Bab 2 Kembali kerumah

Kedatangan Aditia disambut hangat oleh keluarga. Sepuluh bulan setelah kejadian itu, Aditia kembali ke kota asalnya dengan keadaan yang berbeda.

"Kak Adit!" Pekik Alina melihat kakaknya di depan mata dalam keadaan baik secara fisik. "Aku Alina, adik kakak, kakak ingat aku, 'kan?"

Aditia hanya mematung. Ia hanya mengangguk walau sebenarnya ia tidak ingat. Ada rasa kecewa dalam dirinya, karena tidak bisa mengingat seperti apa keluarganya.

"Nak, sebaiknya kamu istirahat dulu. Jangan dipaksakan untuk mengingat." Kata Ibu Hanum pada putranya dengan lembut.

"Ibu, apa sebelumya aku pernah bersama seorang gadis?" tanya Aditia pada ibunya.

Ibu Hanum tercengang mendengar pertanyaan putranya.

"Ibu, tadi aku bertemu seorang gadis berkerudung dengan suara yang begitu lembut. Ketika aku bertanya, dia menjawab dengan sabar setiap pertanyaan yang aku lontarkan padanya. Entah mengapa suaranya, serta gaya bahasanya, seperti mirip dengan seseorang," papar Aditia yang mengingat kembali pertemuannya dengan Inayah.

"Nak, suatu hari nanti kau akan tahu," ucap Ibu Hanum, lalu menoleh ke arah Teo. "Teo antar Aditia ke kamarnya."

Aditia pun menurut. Selepas kepergian Aditia, Ibu Hanum langsung mendudukkan tubuhnya di sofa.

Ibu Hanum ingat bagaimana dulu Aditia begitu arogan, pembangkang. Bahkan putranya dulu keluar masuk di klabing semenjak Aditia gagal menikah dengan Marina. Berbalikan dengan sekarang, Aditia tampak begitu sangat lugu.Hingga tidak tampak seperti Aditia yang dulu.

Sebagai seorang ibu ingin selalu dekat dengan putranya yang selalu mendengar nasehatnya. Dan itu sekarang sudah terjadi. Aditia mendengarkannya. Namun, Tentu Ibu Hanum tidak ingin melihat putranya terpuruk seperti sekarang.

Alina memegang bahu ibunya. Kemudian menyapa wanita paruh baya tersebut. "Ibu?"

"Ibu tidak sanggup melihat kakakmu seperti itu. Bukan hanya daya ingatannya yang hilang. Mental kakakmu pun ikut terganggu," tangis ibu Hanum dalam pelukan putrinya, Alina.

"Saat semua orang menghinanya atau merendahkannya bahkan menjauhinya, karena keadaannya yang sekarang, tapi aku sebagai ibumu tidak pernah menjauh atau pun malu untuk tetap bersamamu, nak." lirih ibu Hanum.

Ibu Hanum menoleh pada suaminya yang sedari tadi diam.

"Mengapa ayah diam? Ini semua karena dirimu. Andai dulu kau merestui Amira dan Aditia, ini semua tidak akan terjadi!" Tunjuk ibu Hanum pada suaminya. "Tidak Marina kau tolak, Amira pun dulu kau tolak."

"Amira itu memang tidak pantas untuk Aditia. Seorang janda miskin hanya mencoreng nama baik kita," jelasnya. "Apa lagi Marina yang jelas-jelas hamil tanpa sepengetahuan Aditia."

"Dari dulu kau seperti itu! Egomu begitu tinggi! Kau selalu menentang hubungan anakmu dengan gadis pilihannya. Lihatlah anakmu seperti ini!"

"Aku menentang mereka karena aku punya alasan," geram Tuan Subari pada istrinya.

Ada rasa sesal dalam dirinya. Namun, terlalu gengsi untuk mengakui kesalahannya. Tuan Subari ingat bagaimana dulu Aditia, putranya.

***

Esok harinya Aditia meminta Teo membawanya untuk jalan pagi di sebuah taman yang cukup populer oleh warga setempat di kota tersebut.

Namun, tak disangka olehnya Aditia kembali bertemu dengan Inayah.

"Inayah?" Sapa Aditia dengan wajahnya yang berseri melihat Inayah berdiri di belakangnya.

Inayah melihat sekitarnya. Inayah mencari Teo yang sering bersama Aditia. "Kak Adit ngapain di sini?"

