Menemukan Hatiku Yang Hilang

Menemukan Hatiku Yang Hilang

Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah

Assalamu'alaikum, 🙂🙂 jangan lupa tinggalkan komentarnya, ya, kak. Terimakasih.🙏🙏🙏

...****************...

"Aku mencintaimu, Inayah. Kau telah menjadi sumber kekuatan dan dukungan bagiku. Aku bahagia bila kau bersedia menjadi bagian tulang rusukku."

"Tidak mungkin. Kita tidak mungkin bisa bersama," kata Inayah.

"Apa maksudmu, Inayah?" tanya Aditia dan Inayah menatapnya.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa menjelaskannya."

...****************...

Aditya yang sedang menatap birunya laut yang terbentang luas di hadapannya tidak sengaja seseorang menabraknya yang membuat Aditia terkejut.

"Nona, kau tidak apa-apa?" Kata Aditia yang mengulurkan tangannya pada gadis berkerudung warna pink itu untuk membantunya berdiri.

Melihat tangan pria itu terulur, inayah segera mengabaikan, lalu berdiri sendiri.

"Iya, Aku baik saja. Dan maaf sudah menabrak anda," kata Inayah dengan suara yang terdengar begitu lembut ditelinga Aditia.

Suara lembut itu seakan mengingatkan Aditia pada seseorang akan tetapi siapa? Siapa wanita itu? Ketika akan kembali menyapa, gadis berkerudung itu sudah menghilang di depannya.

"Kemana dia?" gumam Aditia melihat sekitarnya dan tidak melihat siapa-siapa.

"Apa aku berhalusinasi?" Pikirnya. "Tapi, mana mungkin?" Pikir Aditia lagi. "Tidak mungkin."

Aditia melihat bekas jatuh Inayah dan menemukan bros milik Inayah di atas pasir, lalu memungutnya. Cukup lama Aditia menatap bros hijab warna silver itu.

"Pasti ini milik gadis tadi." Aditia tersenyum menggenggam bros milik Inayah.

Lalu, Aditia melangkah meninggalkan tempat tersebut menuju hotel tempatnya menginap.

Ketika Aditia melangkahkan kakinya beberapa langkah dari tempat sebelumnya, Aditia kembali melihat gadis berkerudung pink sebelumnya. Aditia mengejarnya Sampai merasa engap.

Inayah melihat sosok lelaki sebelumnya yang ditabrak olehnya cukup bingung. Mengapa lelaki itu mengejarnya?

"Hei!" sapa Aditia sambil mengatur napasnya. Aditia menatap Inayah.

"Hei, juga," kata Inayah yang cukup bingung. "Tuan, aku ... sudah ... minta maaf seb ...." kata Inayah terpotong dengan tangan Aditia yang terangkat.

Aditia melihat tangannya yang terangkat, lalu menurunkannya, kemudian tersenyum.

"Kenalkan. Aku Aditia," ucapnya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Aditia menatap tangannya yang tidak dibalas oleh gadis tersebut.

Malah gadis itu tersenyum ramah padanya sambil tangannya ia katup di depan dada dan berkata, "Aku, Inayah Sita Renata Abdullah Panggil saja Inayah," kata Inayah dengan ramah.

"Mengapa kau tidak ingin berjabat tangan denganku?"

"Maaf. Bukan aku tidak sopan. Akan tetapi, kita bukan mahram," papar inayah dengan berhati-hati.

"Tetapi, ada banyak gadis sepertimu berjabat tangan dengan pria di luar sana, " ucap Aditia terlihat santai mengeluarkan pendapatnya.

Inayah tersenyum ramah. "Anda benar. Tetapi, aku bukan mereka. Aku punya prinsip tersendiri."

"Benar juga." kekeh Aditia. "Boleh kamu jelaskan padaku, apa itu mahram?"

"Apa aku harus menjelaskan,

ya?" tanya balik inayah cukup merasa jenaka.

"Iya ... kalau kamu tidak keberatan," kata Aditia terlihat lugu.

Sebenarnya, Inayah cukup bingung dengan pria di depannya. Inayah merasa lucu saja. Hingga pada akhirnya, Inayah pun memilih tempat yang cukup nyaman dan tentu ramai pengunjung agar tidak terjadi fitnah di antara mereka. Bukan Inayah sok alim. Akan tetapi, Inayah hanya mengikuti adab yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

Inayah pun mulai menjelaskan dan berkata, "Mahram yaitu semua orang yang haram untuk dinikahi karena sebab keturunan, persusuan, dan pernikahan," jelas Inayah secara singkat. "Maka dari itu, kita tidak boleh bersentuhan dan aku bisa bersentuhan dengan mahram-ku."

