Bab 3 Mengantar Aditia

Teo pulang tanpa tuan mudanya membuat ibu Hanum, ibu Aditia sedikit cemas. Bagaimana bisa Teo pulang tanpa putranya.

Teo hanya terdiam mendengar ibu bosnya memarahinya. "Bagaimana bisa kamu pulang tanpa membawa Aditia, Teo. Bagaimana?"

"Maafkan saya nyonya. Saya akui, saya salah. Tapi, saya sudah mencari semua tempat. Kupikir tuan muda sudah pulang."

Ibu Hanum melihat Teo dan berkata, "Apa kamu lupa, Teo? Tuan muda-mu itu amnesia. Dan kau juga tahu, bukan? Jika, mental tuan muda-mu juga terganggu. Tahu, kan?"

Teo tertunduk. "Iya, nyonya."

"Oh, Tuhan. Kemana anakku?" Ibu Hanum kembali cemas. Ia hanya bisa meratap.

Alina yang baru pulang dari kampus menemukan ibunya menangis. "Kak, Teo. Ada apa ini?"

"Pagi tadi tuan muda memintaku membawanya ke taman kota. Namun, aku tidak menemukan tuan muda di sana. Jadi, ku-putuskan untuk pulang. Aku tidak tahu, jika ternyata tuan muda belum sampai di rumah. Maafkan saya, nona muda."

Alina ikut kaget mendengar penuturan Sekretaris pribadi kakaknya. Lalu, ia duduk di samping ibunya dan memeluknya. "Ibu, Alina yakin. Kakak akan pulang dan baik-baik saja. Ok."

"Bagaimana kamu yakin, nak? Kamu tahu kakakmu yang sekarang. Keadaannya tidak seperti yang dulu. Bagaimana jika terjadi sesuatu. Ibu tidak akan pernah bisa bayangkan," ucap ibu Hanum dalam tangisnya.

"Ibu menyesal tidak ikut dengannya tadi pagi. Harusnya ibu tidak membiarkannya pergi hanya berdua dengan Teo." Sesal Ibu Hanum.

Alina semakin mengusap punggung ibunya. "Ibu, ibu tidak salah. Aku Yakin, kakak akan baik-baik saja."

Dibalik ucapannya. Alina sangat cemas. Ia juga berfikir sama dengan ibunya. Namun, ia mencoba tenang untuk tidak membuat ibunya tambah khawatir.

"Kak, pulanglah. Kau dimana?" Batin Alina.

Sementara, Aditia terus bercerita seputar masa kecilnya pada Inayah yang sedang mengantarnya.

"Kak Adit sudah sampai," kata Inayah.

Aditia melihat rumahnya. "Apa kamu tidak ikut masuk bertemu calon ibu mertuamu?"

"Lain kali ya, kak. Aku singgah. Ibu pasti mencemaskan aku."

"Inayah, terimakasih kau sudah membuat hari-hariku terasa hidup," tutur Aditia.

Inayah tersenyum, "ambilah ini kak. Dan pelajari itu. Semoga buku itu membawa ketenangan hati untukmu setelah mengamalkannya dan semoga kau menemukan kembali ingatanmu," Kata Inayah memberikan buku panduan shalat buat Aditia.

Sementara, ibu Hanum dan lainnya mendengar ada suara mobil di depan rumahnya. Segera mereka keluar melihat siapa yang datang.

Ibu Hanum begitu bahagia, ketika melihat Aditia turun dari mobil bersama seorang gadis berkerudung. Ibu Hanum pun menghampiri mereka dan langsung memeluk putranya.

"Nak, kau baik-baik saja, 'kan?" ibu Hanum memeriksa seluruh tubuh putranya.

"Ibu, aku baik. Lihatlah siapa gadis di depanmu! Dia gadis yang aku ceritakan padamu. Cantik, bukan?"

Ibu Hanum menatap Inayah yang terlihat sedikit malu dan juga terlihat sungkan. "Kamu Inayah?"

Inayah tersenyum. "Betul tante. Saya Inayah. Maaf saya sudah membuat Anda khawatir. Tadi kupikir saya mengantar dia pulang, karena saat di tempat parkir ia tidak mengenali mobilnya."

"Terimakasih. Maafkan Aditia telah merepotkan dirimu. Mentalnya serta daya ingatnya memang terganggu dan ...."

"Aku tahu. Dan aku mengerti kondisinya," ucap Inayah.

"Hai, kenalkan aku Alina. Aku adik kak Aditia. Terimakasih, Inayah. Kau sudah menghibur kakakku," kata Alina memperkenalkan dirinya.