"Aku selalu mengingatmu. Hatiku tersiksa tidak bertemu denganmu. Aku seperti terpanggil untuk kemari."

"Kak Adit duduk ya? Kita ngobrol di sana." Inara mengajak Aditia duduk di sebuah kursi panjang. tentu ramai pengunjung.

Berlalu lalang orang-orang di sana menikmati minggu pagi yang cerah. Aditia tidak lepas menatap Inayah.

"Apa kau tahu, Inayah. Aku benar-benar seperti menemukan hatiku yang hilang. Aku merasa nyaman bersamamu. Aku ingin banyak belajar hal darimu." Aditia tersenyum menatap Inayah yang pandangannya lurus ke depan.

"Kak Adit, ibumu adalah sosok yang selalu menjadi contoh bagi anak-anaknya, entah itu anak laki-laki ataupun perempuan. Sebenarnya anak adalah cerminan dari orang tua, lantas sosok ibu adalah tempat madrasah pertama untuk seorang anak. Dia yang mengajarkan kita banyak hal, mendidik kita dengan sabar hingga kita tumbuh menjadi manusia berakhlak," papar Inayah.

"Jangan biarkan ibumu bersedih. Cintai dan hormati dia. Dan ayahmu adalah merupakan kepala madrasah. Ia yang mencari nafkah untuk keluarganya," lanjut Inayah. "Tak ada orang tua yang membenci anaknya. Jika pun mereka marah, itu hanya sebatas sampai di mulutnya."

Langit tiba-tiba mulai gelap membuat Inayah sedikit cemas, sementara Aditia terlihat girang. Tak lama kemudian hujan mulai rintik. Namun, Aditia memilih diam di sana.

"Ayo kak! kita harus mencari tempat berteduh. Kakak akan sakit, jika main hujan."

"Apa kau tahu, Inayah. Aku sangat suka hujan. Hujan ini mengingatkan aku dimasa kecil. Ibu memarahiku sama sepertimu. DIa takut jikalau aku sampai sakit." terang Aditia.

Aditia pun akhirnya mengikuti Inayah untuk mencari tempat berteduh. Ia membuka jaketnya untuk dijadikan payung bersama Inayah hingga mereka menemukan tempat yang pas untuk dijadikan tempat berteduh. Tak hanya mereka berdua di sana. Ada banyak pengunjung lain berteduh di tempat yang sama.

Aditia melihat Inayah kedinginan segera ia memberikan jaketnya. Namun, sebelumnya jaket itu ia keringkan dengan sarung tangan miliknya.

"Kak Adit aja yang pakai. Aku tidak kedinginan," tolak Inayah.

"Apa benar kamu tidak kedinginan? Lalu, kenapa kamu terlihat menggigil."

Inayah pun tersenyum mendengar perkataan Aditia. Mereka saling menertawakan membuat Aditia merasakan ada kebahagiaan tersendiri dalam dirinya.

Karena mendapat panggilan Inayah pun berbalik pada Aditia. "Apa Teo ada bersamamu?"

"Iya. Dia di parkiran." jelas Aditia.

"Kalau begitu aku mengantarkan-mu ke sana."

"Benarkah?" tanya Aditia.

"Iya. Ayo!" kata Inayah.

sebenarnya inayah sadar. ini adalah salah. Mengingat Aditia pria yang terganggu mentalnya, Inayah tidak mungkin membiarkan anak orang akan kehujanan.

"Hanya Kau yang tahu niat hamba." batin Inayah.

Karena hujan sudah redah Inayah dan Aditia pun berjalan menuju parkiran. Karena daya ingatan Aditia melambat akibat kecelakaan beberapa bulan lalu, membuat Aditia lupa mobilnya.

"Mana mobilmu?" Tanya inayah.

"Aku tidak tahu," jawab Aditia bingung.

"Lalu, apa kau punya ponsel?"

"Ponsel?" kata Aditia.

"Ia. Ponsel untuk menelpon. Aku akan menghubungi Teo." Inayah melihat Aditia seperti kebingungan.

"Kau ingin menghubungi Teo untuk apa?" tanya Aditia lagi.

"Dengan menghubungi Teo. Kita akan tahu posisi mobilmu terparkir. Jadi, dimana ponselmu? Biar aku yang menghubunginya." Inayah menatap Aditia.

"Ambillah di saku celanaku." Kata Aditia tanpa pikir panjang.