"Lantas, kapan Aku bisa berjabat tangan denganmu?" tanya Aditia begitu serius.

Inayah menutup wajahnya dan tertawa. Namun, suara tawanya tidak sampai terdengar oleh Aditia. Jujur dalam hati, Inayah tidak tahu mengapa ia tampak seperti seorang guru menjelaskan pada muridnya.

"Ketika kamu sudah menikah dengan gadis itu, maka kamu bisa menyentuhnya. karena dia sudah termasuk mahram-mu," Jawab Inayah dengan sabar. Berharap pria di depannya sudah paham.

'Menikah' Kata itu seperti Aditia pernah mendengarnya. Namun, kembali Aditia bingung dari siapa bahasa itu di dengar olehnya?

"Jadi, aku bisa menikah denganmu?"

"Iya, kalau kita jodoh," papar Inayah merasa lucu sendiri bertemu seorang pria seperti Aditia.

"Iya. Benar juga." Senyum Aditia yang menatap Inayah. "Lantas kapan kita akan berjodoh?"

Inayah kembali merasa lucu. juga merasa bingung. Namun, dengan sabar kembali Inayah menjelaskan.

"Jodoh tidak ada yang pernah tahu. Namun menurut yang aku pernah baca dalam ajaran agamaku bahwa seseorang merupakan jodohmu jika tiba-tiba pintu rezekimu terbuka ketika bertemu dengan dia. Allah SWT memberikan rezeki yang lebar agar keduanya dapat membangun keluarga. Hal ini menandai bahwa jika berjodoh segala urusan akan dimudahkan oleh Allah SWT. Itu tertulis dalam firman Allah QS An-Nahl ayat 72.

Aditia mengangguk dan kembali mematung seperti sebelumnya. Ketika hendak kembali menyahut, Malah gadis itu sudah menghilang di dekatnya.

"Kemana dia? Kok hilang lagi?" Aditia kembali mencari sosok gadis yang membuat seperti telah menemukan hatinya yang hilang.

Aditia beranjak dari tempat duduknya mencari keberadaan gadis berkerudung warna pink sebelumnya. Tidak sengaja, mata Aditia melihat gadis yang dicari olehnya telah masuk ke dalam mobil. Aditia mendekat, lalu mengetuk pintu mobil Inayah.

spontan, Inayah begitu terkejut. Inayah tidak percaya pria tersebut mengikutinya. Inayah pun menurunkan kaca mobilnya.

"Apa pernah kita bertemu sebelumnya?" Tanya Aditia lagi untuk menuntaskan rasa penasarannya sambil menatap Inayah tanpa berkedip sedikit pun.

Inayah kembali bingung dibuat oleh pria berkaos putih tersebut dengan pertanyaan baru dari pria tak dikenalnya. Lalu, Inayah menjawab, "Ham ..., Sepertinya tidak."

"Tapi, kenapa aku seperti pernah mendengar suaramu? Cara bicaramu pun seperti pernah aku dengar. Bahkan penjelasan tadi, aku seperti pernah mendengarnya."

"Ham ... tetapi, aku tidak mengenal anda. Bahkan aku belum pernah melihat anda sama sekali. Dan ini pertama kali kita bertemu," jawab Inayah berdoa dalam hati agar pria tersebut membiarkannya berlalu.

"Atau mungkin kau gadis yang pernah ada dalam bayanganku?" lanjut Aditia masih posisi yang sama.

"Apa?!" pekik Inayah merasa lucu. "Maaf, sungguh kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Saya juga baru beberapa hari di kota ini. Maaf sekali lagi, saya harus pergi. Permisi."

"Tunggu!" Cegah Aditia. "Maukah kau jadi temanku?"

Kembali Inayah merasa lucu. Tiba-tiba seorang pria aneh yang mengajaknya berteman. Bahkan pria tersebut mengira pernah bertemu dengannya.

'lucu bukan? Mimpi apa Aku semalam? Ya Allah, Astagfirullah.'

"Halo ... kau mau jadi temanku?" tanya Aditia lagi mengulang perkataannya.