"Sama-sama. Kebetulan saja aku bertemu dengannya di taman kota," jelas Inayah.

Ibu Hanum terus menatap inayah yang begitu lembut dan sopan. "Pantas saja Aditia mengatakan Inayah mirip dengan seseorang. Memang ia mirip. Apa yang di katakan Aditia benar. Hanya wajah yang berbeda," batin Ibu Hanum.

"Maaf, saya harus pulang." pamit Inayah.

Melihat orang berkumpul di depan rumahnya. Tuan Subari pun mendekat dan melihat Inayah. Ibu Hanum sedikit cemas melihat kedatangan suaminya. Ia tahu betul bagaimana sifat suaminya. Ia tidak mudah menerima setiap gadis yang dekat dengan putranya. Ada saja kekurangan menurutnya.

"Turunkan ego-mu, ayah. Biarkan Aditia memilih dan menentukan hidupnya. Cukup penderitaan putraku selama ini," bisik ibu Hanum pada suaminya.

Inayah melihat tatapan ayah Aditia. ia sedikit ragu untuk pamit dengannya.

"Inayah tunggu!" Aditia menghampiri Inayah yang sudah membuka pintu mobilnya.

"Bisakah aku meminta no ponselmu? Jangan menolak-ku, Inayah."

"Sini ponselnya." kata Inayah melebarkan telapak tangannya.

Aditia pun meletakkan ponselnya di atas telapak tangan Inayah sambil terus menatap Inayah yang sedang mengetik nomornya di sana.

"Sudah." Inayah membuyarkan Aditia.

"Terimakasih, Inayah. Aku akan menghubungimu."

"Boleh. tapi, jangan menghubungiku diwaktu shalat."

"Tenang saja. Aku akan menunggu dan menelpon di waktu senggang. Aku akan hafal waktumu yang kosong.

Inayah terkekeh mendengar perkataan Aditia yang menurutnya lucu.

"Inayah, bolehkah aku mengatakan sesuatu?"

"Kak, nanti ya ... Kita ngobrol lagi. Saya harus pergi. Jadi, perkataan kak, Adit simpan saja dulu disini," kata Inayah menunjuk bibir dan dadanya sendiri.

"Inayah, tapi ini penting.

Inayah pun kembali memberi kode pada Aditia untuk mengancing bibirnya. Lalu, Inayah pun masuk dalam mobilnya. Sebelum pergi, Inayah meninggalkan senyum tulus buat Aditia sebagai tanda ia pamit yang membuat Aditia menatap terus mobil Inayah sampai tak terlihat lagi dari pandangannya.

Ibu Hanum pun memegang bahu putranya. Ia melihat sebuah buku ditangan putranya "Apa yang kamu pegang?"

Aditia buyar dalam diamnya dan berbalik melihat ibunya. Ia teringat kembali perkataan Inayah saat di taman Kota. 'Jangan biarkan ibumu bersedih. Cintai dan hormati dia. Dan ayahmu adalah merupakan kepala madrasah. Ia yang mencari nafkah untuk keluarganya. Tidak ada orang tua yang membenci anaknya sendiri, jika pun ada itu bukan membenci tapi Khilaf. Jika pun mereka marah, itu hanya sebatas sampai di mulutnya'.

"Ibu maafkan aku, Jika di masa laluku sering membuatmu sedih dan cemas." tutur Aditia.

Ibu Hanum memeluk putranya dan berkata, "ibu memaafkanmu. Kamu tidak ada salah, nak. Kami yang salah," Kata ibu Hanum, lalu kembali melihat putranya dan mengulang pertanyaannya. "Buku apa ini?"

"Ini diberikan Inayah. Katanya aku harus mempelajarinya. Buku ini bisa membuat hati tenang dan damai jika diamalkan."

Ibu Hanum pun membaca sampul buku tersebut 'Panduan Shalat'." Oh Tuhan apakah ini petunjuk? Apakah ujian yang yang kau berikan pada putraku merupakan sebuah hidayah untuk menjadikan kami manusia yang lebih baik? Sudah berapa lama aku tidak bersujud Pada-Mu."

Ibu Hanum membatin. Lalu, mereka pun masuk dalam rumah. tuan Subari tampak terlihat wajahnya penuh kesedihan dan penyesalan.

Di dalam kamarnya Aditia terus menatap buku yang diberikan oleh Inayah. Lalu, buku itu ia peluk dan di ciumnya. "Aku mencintaimu, Inayah."

Lalu, ia mengambil ponselnya dan hendak mengetik sesuatu. Namun sebelum mengetik ia melihat jam. "Baru jam 11.00."

