Pagi sekali Inayah bangun dan bersiap. Dirinya berencana akan mengunjungi sebuah panti asuhan bersama Ummi Humaira, istri pertama Aba Abdullah, Ayah Inayah yang sering mereka panggil dengan sebutan Aba.
Aba Abdullah menikahi Bunda Fatimah, Ibunya Inayah yang tak lain sahabat Ummi Humaira sendiri dikarenakan keinginan Ummi Humaira kala itu. Ummi Humairah sudah tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai istri pertama karena sakit berkepanjangan. Yaitu sebuah penyakit kanker menyerangnya dan sekarang sudah sembuh.
Pernikahan kedua Aba Abdullah degan Bunda Fatimah, sehingga lahirlah Raka dan Inayah. Setelahnya, Ummi Humairah pun melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Asifa.
Keluarga ini saling melengkapi. Aba Abdullah, ayah Inayah selalu berbuat adil pada anak-anak dan istrinya. Kedua istrinya memang tidak satu atap, akan tetapi saling mengunjungi satu sama lain.
"kak, inayah? Kak Inayah kapan datang dari luar negri? Kata Asifa yang masih kuliah disebuah universitas.
"Sudah beberapa hari, dek. Kamu baik?" Tanya Inayah pada adik tirinya.
"Sangat baik, kak. Apa kakak akan berkunjung ke panti asuhan bersama ummi?"
"Kok tahu?" tanya Inayah.
"Ya ... Ummi yang kasih tahu, kak. Juga ummi yang beritahu, kalau kak Inayah sudah tiba di Indonesia."
"Lalu, Aba mana? Apa ada ke pondok?"
"Iya. Mau ke mana lagi. Tugas rutin aba, kan. Di sana, kak." jelas Asifa.
"Benar juga," ucap Inayah terkekeh.
"Ummi, kak Inayah udah datang, nih!" Panggil Asifa.
"Asifa sendiri bagaimana kuliahnya? Lancar?" Tanya Inayah.
"Alhamdulillah. Sejauh ini lancar. Rencananya aku dan sahabatku akan magang di perusahaan ayahnya," jelasnya.
"Dan tahu tidak, Kak? Sahabatku ini katanya memiliki kakak yang amnesia," Jelas Asifa. "Dan sahabatku ini memiliki banyak hotel, kak. Sumpah Sultan, ya... kak. Walau ayahnya Sultan, tapi sahabatku ini tidak pilih teman, sayangnya kakaknya amnesia. Sungguh itu ujian buat keluarganya."
Inayah pun teringat dengan Aditia. "Bagaimana kabar kak aditia, ya ....?" batin Inayah.
Inayah menghembuskan napas panjang. Setiap manusia, pasti pernah bahkan sering merasakan rasa rindu, dan merindukan sesuatu itu adalah kewajaran.
Inayah buyar, ketika Ummi Humairah duduk disampingnya dan menggenggam tangannya dan berkata, "Nak, apa kamu baik-baik saja? Sepertinya putri Ummi sedang memikirkan sesuatu? Apakah seseorang?"
"Ah ... Ummi. Bisa saja." senyum Inayah begitu tulus. "Sejak kapan Ummi di sini?" tanya Inayah merasa malu. "Dan apa kita sudah mau berangkat?"
Ummi Humairah tersenyum. "Iya, tapi kamu baik-baik saja, kan?"
"Alhamdulillah, ummi. Inayah baik, kok," kata Inayah yang juga ikut berdiri dari tempat duduknya dan Inayah pun mengambil kunci mobil di dalam tasnya.
Sebelum pergi, Ummi Humairah menitip pesan pada Asifa. "Asifa, Ummi pergi. Jangan lupa saat Asifa akan berangkat ke kampus, kunci rumah. Ummi sudah membawa cadangannya."
"Siap Ummi. Jangan khawatir. Hati-hati dijalan Ummi, kak Inayah. Bismillah," ucap Asifa.
Inayah dan Ummi Humairah pun berangkat dengan ada banyak barang. Entah apa isi kantongan kresek-kresek tersebut yang membuat Ummi Humairah kaget sendiri.
Sepanjang perjalanan mereka berbincang dan Inayah pun bertanya seputar Mencintai dan di cintai.
"Ummi, ketika mencintai seseorang, Lantas tumbuh rasa rindu, apakah itu dosa?"