Belum sempat Inayah menjawab, seorang pria berjas rapi menghampiri mereka.

"Tuan muda, Anda disini? Kami mencari tuan muda di pantai. Tenyata Tuan Muda disini," kata lelaki tersebut. "Sebaiknya kita kembali, Tuan. Tuan perlu banyak istirahat," ucapnya dengan menundukkan sedikit kepalanya di hadapan Aditia.

"Teo, aku sedang berbicara dengan gadis ini. Apa aku pernah melihat dia sebelumnya?"

Teo berbalik melihat Inayah yang sedang duduk di dalam mobilnya. Lalu, tersenyum.

"Maaf nona, Tuan saya amnesia. Dari segi pakaian memang anda terlihat mirip dengan seseorang," ucap Teo dengan ramah.

Inayah mengangguk-angguk dan berkata, "Tidak apa-apa," ucap Inayah mengerti situasi. Kini Inayah baru paham dengan pria di depannya yang sedari tadi memegang pintu mobilnya.

"Teo, Apa kau dengar suaranya? Sepertinya, aku mengenalnya," kata Aditia tersenyum melihat Inayah.

"Nona, sekali lagi saya mewakili, Kami minta maaf. Senyum tuan muda baru terlihat semenjak dia kehilangan memorinya setelah bertemu dengan anda. Sekali lagi, maafkan tuanku."

"Tidak apa-apa. Aku memakluminya," kata Inayah lagi.

"Teo, Apa kau sadar? Kau sudah lancang berbicara dengannya," kata Aditia seperti kembali sifat arogannya.

"Tuan, Maafkan saya," kata Teo.

Inayah tersenyum merasa lucu menyaksikan antara majikan dan bawahannya.

"Maaf. Sekali lagi, saya harus pergi." Inayah pamit.

"Inayah, kita bisa jadi teman?" Kata Aditia lagi yang melihat Inayah mulai menyalakan mesin mobilnya.

Inayah tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu aku pamit. Mohon jangan menghentikan Aku," ujar Inayah.

"Aku berharap suatu hari nanti, kita bertemu kembali dan bisa menjadi teman."

Sebelum mereka berpisah, Inayah berkata, "Kedua orang tuamu bisa kamu jadikan teman. Kamu pasti setuju jika orang tua adalah anugerah terbesar yang dimiliki oleh setiap anak di dunia. Mereka yang memberikan kita kasih sayang dan cinta yang tulus, mereka juga dengan sabar menuntun kita dari mulai belajar merangkak, berjalan, hingga dapat berlari dengan kencang. Orang tua pun rela bangun tengah malam bahkan tidak tidur sama sekali demi menenangkan kita yang menangis sepanjang malam." Jelas Inayah panjang lebar.

"Cintai dan sayangi kedua orang tuamu," Imbuh Inayah.

Aditia pun mengangguk dan melepaskan kepergian Inayah. Wajah itu tersenyum melihat kepergian Inayah.

Setelah Inayah sudah tidak terlihat olehnya, Aditia pun menuju hotel.

Aditia terus mencoba mengingat masa lalunya. Akan tetapi, tiap dirinya mencoba mengingatnya hanya merasa kesakitan di bagian kepala.

"Tuan, sebaiknya anda istirahat sebelum kita melanjutkan perjalanan. Tuan besar dan nyonya sudah menunggu sejak tadi kedatangan tuan muda."

"Teo, katakan padaku, apa yang kau tahu tentang diriku?"

"Maaf tuan. Saya orang baru bekerja dengan tuan. Jadi, saya tidak tahu apa-apa tentang tuan sebelumnya."

"Apa benar yang kau katakan? Kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku?" Tanya Aditia memastikan.

"Benar tuan," Kata Teo. Lalu, memberikan obat yang selama ini Aditia konsumsi.

Aditia merasa ada kebahagiaan dalam dirinya setelah pertemuannya dengan Inayah. Entah mengapa ia merindukan pertemuan itu kembali.

***

Sepanjang perjalanan, Inayah tersenyum sendiri mengingat pertemuannya dengan Aditia. Ia juga seperti pernah mendengar nama itu.

"Amnesia?" gumam Inayah. "Apa maksudnya suaraku mirip dengan seseorang? "

Inayah yakin, jika suara yang mirip dengannya adalah gadis spesial bagi Aditia. Inayah cukup penasaran dengan Aditia. Mengapa seorang Aditia bisa kehilangan memorinya?

