TAKDIR KU
Namanya mariana, sering di panggil Anah,
usia nya kini 6 tahun setengah. Memiliki adik berusia 4 tahun, bernama Monika sering di panggil Monik. Bapak bernama Jumadi dan ibu bernama Sarinem, paman bernama Suparno dan nenek Ponirah.
Di usia dini Anah harus berjuang hidup layak nya orang dewasa. Bagaimana tidak, Anah yang harus jadi korban kebencian nenek terhadap menantunya.
Padahal menantunya itu sangat sayang dan baik pada mertuanya. Karena bapaknya sangat mencintai ibunya, membuat sang nenek begitu membencinya.
Karena mengingat sang menantu adalah primadona desa tempat mereka dahulu.
Namun kehidupan yang sangat sederhana.
Bahkan hidup yang selalu dalam keadaan pas-pasan. Membuat sang sepasang suami istri ini harus beradu nasib dari desa ke desa lain.
Sampai akhirnya sang ibu memiliki ide, bagaimana sang anak bisa mencari rejeki dengan tenang tak repot dengan kedua anaknya.
...****************...
Di sebuah rumah bilik bambu, keluarga kecil ini sedang berbincang-bincang.
"Dek, mas pengen deh cari penghasilan lebih supaya kehidupan kita lebih layak lagi." Ujar pak Jumadi.
"Aku dan anak-anak ikut ya mas." Kata bu Sarinem .
"Tapi mas ini masih bingung dek, merantau kemana atau pindah kemana lagi. Sementara di provinsi ini sudah berbagai kabupaten kita datangi."Kata pak Jumadi.
"Mas bagaimana kalau kita ke kampung nya mbak yu partini."Usul bu Sarinem.
"Nah iya ke desa mbak yu Partini itu, boleh juga kita perlu mencoba nya. Lusa mas berangkat cari desa mbak yu parti dulu ya.
Kalau sudah ketemu terus cocok nanti kita berangkat kesana ya."Kata pak Jumadi.
"Iya mas."Jawab bu Sarinem.
"Sudah larut malam, tidur yuk."Ajak pak Jumadi, mereka langsung tidur karena sudah malam dan lelah.
...****************...
Di pagi Anah sedang bermain di halaman rumah, dia bermain berdua bersama sang adik. Dia selalu memiliki kesamaan dari baju, bahkan mainan dan pita rambut. Bocah berbeda usia ini, namun memiliki apa pun seperti anak kembar.Tiba-tiba ada yang memanggil yaitu paman dan neneknya.
"Anah... Monik....,"panggil sang paman bersama neneknya.
Anah dan Monik berbalik badan.
lalu menjawab.
"Iya nek, pak lek."Jawab mereka berdua, menghampiri dan menyalami paman dan neneknya.
Lalu mereka semua masuk kedalam rumah.
Di mana pak Jumadi sedang mempersiapkan barang yang akan di bawanya ke sawah.
Bu Sarinem sedang memasak untuk sarapan.
"Assalamualaikum..."Ucap nenek dan paman.
"Wa'alaikumsalam...."Jawab pak Jumadi dan istrinya. Mereka kompak dan menoleh. Kaget dengan penampilan mereka yang lusuh dan lelah di wajah.
"Mamak, Parno....."Ucapnya kompak.
Lalu bersalaman, menyambut mamak dan adiknya. Bu Sarinem menuntun ibu mertuanya untuk duduk.
"Mak gimana kabarnya?"Tanya bu Sarinem
"Baik."Di dengan ketusnya
Pak Jumadi memegang pundaknya bu Sarinem lalu berbisik "sabar ya dek" tapi hanya di jawab dengan anggukan.
"Ya sudah mas temani mamak dulu aku mau buat teh dulu."Ujar bu sarinem, lalu dia pergi ke dapur untuk membuat minuman.
...****************...
Di ruang tamu.
Parno sebenarnya ada masalah apa?
biasanya kalau pagi begini belum sampai sini. minimal jam 11 an?"tanya pak Jumadi
Ketika mau menjawab kakak iparnya datang bawa minuman. yang di suguhkan untuknya dan mamak, lalu sang kakak ipar duduk di sebelah pak Jumadi.
"Begini mas, mbak yu, aku dan mamak tidak bisa tinggal di rumah lagi."Jawab Parno dengan menunduk tidak berani menatap masnya.
