Sementara itu di tempat yang berbeda. Setelah selesai makan, Miranda memilih mengajak jalan jalan sebentar buat cari angin dan menenangkan pikiran. Sebagai seorang supir, tentu saja Rizal harus menurutinya. Rizal pun melajukan mobil ke arah yang tidak jelas dan itu semua atas perintah Miranda.
Sementara Miranda sesekali melirik Rizal dan diam diam mengamatinya. Dilihat dari pengamatan wanita seperti Miranda, Rizal sebenarnya sangat tampan dengan wajah yang rupawan. Rambutnya di potong tidak terlalu pendek, hidung mancung, kulit yang tidak terlalu putih namun exotis, bibir yang merah serta deretan gigi yang rapih seakan mendukung ketampanan yang melekat pada diri Rizal. Miranda berpendapat pada dirinya sendiri, jika Rizal di poles sedikit saja penampilannya, pasti ketampanannya tak kalah jauh dengan suaminya.
Mengingat nama suami, Miranda hanya mendengus kesal. Jika bukan karena orang tuanya, dia ingin menyudahi rumah tangga yang penuh kepalsuan itu. Miranda benar benar tidak bahagia. Tomi memang tampan, dia juga tidak pernah sekalipun marah kepada Miranda. Hampir di pastikan tiga tahun berumah tangga, Miranda dan Tomi jarang sekali bertengkar hebat.
Miranda juga mengetahui sisi buruk suaminya. Sungguh syok Miranda kala itu. Tepat di malam pengantin, Tomi mengakui semua tentang dirinya dan sisi buruknya hingga akhirnya malam.pengantin terlewat begitu saja hingga sekarang. Dari situlah keharmonisan rumah tangga Miranda dan Tomi hanya terlihat ketika sedang berkumpul atau ada acara di tempat umum. Tapi kalau di rumah mereka bahkan tidur di kamar terpisah.
Setelah puas mengamati supir barunya, Miranda mengulas senyum kemudian mengedarkan pandangannya ke arah luar mobil. Beberapa saat kemudian mata Miranda melihat taman kota dan dia meminta Rizal untuk berhenti di taman tersebut.
Setelah mobil terparkir sempurna, Miranda mengajak Rizal turun dan mereka memilih bangku kosong di bawah pohon rindang.
Jika boleh jujur, sungguh Rizal merasa canggung berada ditempat seperti ini. Bukannya dia tidak suka, tapi ini pertama kalinya dia duduk bersama wanita berdua dan hampir sangat dekat. Di kampung, Rizal hanya bisa membayangkan duduk berduaan dengan wanita dan tertawa bersama. Namun kali ini meski duduk dengan majikannya, tetap saja rasanya canggung, karena majikannya wanita yang masih muda.
"Kamu kenapa, Zal? Kaya orang bingung gitu?" tanya Miranda yang ternyata diam diam mengamati gerak gerik supirnya.
Rizal pun mengulas senyum sejenak. "nggak kenapa kenapa, Non. Cuma agak canggung aja."
Miranda menyipitkan mata, sejenak kemudian senyumnya melebar dengan mata berbinar. "Canggung kenapa, Rizal? Kamu aneh. Atau jangan jangan kamu malu duduk bareng aku?"
Mata Rizal pun langsung membelalak ke arah Miranda. "Bukan begitu, Non. sungguh. Saya canggung saja. Karena ini pertama kalinya saya duduk berdua sedekat ini dengan perempuan."
Miranda seketika tercengang. Namun itu tak berlangsung lama, karena rasa terkejutnya berubah jadi rasa takjub.
"Kamu serius, Zal?" tanya Miranda memastikan dan Rizal pun mengangguk. Miranda seketika terbahak sedangkan Rizal bertingkah seperti orang bingung dengan mengulas senyum.
"Berarti kamu belum pernah pacaran dong, Zal?" tanya Miranda lagi begitu tawanya mereda.
"Ya suka sama perempuan sih pernah, Non. Tapi nggak berani ngomong. jadinya nggak pernah pacaran," jawaban Rizal semakin membuat Miranda tercengang.
"Kok bisa?"
"Takut di tolak, Non." lagi lagi jawaban Rizal membuat Miranda tercengang dan tergelak.
"Astaga! Harusnya tetap diungkapkan dong, Zal? Masa laki laki ditolak takut sih." Rizal pun hanya mengulas senyum sembari menggaruk belakang telinganya yang tak gatal.
"Selain di tolak, apa ada hal lain yang membuatmu ragu menyatakan perasaanmu?" lanjut Miranda setelah gelak tawanya reda. Di tatapnya sang supir yang sedang menatap rumput dibawah kakinya.
"Faktor ekonomi yang membuat aku nambah nggak percaya diri, Non."
"Faktor ekonomi?" tanya Miranda dengan dahi berkerut.
Rizal mengangguk, "Meski aku tahu, nggak semua cewek itu matre, namun sebagai laki laki, setiap kencan juga harus punya pegangan kan, Non? Itu yang aku nggak punya."
Miranda mencerna ucapan Rizal dan dia tahu apa yang dimaksud pegangan. Miranda pun akhirnya manggut manggut sebagai tanda kalau dia memahami ucapan Rizal.
"Usia kamu sekarang berapa sih, zal?"
"dua puluh tiga, Non."
"Lebih tua aku dong? Kita selisih dua tahun, Tapi kalau duduk berdua seperti ini, kita kayak seusia ya, Zal?" ucap Miranda dan lagi lagi Rizal hanya tersenyum.
Sejenak mereka saling diam seperti kehabisan kata kata. Mata Miranda mengedar ke berbagai penjuru taman sedangkan Mata Rizal hanya lurus ke depan. Kalau tidak memandang rumput, mata itu memandang lalu lalang mobil di jalan raya.
"Berarti kamu belum pernah ciuman dong, Zal?" tanya Miranda lagi.
"Ya belum pernah, Non. Pacaran aja nggak pernah apa lagi ciuman."
Miranda pun tertawa dan kemudian dia berkata, "Bagaimana kalau kamu ciuman sama aku?"
"Hah!"
...@@@@@...
Rizal Dan Miranda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
juendidi
nah nahh.. mulaiii gaskennn aja zall wkwkwk
2023-11-18
0
Asngadah Baruharjo
wkwkwk 😀😀😀
2023-06-23
0
Lisa Mazna
tuan tomi kynya gay y thor
2023-06-14
0