"Kasihan. Sangat disayangkan." gumam Inayah. Astaghfirullah. Inayah sadar. jika dirinya memuji dalam hati ketampanan pria sebelumnya.

Inayah pun mendapat telepon. Ia berhenti sejenak di pinggir jalan, lalu menjawab telepon dari ibunya.

"Wa'alaikum salam, ibu." Jawab Inayah. "Iya, ibu. Inayah sudah dijalan. Sedikit lagi Inayah akan sampai. Ini Inayah dijalan ibu, Inayah tutup ya ... teleponnya. Assalamu'alaikum," ucap Inayah mengakhiri teleponnya.

Inayah kembali melajukan mobilnya berharap sampai dirumahnya sebelum magrib.

Setiba di rumah, Inayah memberi salam dan tampak tergambar wajahnya begitu ceria.

"Orang dari jalan sore lagi ceria, nih? Masya Allah. Tambah cantik kalau ceria seperti ini." Goda kakaknya yang bernama Raka.

"Ah, kakak! Gak bisa lihat orang senang, ya? Bahagia dong! Alhamdulillah, akhirnya aku bisa kembali menikmati tanah kelahiran-ku setelah beberapa tahun menuntut ilmu di negri orang," imbuh Inayah penuh kegembiraan.

Inayah pamit masuk dalam kamarnya dan kembali teringat dengan pria yang tidak sengaja bertemu dengannya. Inayah cukup penasaran dengan pria yang ditemuinya dan dinyatakan amnesia.

"Mengapa ia bisa kehilangan memorinya?" pikir Inayah.

Terpopuler

Comments

linda sagita

linda sagita

lucu si Aditia, kalau mau berjabatangan dg Inayah, ya dihalalin dulu

2022-11-19

0

Icha Mawik

Icha Mawik

kak, aku udh mampir dan mulai menyimak ceritanya... semangat up nya ya kak...

