❤
❤
❤
❤
❤
Beberapa bulan kemudian....
Akhir-akhir ini Gilsya sangat sibuk membuat skripsi.
"Ah, susah banget otakku sama sekali tidak ada ide," gumam Gilsya.
Gilsya merasa patah semangat, karena dia sudah beberapa kali gagal skripsi. Gilsya pun tampak melamun, hingga akhirnya Gilsya pun ingat sesuatu.
"Bang Albi, astaga kenapa aku melupakan orang genius itu kalau aku suruh Bang Albi kerjakan skripsiku pasti dalam sekejap sudah selesai, dasar Gilsya bodoh punya Abang genius dianggurin aja," gumam Gilsya dengan memukul kepalanya sendiri.
Gilsya pun segera membereskan barang-barangnya dan segera pergi dari kampus menuju kantornya Albi.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Gilsya pun sampai di kantor Albi. Gilsya tampak celingukan hingga ekor matanya melihat Alta sedang berjalan menuju lift bersama asistennya Edo.
"Daddy Alta, tunggu!" teriak Gilsya.
Alta pun menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya untuk melihat orang yang sudah memanggilnya itu.
"Siang Daddy, siang Om Edo."
"Gilsya, kamu ngapain disini?" tanya Alta.
"Gilsya mau bertemu dengan Bang Albi."
"Tapi saat ini Albi sedang meeting."
"Meetingnya lama ga sih, Dad?"
"Lumayanlah, soalnya Albi baru saja masuk ke ruang meeting dan Daddy juga sekarang mau menyusul Albi."
"Oh gitu ya, kalau begitu boleh ga Gilsya nunggu Bang Albi di ruangannya? karena Gilsya harus bertemu Bang Albi hari ini juga, ini menyangkut masa depan Gilsya, Dad."
Alta mengusap kepala Gilsya. "Ya sudah, kamu tunggu saja di ruangannya Albi nanti Daddy bilang sama Albi."
"Oke...."
Alta dan Edo pun masuk ke dalam lift khusus petinggi sedangkan Gilsya masuk ke dalam lift satunya lagi.
Sesampainya di ruangan Albi, Gilsya langsung rebahan di atas sofa sembari mengotak-ngatik ponselnya. Memang kebiasan Gilsya yang tidak bisa nempel sedikit sama bantal langsung molor, perlahan mata Gilsya sayu dan tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Gilsya pun terlelap.
***
Satu jam pun berlalu, dan Albi pun baru selesai meeting.
"Al, di ruangan kamu ada Gilsya," seru Alta.
"Hah, ngapain si bontot kesini?"
"Daddy ga tahu, tapi dia bilang inienyangkit dengan masa depannya," seru Alta dengan senyumannya.
"Dasar anak itu, ya sudah Albi ke ruangan Albi dulu ya Dad."
Albi pun segera menuju ruangannya, sesampainya di ruangannya Albi tampak geleng-geleng kepala karena melihat Gilsya yang sedang terlelap di atas sofanya.
Albi pun segera melepas jasnya dan dijadikan selimut untuk Gilsya.
"Dasar, bontot-bontot."
Albi pun memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya, dia tidak tega untuk membangunkan Gilsya.
Beberapa saat kemudian, Gilsya mulai menggerakan tubuhnya. Gilsya tersentak dan langsung bangkit dari atas sofa.
"Astaga aku ketiduran," gumam Gilsya.
"Sudah bangun? bagaimana tidurnya, nyenyak?" tanya Albi dengan masih fokus dengan pekerjaannya.
"Bang Al kok ga bangunin Gilsya sih?"
"Abang ga tega kalau harus bangunin kamu."
"Abang, Gilsya datang kesini karena Gilsya butuh bantuan Abang."
Albi menghentikan pekerjaannya, lalu menghampiri Gilsya.
"Memangnya bontot Abang ini butuh bantuan apa dari Abang?"
"Bang, Gilsya mau skripsi dan deadlinenya minggu depan tapi Gilsya sama sekali belum ngerjain otak Gilsya mentok Bang, ga bisa mikir yang berat-berat," seru Gilsya dengan cengirannya.
"Alasan, memang dasarnya kamu males aja ngerjainnya."
"Itu Abang tahu, ayolah Bang bantuin Gilsya ya please," seru Gilsya dengan memperlihatkan puppy eyesnya.
Albi mendorong kening Gilsya dengan jari telunjuknya.
"Kalau dibantuin itu namanya curang, coba dulu kerjakan sendiri nanti kalau sudah benar-benar ga bisa, baru Abang bantuin kamu."
"Ah Abang mah ga asyik, berarti Abang tega melihat Gilsya ga lulus lagi. Ya sudahlah, percuma datang kesini juga kirain Abang mau bantuin tapi nyatanya malah menyuruh Gilsya kerjakan sendiri," kesal Gilsya pun.