"Ummi Humairah pun menjawab dengan ramah, menurut guru kita, 'merindukan termasuk mencintai seseorang yang bukan mahram bukan termasuk dosa'. Itu yang ummi pernah dengar," jelas Ummi Humairah.
"Akan tetapi, yang menjadi dosa adalah dengan kerinduan tersebut, membuat kita mengarah pada perbuatan yang berdosa, maka itulah pointnya, Layaknya rindu, cinta juga merupakan hal yang pasti dan merupakan anugrah yang diberikan, selagi itu positif." Ummi Humairah menatap anak tirinya. "Apakah Putri Ummi sedang memikirkan seseorang?"
Inayah tersenyum malu sambil menyetir dengan pandangannya lurus ke depan. Bayangan Aditia terus menganggu pikirannya. Ada apa dengannya? Mengapa akhir-akhir ini wajah pria itu terus terekam dalam ingatannya?
"Cinta itu masuk akal dan Rasional, sayang. Namun, cinta juga akan berlaku tidak benar meskipun rasional saat cinta tidak ditempatkan di tempat yang tidak benar," jelas ummi Humairah lagi.
"InsyaAllah, Ummi, aku paham. Semoga Allah melindungiku dari hal tidak wajar itu."
Ummi Humairah pun menambahkan. "Kata guru kita 'Cinta itu murni dan datang dari Allah, jadi cinta itu pasti adanya pada setiap orang, dan saat seseorang tidak punya cinta, maka dia cacat jiwanya'.
"MasyaAllah. Cinta yang Allah anugrahkan ternyata begitu indah bila kita bisa memaknainya, ya ... Ummi," salut Inayah penuh syukur.
"Saat cinta diiringi dengan syahwat dan syariat, maka itulah puncak keindahan. Sementara jika cinta diiringi syahwat tanpa syariat, maka itulah yang berbahaya, dan sengsara." Senyum Ummi Humaira melihat anak tirinya. Dia bisa menebak jika anak tirinya sekarang hatinya telah dicuri oleh seseorang. 'Siapa dia?'
"Kini, aku paham, Ummi. Saat merindukan orang lain atas dasar cinta terhadap lawan jenis tak masalah karena anugrah. Namun, jika kerinduan tersebut mengarah pada syahwat, maka itu yang perlu diperhatikan karena sangat berbahaya. Iya, kan. Ummi?"
"Benar, sayang." Ummi Humaira mengelus lembut kepala anak tirinya dengan penuh kasih sayang dan cinta.
Ummi Humairah tidak ingin ikut campur seputar pribadi anak tirinya itu selagi masih dalam hal wajar. Ia tahu Inayah sudah dewasa dan berhak menentukan pilihan hidupnya. Sebagai orang tua hanya membimbing menuju hal yang baik.
Beberapa jam kemudian sampailah mereka ditempat tujuan. Ada banyak perubahan ketika Inayah melihat sekitar panti tersebut. DIa membaca papan di sana 'Panti Asuhan Permata Bundaku'
"Subhanallah, ummi. Beberapa tahun aku baru kembali dan panti ini sudah begitu banyak mengalami perubahan." senyum mengembang. Terpatri wajah ayu dengan memiliki hati begitu tulus. Inayah salut pada Ummi Humairah sebagai pengelolah.
"Alhamdulillah. Berkat juga bantuan donatur panti ini. Namun, ummi dengar, beliau mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu dan Amnesia.
Ketika Ummi Humairah masih ingin melanjutkan perkataannya, anak-anak panti datang menyerbunya. Satu persatu meraih tangan Ummi Humairah dan Inayah untuk bersalaman.
Yang paling terakhir membuat Inayah gemes dan juga menyedihkan. Umurnya yang baru 5 tahun anak sekecil itu, sudah di tinggal oleh kedua orang tuanya karena kecelakaan. Itu Inayah dengar dari Ummi Humaira
Inayah berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu. "Cewek cantik ini, namanya siapa?"
"Amelia. Kakak-kakak dan bunda disini sering panggil aku Amel. Katanya, itu panggilan sayang buat aku ...."
"Hoya ... namanya sangat cantik, secantik orangnya." Puji Inayah sambil mengelus rambut halus gadis kecil itu yang sedang berusaha membuka kulit permennya.
"Kakak juga Cantik. Jika aku besar nanti, aku ingin seperti kakak," ucap Amelia memegang wajah Inayah dengan masih permennya di tangan kanannya yang tidak bisa ia buka sendiri.