2022-11-05

1

Idham Adhang

Idham Adhang

Tersentuh

2022-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2 Bab 2 Kembali kerumah
3 Bab 3 Mengantar Aditia
4 Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5 Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6 Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7 Bab 7. Frustasi
8 Bab 8 Di lema
9 Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10 Bab 10 Lamaran
11 Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12 Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13 Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14 Bab 14. Kata Hati
15 Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16 Bab 16. Kepergian Aditia
17 Bab 17. Hari Bahagia
18 Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19 Bab 19. Malam Yang Panjang
20 Bab 20. Kekasih halal
21 Bab 21 Sesak di Dada.
22 Bab 22. Salah Menilai
23 Bab 23. Tak Tersentuh
24 Bab 24. Sesal
25 Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26 Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27 Bab 27. Wasiat
28 Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29 Bab 29. Kabar Duka
30 Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31 Bab 31. Pertemuan Singkat
32 Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33 Bab 33. Memaafkan
34 Bab 34. Kepergian Adam
35 Bab 35. Rencana Aditia
36 Bab 36. Menatap Dari Jauh
37 Bab 37. Penawaran Aditia
38 Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39 Bab 39. Menemui Inayah
40 Bab 40. Ke putusan Inayah
41 Bab 41. Tentang Rasa
42 Bab 42. Kata Hati.
43 Bab 43. Mendebarkan
44 Bab. 44 Denyut Jantungku
45 Bab 45. Janji Suci
46 Bab 46. Malam Resepsi
47 Bab 47. Berat Berpisah
48 Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49 Bab 49. Perhatian
50 Bab 50. Cemburu lagi
51 Bab 51. Kejujuran
52 Bab 52. Rindu
53 Bab 53. Dilema
54 Bab 54. Kabar Gembira
55 Bab 55. Penjelasan Amira
56 Bab 56. Cerita Alina
57 Bab 57. Tentang Perasaan
58 Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59 Bab 59. Permintaan Inayah
60 Bab 60. Naluri Seorang Istri
61 Bab 61. Rapuh Tanpamu
62 Bab 62. Penyemangat Aditia
63 Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64 Ban 64. Pengharapan Aditia
65 Bab 65. Kesediaan
66 Bab 66. Sifa Vs Zaki
67 Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68 Bab 68. Harapan Inayah
69 Bab 69. Merajuk Bahagia
70 Bab 70. Bakti Seorang Istri
71 Ban 71. Terpksa Setuju
72 Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73 Bab 73 Kelucuan Rayyan
74 Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75 Bab 75. Rencana Bulan Madu
76 Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77 Bab. 77. Pernikahan Sifa
78 Bab 78. Perpisahan Sifa
79 Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80 Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81 Bab. 81 Berita Tak Terduga
82 Bab. 82 Masalah Baru
83 Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84 Bab 84. Menemui Marina
85 Bab 85. Tersampaikan
86 Bab 86. Klarifikasi
87 Bab 87. Cucu Kedua
88 Bab 88. Tanda Tanya
89 Bab. 89 Dua Garis Merah
90 Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91 Bab 91. Kurang Sehat
92 Bab 92. Kado Spesial
93 Bab 93. Jangan Pergi
94 Bab 94. Pesan Aditia
95 Bab 95. Periksa kandungan
96 Bab 96 Berita Buruk
97 Bab 97. Kembalilah Untukku
98 Bab 98. Kontraksi
99 Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100 Bab 100. Komplikasi
101 Bab 101. Mencintaimu
102 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2
Bab 2 Kembali kerumah
3
Bab 3 Mengantar Aditia
4
Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5
Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6
Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7
Bab 7. Frustasi
8
Bab 8 Di lema
9
Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10
Bab 10 Lamaran
11
Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12
Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13
Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14
Bab 14. Kata Hati
15
Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16
Bab 16. Kepergian Aditia
17
Bab 17. Hari Bahagia
18
Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19
Bab 19. Malam Yang Panjang
20
Bab 20. Kekasih halal
21
Bab 21 Sesak di Dada.
22
Bab 22. Salah Menilai
23
Bab 23. Tak Tersentuh
24
Bab 24. Sesal
25
Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26
Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27
Bab 27. Wasiat
28
Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29
Bab 29. Kabar Duka
30
Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31
Bab 31. Pertemuan Singkat
32
Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33
Bab 33. Memaafkan
34
Bab 34. Kepergian Adam
35
Bab 35. Rencana Aditia
36
Bab 36. Menatap Dari Jauh
37
Bab 37. Penawaran Aditia
38
Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39
Bab 39. Menemui Inayah
40
Bab 40. Ke putusan Inayah
41
Bab 41. Tentang Rasa
42
Bab 42. Kata Hati.
43
Bab 43. Mendebarkan
44
Bab. 44 Denyut Jantungku
45
Bab 45. Janji Suci
46
Bab 46. Malam Resepsi
47
Bab 47. Berat Berpisah
48
Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49
Bab 49. Perhatian
50
Bab 50. Cemburu lagi
51
Bab 51. Kejujuran
52
Bab 52. Rindu
53
Bab 53. Dilema
54
Bab 54. Kabar Gembira
55
Bab 55. Penjelasan Amira
56
Bab 56. Cerita Alina
57
Bab 57. Tentang Perasaan
58
Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59
Bab 59. Permintaan Inayah
60
Bab 60. Naluri Seorang Istri
61
Bab 61. Rapuh Tanpamu
62
Bab 62. Penyemangat Aditia
63
Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64
Ban 64. Pengharapan Aditia
65
Bab 65. Kesediaan
66
Bab 66. Sifa Vs Zaki
67
Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68
Bab 68. Harapan Inayah
69
Bab 69. Merajuk Bahagia
70
Bab 70. Bakti Seorang Istri
71
Ban 71. Terpksa Setuju
72
Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73
Bab 73 Kelucuan Rayyan
74
Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75
Bab 75. Rencana Bulan Madu
76
Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77
Bab. 77. Pernikahan Sifa
78
Bab 78. Perpisahan Sifa
79
Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80
Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81
Bab. 81 Berita Tak Terduga
82
Bab. 82 Masalah Baru
83
Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84
Bab 84. Menemui Marina
85
Bab 85. Tersampaikan
86
Bab 86. Klarifikasi
87
Bab 87. Cucu Kedua
88
Bab 88. Tanda Tanya
89
Bab. 89 Dua Garis Merah
90
Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91
Bab 91. Kurang Sehat
92
Bab 92. Kado Spesial
93
Bab 93. Jangan Pergi
94
Bab 94. Pesan Aditia
95
Bab 95. Periksa kandungan
96
Bab 96 Berita Buruk
97
Bab 97. Kembalilah Untukku
98
Bab 98. Kontraksi
99
Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100
Bab 100. Komplikasi
101
Bab 101. Mencintaimu
102
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!