"Apa terjadi sesuatu sehingga kalian tidak bisa tinggal di sana?"tanya pak Jumadi.
"Ka.. karena aku dan mamak punya banyak hutang. Jadi rumah itu terjual, buat bayar hutang mas." Jawabnya dengan gugup.
APA...?"
Kaget bukan main, pak Jumadi, rumah yang dia beli waktu masih bujang. Kini di jual oleh sang adik untuk bayar hutang.
Lagi-lagi mamaklah yang selalu awal buat masalah, hingga beberapa kali pak Jumadi yang menanggung. Kalau bukan pak Jumadi siapa lagi, namun mamaknya tak pernah sadar apa kesalahannya. Bahkan tanggung jawab terhadap anak saja dia tidak pernah. Itu lah yang membuat pak Jumadi sakit hati. Tapi tidak pernah dia marah dengan mamaknya selama ini. Akan tetapi untuk saat ini dia harus tegas pada mamak dan Parno adiknya.
"Mau sampai kapan kalian tidak berurusan dengan orang dan buat masalah sana dan sini. Dimana kalian tidak pernah memikirkan perasaan ku. Dan kamu Par mau sampai kamu hura-hura terus, kamu itu sudah dewasa. Belajarlah tanggung jawab pada diri sendiri minimal. Bagaimana jika dalam waktu dekat kamu nikah? istri dan anak juga tanggung jawab mu. Bukan tanggung jawab ku, karena di dalam rumah tangga suami adalah pemimpin dan pelindung keluarga. Kalian boleh tinggal di sini, tapi jang buat ulah di kampung ini. Sudah cukup kalian berurusan sama orang dan main-main."Kata pak Jumadi dengan tegas.
"Iya mas maafkan aku sudah buat rumah yang mas beli dari mas remaja harus di jual buat bayar hutang dan mamak." Kata Parno, dengan menangis sesenggukan di pangkuan masnya, menyesali perbuatannya yang tidak pernah nurut sama nasehat masnya.
Anah yang mulai mengerti pembicaraan orang dewasa pun hanya diam menyimak dan menyaksikan.
"Ya sudah jangan di ulangi di sini, belajarlah dewasa dan tanggung jawab. Mulai besok bantu di ladang dan sawah belajar kerja. Jangan cuma menghabiskan waktu dan uang yang tidak bermanfaat." Kata pak Jumadi dengan mengusap kepala adiknya yang sudah seperti anaknya baginya.
Bu Ponirah hanya diam menunduk, dia juga tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apa yang di katakan anaknya, benar adanya dia tidak pernah tidak menyusahkan.
Dari parno bayi anak sulungnya yang menanggung semua kebutuhannya. sejak suami pertamanya meninggal sepeserpun dia tidak mengeluarkan biaya hidup kedua anaknya. malah dia kadang minta uang pada anak sulungnya dan pergi lagi.
Bahkan sekarang begitu juga masalah selesai karena menjual rumah anak sulungnya. Yang di beli dengan mencicilnya dengan tetangganya di saat usianya masih sebelas tahun sampai bujang.
Kini tinggal kenangan tak tersisa, dan sekarang dia datang lagi kepada anaknya dan tinggal bersama lagi. Sebenarnya dia tidak ingin satu atap dengan menantunya ini.
Tapi tidak ada pilihan lagi selain di sini, bersama anaknya. Saudaranya tidak ada yang menerima dirinya, terlebih dahulu dia sudah menelantarkan kedua anaknya. Hal yang membuat saudaranya tidak mau membantunya.
"Mamak sama Parno ayo sekarang sarapan dulu setelah itu istirahat." Bu Sarinem mengajak sarapan mertua dan adik iparnya itu.
Lalu mereka langsung menuju ke dapur, untuk sarapan bersama. Bu Ponirah yang baru pertama kali datang ke rumah ini pun matanya menatap setiap sudut ruangan.
*****Bersambung.....
Ini masih tahap revisi.
maaf jika masih ada yang salah dalam kosa kata.
mohon saran dan kritik untuk karya pertama ku ini.
terima kasih sudah mampir semoga terhibur.🤗🥰😜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
fghht
hai kak aku baru mampir nih
di cerita ini
ceritanya seru kak
semangat buat kakak 🙏
2023-01-15
1
Afri Ani
haiii
2023-01-07
1
anak Ragil❤️💕
livy singgah di mari akak subscribe to you
2022-12-07
1