Pikiran Negatif

Setelah banyak mendengarkan wejangan dari sang Mama. Intan kini memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Tubuhnya juga capek karena nyetir sendiri Jakarta Bandung. Intan juga masih membawa mobil Brian. Sedangkan mobilnya sendiri masih di bengkel.

Brian juga tak pernah keberatan mobilnya selalu di pakai oleh Intan. Bahkan saat pertama kalinya Brian tinggal di Jakarta lagi setelah sekian tahun lamanya menjadi warga Negara Amerika. Brian membeli mobil itu bersama Intan. Dan itu juga mobil yang di pilih oleh Intan untuknya.

Brian lebih sering tinggal di Apartemen nya. Daripada ia harus pulang ke rumah lama nya. Yang sampai saat ini masih ada dan tetap di rawat dengan baik oleh para pekerja di rumah mewah itu.

Saat Intan ingin masuk kedalam kamar mandi. Tiba tiba ponselnya berdering. Membuat gadis itu langsung berlari kembali ke arah nakas di mana ponselnya ia letakkan.

Senyum Intan mengembang saat ia melihat isi pesan dari Brian. Karena sedang transit Brian menyempatkan diri untuk mengirim pesan dengan Intan. Wanita yang semakin hari semakin melekat di hati dan pikirannya.

Setelah puas bertukar pesan. Intan pun langsung meletakkan kembali ponselnya. Karena Brian juga akan kembali melanjutkan perjalanannya. Dengan hati yang sedikit lega. Intan pun masuk kedalam kamar mandi sambil bernyanyi nyanyi. Memang saat hati sedang berbunga bunga sampai lupa diri. Bahkan kata orang jangkrik kata kita mah itu komodo. Komodo yang telah membutakan mata hati dan membodohi pikiran.

🌿🌿🌿🌿🌿

Esok harinya Intan bangun saat keadaan rumah sudah sepi. Mama nya pun sudah pergi ke toko. Mama Rena sengaja tidak mengusik tidur putrinya. Yang memang sudah menjadi kebiasaan Intan bangun siang saat ia sedang pulang ke Bandung.

Selesai mencuci muka dan gosok gigi. Intan langsung turun ke lantai satu. Ia pun langsung masuk ke ruang makan.

" Selamat siang non". Sapa teteh Nini asisten rumah tangga Mamanya yang sudah bekerja hampir lima tahun ini .

Intan hanya nyengir kuda saja. Karena jam di dinding pun sudah di angka sepuluh lewat lima belas menit. Bahkan sudah tak layak lagi yang namanya sarapan. Mungkin lebih tepatnya lagi sudah mau makan siang.

" Mama udah ke toko ya teh??".

" Iya non daritadi malah habis sarapan langsung ke toko di antar mang ucup". Ucup adalah sopir pribadi Mama Rena. Yaitu suami dari teteh Nini sendiri. Mereka berdua lah yang selama ini menjadi teman di rumah Mama Rena saat Intan sedang pergi bekerja.

" Apa tante Gita masih sering main kerumah teh??? ". Tanya Intan sembari mulai mengambil makanan nya.

" Sekarang udah jarang non. Kan putranya udah nikah non baru satu bulan yang lalu". Teteh Nini mulai mendekat kearah Intan. " Katanya istrinya udah hamil duluan non. Malah udah gede ". Sambung Teteh Nini menggosip.

" Serius teh?? ". Intan sampai mengurungkan menyuap nasi hanya untuk mendengar kan cerita art Mamanya.

" Iya non beneran. Mungkin bulan depan udah brojol tuh bayinya".

" Teteh, jangan ngegosip ah!!. Nanti jadi fitnah loh". Intan menggeleng kan kepalanya. Intan memang bukan tipe wanita yang hobby gosip tapi ia juga senang setidaknya Mamanya tidak selalu membujuknya lagi untuk menerima perjodohan dengan putra tante Gita. Yang katanya sudah menikah karena kekasih nya telah hamil duluan itu.

Namun, tiba tiba Intan malah kepikiran akan dirinya sendiri. Sudah waktunya namun, sampai hari ini ia belum juga datang tamu bulanan. Intan khawatir apa yang terjadi dengan anak teman Mamanya. Terjadi juga pada dirinya, karena dua bulan terkahir mereka melakukan nya tanpa alat pengaman apapun. Dan bahkan Brian selalu menumpahkan nya di dalam.

" Semoga saja tidak!!! ". Batin Intan dalam hati. Seraya berusaha menyangkal pikiran pikiran negatifnya.

Meskipun ia tahu jika sampai hal itu terjadi. Jika Brian pasti akan bertanggung jawab padanya. Namun, Intan juga masih tidak mau membuat Mamanya benar benar kecewa akan kelakuan nya di luar sana.