"Kak Adit punya tangan, kan? Jadi minuman dan makanan ini biar aku pegang dulu. Dan kak Adit ambil ponselnya," pinta Inayah.

"Kenapa bukan kamu saja yang ambilkan?" tanya Aditia lagi.

"Astaghfirullah, kak Adit! Tahu gak. Kalau aku yang ambil itu tidak sopan. Apa lagi aku dan kak Adit bukan siapa-siapa. Dan apa kata orang nanti. Masa cewek merogoh kantong Cowok."

"Karena bukan mahram, ya....? Kalau begitu jadikan aku mahram-mu saja. Kita menikah saja biar bisa terus jalan berdua. Beres, kan?" kata Aditia mengira pernikahan begitu mudah.

"Astagfirullah, kak Adit. Pernikahan itu tidak semudah yang kak Adit bayangkan. Pernikahan itu merupakan  ibadah yang mulia dan suci. Untuk itu, menikah tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena ini merupakan bentuk  ibadah terpanjang dan selayaknya dapat dijaga hingga maut memisahkan. Pernikahan sejatinya bukan hanya menyatukan dua insan untuk membangun biduk rumah tangga saja. Akan tetapi bagaimana kedua keluarga belah pihak juga bisa saling menyatu.

"Kalau begitu aku akan memberi tahu kedua orang tuaku untuk menyatukan kita."

Inayah hanya tertawa mendengar papar Aditia. Menganggap perkataan Aditia itu hanya bagian lelucon.

Hingga akhirnya Inayah memutuskan untuk mengantar Aditia pulang. Menunggu Aditia mengambil ponselnya itu terlalu lama. Yang ada Aditia akan semakin panjang lebar ngawur-nya.

Untungnya Aditia ingat jalan pulang menuju rumahnya. Hingga memudahkan Inayah menemukan tempat tinggal Aditia.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