Aditia pun mengetik di sana 'Inayah, apa kamu sudah sampai di rumah? Kamu tahu aku selalu memikirkan-mu' SEND. pesan pun ia kirim setelah usai ia ketik. Lalu, ia beranjak dari tempatnya masuk kamar mandi untuk membersihkan badannya yang berkeringat di cuaca yang cukup sejuk.

***

Inayah yang baru usai membersihkan diri duduk di depan meja riasnya. Ia sibuk dengan segala peralatannya di sana. Lalu, membuka handuk yang membungkus kepalanya, kemudian meraih hair drayer.

Ketika akan mengambil hair drayer, ia melihat ponselnya menyala. Inayah pun berdiri dan melihat pesan dari nomor baru. 'Inayah, apa kamu sudah sampai di rumah? Kamu tahu aku selalu memikirkan-mu'.

Inayah menebak, jika pesan itu pasti dari Aditia. Inayah pun menyimpan nomor Aditia dengan menulis nama kontak Aditia 'Kak Adit'

Lalu, ia membalas pesan Aditia 'Ia. Alhamdulillah Aku sudah sampai'.

Cukup itu ia tulis tidak panjang lebar. Ia sadar bahwa Aditia bukanlah siapa-siapa. Sebagai manusia biasa walau ia tahu bahwa Aditia bukan mahramnya dan harus membatasi diri bergaul, namun hati dan perasaan tidak bisa ia bohongi jika makhluk tuhannya itu sudah mencuri hatinya sedikit demi sedikit.

"Ya ... Rabbi. Ampuni aku yang mencintai sebelum ada ikatan pernikahan. Aku sudah melampaui batas. Namun, hatiku tak bisa ku-bohongi jika dia telah mencuri hatiku. Jika, dia jodohku, jadikan ia imam yang baik kelak nanti.

Inayah meletakkan ponselnya. Begitu ia akan berdiri kembali pesan dari Aditia masuk. Inayah kembali membuka pesan dan membacanya. 'Aku akan belajar menjadi imam yang baik untukmu. Setelah aku cukup mampu, aku akan datang berhadapan dengan kedua orang tuamu'.

Inayah tersenyum dan merasa terhibur dengan Kata-kata Aditia. Dan kembali berfikir maksud isi pesan Aditia. Inayah seakan terjebak dalam cinta pria amnesia.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

