihan
72
72 jam
73
Assalamu'alaikum Indonesia
74
Tak Sadar
75
Bertemu
76
Konsep Pelangi
77
Datang
78
Kesempatan
79
Galang
80
Lima Hari Lagi
81
Fadila
82
Malu
83
Cemburu
84
Sakinah, mawaddah, warahmah
85
Obrolan Fajar
86
Lingkaran Rasa
87
Salah yang mana?
88
Pelangiku hanya sementara
89
Hotel
90
Salah Paham
91
Maher Ahmed
92
Sepenggal Masa Lalu
93
YES!
94
G & R
95
Terlambat
96
Rumit
97
Kenapa Memilihku?
98
Isi Hati Rian
99
Terlalu Jauh
100
Saya Menerima
101
Kecelakaan
102
Selamat Jalan
103
Kenzo
104
Bilal dan Layla
105
Siapa?
106
Regan dan Kirana
107
Reynald
108
Kurus?
109
Telah Pergi
110
Jangan Ditahan
111
Aku Kuat
112
Kenapa?
113
Kekuatan
114
Apa itu cinta?
115
Rumah Sakit
116
Janji?
117
ATAS NAMA JODOH
118
99 days before divorce

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!