Mendengar perbincangan anak dan menantunya. Si nenek yang sebenarnya tidak begitu menyayangi cucunya itu. Merencanakan sesuatu, bahkan itu ia susun dari beberapa hari yang lalu. Suparno kurang setuju dengan niat yang terselubung itu memanfaatkan keponakan yang selalu ia sayangi. Tapi tak mungkin ia akan mengatakan itu. Mereka membahasnya bukan di rumah, melainkan di ladang. Sang ibu beralasan pada menantunya, ingin tahu di mana ladang dan sawah mereka.
"(Aku akan mendidik Anah dengan baik, setelah pintar aku tak akan biarkan ia senang)"berkata dalam hati, dia tersenyum licik sambil memandang Anah.
"Nduk cah ayu mandi yuk, sudah sore ini" ajaknya pada Anah. Monik menolak menatap sang Nenek. Bocah kecil ini bisa merasakan bahwa Nenek lebih sayang mbak nya ketimbang dia. Nenek menyadari akan tatapan cucu keduanya, dia pun mengajaknya.
"Cah ayu Monik mau mandi sama nenek juga" tanyanya pada Monik.
"Lalu Monik mengangguk." iya Nek.
"Ayo kita mandi biar wangi" ajaknya sambil menggandeng tangan kedua cucunya. Yang di sambut sumringah kedua bocah itu.
Sementara pak Jumadi dan bu Sarinem saling pandang. Dalam pikiran mereka sama sejak kapan ibunya sedekat itu pada cucunya. apalagi Monik yang biasanya aga susah di ajak neneknya.
...****************...
Di sumur belakang rumah.
"Nah siapa ini yang mau duluan mandi?" tanya Nenek.
"Aku nek"Monik berteriak
"Ya udah Nek Monik dulu, kalau Monik sudah baru aku."Sahut Anah, memang dalam hal apa pun selalu mengalah kecuali apa yang mereka punya dan pakai. Harus sama, layaknya anak kembar, yang selalu ingin sama dengan kembarannya.
Setelah mandi mereka berdua di dandani mereka di kompak rambut mereka di ikat dua.
Anah memang cantik, kulit putih bersih, rambut bergelombang di apain aja juga akan terlihat menggemaskan. Monik biar berkulit gelap, yaitu hitam manis, rambut lurus, terlihat manis dengan gaya rambut kuncir dua. Dengan senangnya Anah berlari ke arah bapaknya.
"Bapak, apa aku cantik?"tanya Anah pada bapaknya.
dengan senang pak Jumadi menjawab pertanyaan putrinya.
"Ooow pasti dong anak anak bapak cantik semuanya. Coba sini bapak cium, wangi apa gak."Ucapnya sambil berjongkok untuk mencium kedua putrinya.
"eeemm wanginya, anak bapak."Sambil tersenyum manis khas pak Jumadi.
"Pak dengar gak itu bunyi apa?"saat mendengar tukang es potong lewat.
"Memang itu apa?"pak Jumadi.
"Itu loh tukang es potong,"
"Oh bilang aja minta jajan!"ketus bu Sarinem, sambil tersenyum. Sudah hapal dengan caranya Anah, saat minta jajan.
"Eem.....,anak bapak satu minta jajan to." Kata pak Jumadi sambil tersenyum meledek anaknya.
"Iiih aku pengen beli pak, tuh mumpung berhenti."Ucap Anah.
"Ya sudah Ayuk."Ajaknya pak Jumadi.
"Aku juga ya pak." Rengek Monik.
"Iya..."Jawab pak Jumadi sambil menggandeng tangan kedua putrinya.
Bu sarinem hanya tersenyum melihat tingkah polah putrinya.
Sementara Nenek melihat senyum bu Sarinem, terlihat tidak suka. Ada rasa cemburu, dengan kebahagiaan anak dan menantunya.
Karena ia tidak itu saat anak anaknya masih kecil. Menikah karena perjodohan dan terpaut jauh. Hingga saat suami meninggal ia merasa bebas. Dan akhirnya dia meninggalkan anaknya di usianya yang baru dua bulan dan saat itu pak Jumadi berusia sepuluh tahun. Hingga kedua anaknya terlantar, dan pak Jumadi menjadi tulang punggung. Padahal usianya baru sepuluh tahun, harus menanggung beban berat, membesarkan adiknya.
****Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Rini Antika
Kok ada ya Nenek yg gak sayang sama cucu..😢
2022-08-15
0