next

2024-10-13

0

tri haryati

tri haryati

aditya dg kesabaran inayah akan segera pulih

2023-01-18

1

linda sagita

linda sagita

semangat kak, aku mampir lagi

2022-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2 Bab 2 Kembali kerumah
3 Bab 3 Mengantar Aditia
4 Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5 Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6 Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7 Bab 7. Frustasi
8 Bab 8 Di lema
9 Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10 Bab 10 Lamaran
11 Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12 Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13 Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14 Bab 14. Kata Hati
15 Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16 Bab 16. Kepergian Aditia
17 Bab 17. Hari Bahagia
18 Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19 Bab 19. Malam Yang Panjang
20 Bab 20. Kekasih halal
21 Bab 21 Sesak di Dada.
22 Bab 22. Salah Menilai
23 Bab 23. Tak Tersentuh
24 Bab 24. Sesal
25 Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26 Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27 Bab 27. Wasiat
28 Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29 Bab 29. Kabar Duka
30 Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31 Bab 31. Pertemuan Singkat
32 Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33 Bab 33. Memaafkan
34 Bab 34. Kepergian Adam
35 Bab 35. Rencana Aditia
36 Bab 36. Menatap Dari Jauh
37 Bab 37. Penawaran Aditia
38 Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39 Bab 39. Menemui Inayah
40 Bab 40. Ke putusan Inayah
41 Bab 41. Tentang Rasa
42 Bab 42. Kata Hati.
43 Bab 43. Mendebarkan
44 Bab. 44 Denyut Jantungku
45 Bab 45. Janji Suci
46 Bab 46. Malam Resepsi
47 Bab 47. Berat Berpisah
48 Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49 Bab 49. Perhatian
50 Bab 50. Cemburu lagi
51 Bab 51. Kejujuran
52 Bab 52. Rindu
53 Bab 53. Dilema
54 Bab 54. Kabar Gembira
55 Bab 55. Penjelasan Amira
56 Bab 56. Cerita Alina
57 Bab 57. Tentang Perasaan
58 Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59 Bab 59. Permintaan Inayah
60 Bab 60. Naluri Seorang Istri
61 Bab 61. Rapuh Tanpamu
62 Bab 62. Penyemangat Aditia
63 Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64 Ban 64. Pengharapan Aditia
65 Bab 65. Kesediaan
66 Bab 66. Sifa Vs Zaki
67 Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68 Bab 68. Harapan Inayah
69 Bab 69. Merajuk Bahagia
70 Bab 70. Bakti Seorang Istri
71 Ban 71. Terpksa Setuju
72 Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73 Bab 73 Kelucuan Rayyan
74 Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75 Bab 75. Rencana Bulan Madu
76 Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77 Bab. 77. Pernikahan Sifa
78 Bab 78. Perpisahan Sifa
79 Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80 Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81 Bab. 81 Berita Tak Terduga
82 Bab. 82 Masalah Baru
83 Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84 Bab 84. Menemui Marina
85 Bab 85. Tersampaikan
86 Bab 86. Klarifikasi
87 Bab 87. Cucu Kedua
88 Bab 88. Tanda Tanya
89 Bab. 89 Dua Garis Merah
90 Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91 Bab 91. Kurang Sehat
92 Bab 92. Kado Spesial
93 Bab 93. Jangan Pergi
94 Bab 94. Pesan Aditia
95 Bab 95. Periksa kandungan
96 Bab 96 Berita Buruk
97 Bab 97. Kembalilah Untukku
98 Bab 98. Kontraksi
99 Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100 Bab 100. Komplikasi
101 Bab 101. Mencintaimu
102 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2
Bab 2 Kembali kerumah
3
Bab 3 Mengantar Aditia
4
Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5
Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6
Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7
Bab 7. Frustasi
8
Bab 8 Di lema
9
Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10
Bab 10 Lamaran
11
Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12
Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13
Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14
Bab 14. Kata Hati
15
Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16
Bab 16. Kepergian Aditia
17
Bab 17. Hari Bahagia
18
Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19
Bab 19. Malam Yang Panjang
20
Bab 20. Kekasih halal
21
Bab 21 Sesak di Dada.
22
Bab 22. Salah Menilai
23
Bab 23. Tak Tersentuh
24
Bab 24. Sesal
25
Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26
Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27
Bab 27. Wasiat
28
Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29
Bab 29. Kabar Duka
30
Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31
Bab 31. Pertemuan Singkat
32
Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33
Bab 33. Memaafkan
34
Bab 34. Kepergian Adam
35
Bab 35. Rencana Aditia
36
Bab 36. Menatap Dari Jauh
37
Bab 37. Penawaran Aditia
38
Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39
Bab 39. Menemui Inayah
40
Bab 40. Ke putusan Inayah
41
Bab 41. Tentang Rasa
42
Bab 42. Kata Hati.
43
Bab 43. Mendebarkan
44
Bab. 44 Denyut Jantungku
45
Bab 45. Janji Suci
46
Bab 46. Malam Resepsi
47
Bab 47. Berat Berpisah
48
Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49
Bab 49. Perhatian
50
Bab 50. Cemburu lagi
51
Bab 51. Kejujuran
52
Bab 52. Rindu
53
Bab 53. Dilema
54
Bab 54. Kabar Gembira
55
Bab 55. Penjelasan Amira
56
Bab 56. Cerita Alina
57
Bab 57. Tentang Perasaan
58
Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59
Bab 59. Permintaan Inayah
60
Bab 60. Naluri Seorang Istri
61
Bab 61. Rapuh Tanpamu
62
Bab 62. Penyemangat Aditia
63
Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64
Ban 64. Pengharapan Aditia
65
Bab 65. Kesediaan
66
Bab 66. Sifa Vs Zaki
67
Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68
Bab 68. Harapan Inayah
69
Bab 69. Merajuk Bahagia
70
Bab 70. Bakti Seorang Istri
71
Ban 71. Terpksa Setuju
72
Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73
Bab 73 Kelucuan Rayyan
74
Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75
Bab 75. Rencana Bulan Madu
76
Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77
Bab. 77. Pernikahan Sifa
78
Bab 78. Perpisahan Sifa
79
Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80
Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81
Bab. 81 Berita Tak Terduga
82
Bab. 82 Masalah Baru
83
Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84
Bab 84. Menemui Marina
85
Bab 85. Tersampaikan
86
Bab 86. Klarifikasi
87
Bab 87. Cucu Kedua
88
Bab 88. Tanda Tanya
89
Bab. 89 Dua Garis Merah
90
Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91
Bab 91. Kurang Sehat
92
Bab 92. Kado Spesial
93
Bab 93. Jangan Pergi
94
Bab 94. Pesan Aditia
95
Bab 95. Periksa kandungan
96
Bab 96 Berita Buruk
97
Bab 97. Kembalilah Untukku
98
Bab 98. Kontraksi
99
Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100
Bab 100. Komplikasi
101
Bab 101. Mencintaimu
102
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!