"Makasih pujiannya," kata Inayah. "Sini biar kakak bantu buka permennya."
"Jangan kak!" tolak Amelia dengan suara seperti berteriak. "Kata Ummi, aku harus bisa mandiri. Selama aku bisa mengerjakan sesuatu, kita tidak boleh merepotkan orang lain," ucapnya.
"Nah, tuh ... kan, aku bisa." girang gadis kecil itu berhasil membuka kulit permennya. Kemudian, ia pamit dan ikut bermain dengan yang lainnya meninggalkan Inayah dan Ummi di sana.
Ummi Humairah pun duluan masuk karena mendapat panggilan. Sementara Inayah sendiri, pamit untuk melihat-lihat sekitar panti asuhan.
Inayah cukup terkejut melihat Aditia duduk bersama beberapa anak panti asuhan bercanda dengannya. Begitu juga dengan Aditia. Ia begitu bahagia melihat Inayah di hadapannya. Ia pun berdiri dari tempatnya dan menghampiri Inayah.
"Inayah, aku senang bisa melihatmu lagi. Kau jodohku inayah. Kau tahu kenapa? Setiap hatiku memanggil namamu kau hadir di hadapanku."
Inayah tersenyum lucu. Ia kembali menganggap itu hanya kebetulan. "Kebetulan saja kakak disini juga. Oya ... ngapain kak Adit disini? Apa kak Adit bersama Teo?"
"Iya. Juga bersama Ibu. Kata ibu, aku sering datang ke tempat ini."
Inayah teringat dengan perkataan Ummi Humairah mengenai donatur yang mengalami amnesia. 'Apa kak Adit yang dimaksud Ummi,' batin Inayah.
"Calon bidadariku, kenapa melamun? apa kamu sedang memikirkan aku?"
"Aku, tidak apa-apa," elak Inayah menundukkan pandangannya untuk menghindari tatapan itu.
"Inayah, bolehkah aku mengungkapkan sesuatu?" tanya Aditia.
Inayah mengangkat wajahnya dan berkata, "Apa itu? Katakanlah."
"Inayah, pertemuan pertama kita telah kau curi hatiku. Aku mencintaimu, Inayah."
Deg! Entah seperti apa perasaan Inayah saat ini. Mengapa Aditia begitu cepat mengakui perasaannya. Inayah tidak tahu harus menjawab apa.
"Inayah, apa kamu meragukanku? Atau karena, aku amnesia?"
"Bukan seperti itu. Aku... hanya..."
"Jangan menjawabnya, jika kamu belum bisa, Inayah. Aku tahu, kamu juga pasti mencintaiku. Aku yakin itu. Aku akan belajar sebaik mungkin inayah. Seperti yang aku katakan, jika aku sudah merasa mampu menjadi imam untukmu, aku akan menemui kedua orang tuamu," papar Aditia menatap Inayah.
Saat Aditia mengobrol dengan Inayah. Amira melihat mereka dan begitu juga dengan Raka, kakak inayah. Raka cukup kaget melihat keberadaan Aditia di tempat itu dan berbincang rama dengan adiknya. Ada rasa Amarah melihat Aditia mengingat seputar masa lalunya.
"Kak Raka mau kemana?" tanya Amira penuh kecemasan.
"Aku akan menemuinya. DIa tidak bisa dekat dengan Inayah. Dia bukan pria yang baik buat Inayah." jelas Raka yang masih kecewa dengan sifat Aditia dulu.
"Mas, biarkan dulu mereka berbincang. Toh bukan cuma mereka berdua saja di sana?" cegah Amira.
"Bukan itu, Sayang. Aku tidak mau saja, Inayah berteman dengan pria seperti Aditia."
Amira tidak bisa mencegah suaminya. Ia begitu risau melihat Raka semakin dekat degan Inayah dan Aditia yang sedang berbincang.
Amira melihat ada perubahan dalam diri Aditia. Ia juga bingung mengapa Aditia terlihat seperti pria lugu. Bukan Aditia yang Ia kenal dulu. Ketakutan dalam dirinya, ketika suaminya sudah sampai di hadapan mereka.
Ikuti perjalanan kisah cinta Aditia hingga menemukan jodohnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Neulis Saja
oh ada amira mungkin masa lalu aditiakah?
2024-10-13
0
linda sagita
semangat terus kak
2022-12-14
1
Idham Adhang
meleleh
2022-11-05
1