hopefully 🙏

2024-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2 Bab 2 Kembali kerumah
3 Bab 3 Mengantar Aditia
4 Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5 Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6 Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7 Bab 7. Frustasi
8 Bab 8 Di lema
9 Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10 Bab 10 Lamaran
11 Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12 Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13 Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14 Bab 14. Kata Hati
15 Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16 Bab 16. Kepergian Aditia
17 Bab 17. Hari Bahagia
18 Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19 Bab 19. Malam Yang Panjang
20 Bab 20. Kekasih halal
21 Bab 21 Sesak di Dada.
22 Bab 22. Salah Menilai
23 Bab 23. Tak Tersentuh
24 Bab 24. Sesal
25 Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26 Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27 Bab 27. Wasiat
28 Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29 Bab 29. Kabar Duka
30 Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31 Bab 31. Pertemuan Singkat
32 Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33 Bab 33. Memaafkan
34 Bab 34. Kepergian Adam
35 Bab 35. Rencana Aditia
36 Bab 36. Menatap Dari Jauh
37 Bab 37. Penawaran Aditia
38 Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39 Bab 39. Menemui Inayah
40 Bab 40. Ke putusan Inayah
41 Bab 41. Tentang Rasa
42 Bab 42. Kata Hati.
43 Bab 43. Mendebarkan
44 Bab. 44 Denyut Jantungku
45 Bab 45. Janji Suci
46 Bab 46. Malam Resepsi
47 Bab 47. Berat Berpisah
48 Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49 Bab 49. Perhatian
50 Bab 50. Cemburu lagi
51 Bab 51. Kejujuran
52 Bab 52. Rindu
53 Bab 53. Dilema
54 Bab 54. Kabar Gembira
55 Bab 55. Penjelasan Amira
56 Bab 56. Cerita Alina
57 Bab 57. Tentang Perasaan
58 Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59 Bab 59. Permintaan Inayah
60 Bab 60. Naluri Seorang Istri
61 Bab 61. Rapuh Tanpamu
62 Bab 62. Penyemangat Aditia
63 Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64 Ban 64. Pengharapan Aditia
65 Bab 65. Kesediaan
66 Bab 66. Sifa Vs Zaki
67 Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68 Bab 68. Harapan Inayah
69 Bab 69. Merajuk Bahagia
70 Bab 70. Bakti Seorang Istri
71 Ban 71. Terpksa Setuju
72 Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73 Bab 73 Kelucuan Rayyan
74 Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75 Bab 75. Rencana Bulan Madu
76 Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77 Bab. 77. Pernikahan Sifa
78 Bab 78. Perpisahan Sifa
79 Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80 Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81 Bab. 81 Berita Tak Terduga
82 Bab. 82 Masalah Baru
83 Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84 Bab 84. Menemui Marina
85 Bab 85. Tersampaikan
86 Bab 86. Klarifikasi
87 Bab 87. Cucu Kedua
88 Bab 88. Tanda Tanya
89 Bab. 89 Dua Garis Merah
90 Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91 Bab 91. Kurang Sehat
92 Bab 92. Kado Spesial
93 Bab 93. Jangan Pergi
94 Bab 94. Pesan Aditia
95 Bab 95. Periksa kandungan
96 Bab 96 Berita Buruk
97 Bab 97. Kembalilah Untukku
98 Bab 98. Kontraksi
99 Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100 Bab 100. Komplikasi
101 Bab 101. Mencintaimu
102 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2
Bab 2 Kembali kerumah
3
Bab 3 Mengantar Aditia
4
Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5
Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6
Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7
Bab 7. Frustasi
8
Bab 8 Di lema
9
Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10
Bab 10 Lamaran
11
Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12
Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13
Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14
Bab 14. Kata Hati
15
Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16
Bab 16. Kepergian Aditia
17
Bab 17. Hari Bahagia
18
Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19
Bab 19. Malam Yang Panjang
20
Bab 20. Kekasih halal
21
Bab 21 Sesak di Dada.
22
Bab 22. Salah Menilai
23
Bab 23. Tak Tersentuh
24
Bab 24. Sesal
25
Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26
Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27
Bab 27. Wasiat
28
Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29
Bab 29. Kabar Duka
30
Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31
Bab 31. Pertemuan Singkat
32
Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33
Bab 33. Memaafkan
34
Bab 34. Kepergian Adam
35
Bab 35. Rencana Aditia
36
Bab 36. Menatap Dari Jauh
37
Bab 37. Penawaran Aditia
38
Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39
Bab 39. Menemui Inayah
40
Bab 40. Ke putusan Inayah
41
Bab 41. Tentang Rasa
42
Bab 42. Kata Hati.
43
Bab 43. Mendebarkan
44
Bab. 44 Denyut Jantungku
45
Bab 45. Janji Suci
46
Bab 46. Malam Resepsi
47
Bab 47. Berat Berpisah
48
Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49
Bab 49. Perhatian
50
Bab 50. Cemburu lagi
51
Bab 51. Kejujuran
52
Bab 52. Rindu
53
Bab 53. Dilema
54
Bab 54. Kabar Gembira
55
Bab 55. Penjelasan Amira
56
Bab 56. Cerita Alina
57
Bab 57. Tentang Perasaan
58
Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59
Bab 59. Permintaan Inayah
60
Bab 60. Naluri Seorang Istri
61
Bab 61. Rapuh Tanpamu
62
Bab 62. Penyemangat Aditia
63
Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64
Ban 64. Pengharapan Aditia
65
Bab 65. Kesediaan
66
Bab 66. Sifa Vs Zaki
67
Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68
Bab 68. Harapan Inayah
69
Bab 69. Merajuk Bahagia
70
Bab 70. Bakti Seorang Istri
71
Ban 71. Terpksa Setuju
72
Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73
Bab 73 Kelucuan Rayyan
74
Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75
Bab 75. Rencana Bulan Madu
76
Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77
Bab. 77. Pernikahan Sifa
78
Bab 78. Perpisahan Sifa
79
Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80
Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81
Bab. 81 Berita Tak Terduga
82
Bab. 82 Masalah Baru
83
Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84
Bab 84. Menemui Marina
85
Bab 85. Tersampaikan
86
Bab 86. Klarifikasi
87
Bab 87. Cucu Kedua
88
Bab 88. Tanda Tanya
89
Bab. 89 Dua Garis Merah
90
Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91
Bab 91. Kurang Sehat
92
Bab 92. Kado Spesial
93
Bab 93. Jangan Pergi
94
Bab 94. Pesan Aditia
95
Bab 95. Periksa kandungan
96
Bab 96 Berita Buruk
97
Bab 97. Kembalilah Untukku
98
Bab 98. Kontraksi
99
Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100
Bab 100. Komplikasi
101
Bab 101. Mencintaimu
102
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!