Gilsya pun membereskan barang-barangnya dan pergi dari ruangan Albi dengan wajah yang cemberut.
"Idih ngambekan!" teriak Albi.
Dengan perasaan kesal, akhirnya Gilsya pun meninggalkan kantor Albi.
"Percuma punya otak genius, kalau ga mau bantu adiknya," gerutu Gilsya.
Gilsya pun mulai melajukan mobilnya, di tengah jalan tiba-tiba perut Gilsya lapar dan Gilsya pun memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke restoran.
Gilsya masuk ke sebuah restoran dan celingukan memcari tempat yang kosong, tiba-tiba senyuman Gilsya terbit saat melihat Arka dan Fatur ternyata ada disana juga. Dengan senangnya, Gilsya pun langsung menghampiri meja Arka.
"Siang Mas tampan, siang Mas Fatur!" sapa Gilsya.
"Hallo Nona Berbie."
Berbeda dengan Arka yang hanya melirik sebentar ke arah Gilsya, habis itu kembali fokus dengan map yang dipegangnya.
Gilsya duduk di samping Arka, Gilsya menopang wajahnya dengan tangan sembari memperhatikan Arka yang sedang fokus melihat-lihat berkas yang ada ditangannya.
Arka menyadari kalau saat ini Gilsya sedang memperhatikannya sehingga membuat Arka salah tingkah dan berdehem beberapa kali untuk menetralisir perasaan canggungnya.
Arka menutup berkasnya dan menoleh ke arah Gilsya. "Kenapa kamu lihatin aku terus? kamu sudah mengganggu konsentrasi kerjaku," kesal Arka.
"Idih, aku ga ganggu kok cuma lihatin doang."
"Iya, tapi tetap saja konsentrasiku jadi hilang."
"Kenapa hilang? salting ya dilihatin perempuan cantik?" goda Gilsya.
Arka menatap tajam ke arah Gilsya tapi Gilsya malah mengedipkan sebelah matanya sembari tersenyum membuat Arka gerah sehingga Arka pun melonggarkan dasinya.
Sementara itu, Fatur hanya bisa menahan tawanya melihat tingkah Arka yang dibuat salah tingkah oleh Gilsya.
"Mas tampan, mau ga bantuin aku?"
"Enggak."
"Lah belum juga aku mengatakan masalah aku, sudah bilang enggak aja. Ya sudah, Mas Fatur bisa ga bantuin aku?"
"Bantuin apa Nona Barbie?"
Gilsya pun kemudian menggeser duduknya merapat ke arah Fatur, sehingga Arka sedikit melirik.
"Begini Mas Fatur, aku kan mau skripsi dan deadlinenya itu minggu depan tapi aku belum mengerjakan sama sekali, Mas Fatur bisa ga bantuin aku buat skripsi?"
"Bisa, gampang itu mah," sahut Fatur.
"Asyik, Mas Fatur baik deh."
Gilsya pun mulai mengeluarkan alat tulisnya dan Fatur pun mulai membantu Gilsya, keduanya terlihat sangat akrab membuat Arka tidak sadar meremas berkas yang dipegangnya.
"Arka, kok berkasnya di remas sih?" seru Fatur.
Arka tersentak. "Allahuakbar...."
Arka pun langsung beranjak dari duduknya membuat Gilsya dan Fatur mendongakan kepalanya.
"Kamu mau kemana?" tanya Fatur.
"Toilet."
Arka pun segera pergi meninggalkan Gilsya dan Fatur, Arka masuk ke dalam toilet.
"Gilsya, kenapa kamu selalu berhasil membuatku marah sih?" gumam Arka.
Entah kenapa, Arka selalu saja merasa kesal melihat Gilsya dekat dengan pria lain.
❤
❤
❤
❤
❤
NOTE :
Banyak sekali yang ingin masuk GC ( Grup Chat ) aku, tapi maaf sekali Author harus tolak🙏🙏
Author sudah bilang berkali-kali, bagi yang ingin masuk GC Author harus ada trending baca karya Author kalau tidak ada trending baca karya Author, mohon maaf Author tidak bisa memasukan kalian.
Reader : "Tapi aku suka baca karyamu Thor, cuma like saja ga pernah komen."
Author : "Kalau cuma like saja tanpa komentar, tetap saja tidak ada di trending baca dan kalau bisa siapa pun yang mau masuk tuliskan salah satu pemeran dalam novelku."
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sri Ningsih
Arka nih ga seperti ayah nya,, yg berani mengungkapkan... tapi dengan Arka sifatnya jaim,, nih cerita + seru
2023-01-09
1
☠☀💦Adnda🌽💫
ayo gantle arka tunjukan pesonamu 🤭🤭
2022-07-17
1
MinSya 2
suiiittt suiiittt ada yg cembulu lagi n lagi 🤭🤭🤭
2022-07-06
1