"Hahahah..."
Suara tawa seseorang di dalam mobil sungguh membuat suasana lebih hangat dari sebelumnya. Selin yang tadi pagi lebih banyak menunjukkan sikap tak bersahabatnya kepada Jamal, namun kini sifat dinginnya seakan menguap begitu saja setelah melihat Jamal menghempaskan tubuh Rio ke aspal dengan mudah. Meskipun anak kampung, namun Jamal terlihat keren di mata Selin.
Berbeda dengan Jamal. Meski dirinya ikut tertawa, sebenarnya hati Jamal sedang panik luar biasa. Dia memang tidak salah ingin melindungi sang majikan, namun tindakan Jamal yang menghempaskan Rio dengan mudah takut mendatangkan masalah. Baik buat dirinya maupun buat Selin.
"Maaf, ya, Non?" ucap Jamal sembari terus fokus menyetir dengan tatapan tajam ke arah depan.
"Maaf untuk apa sih, Mal?" tanya Selin dan terpaksa dia mengurangi suara tawanya saat melempar pertanyaan tersebut.
"Ya itu tadi, perlakuan saya ke temen Non Selin," balas Jamal sembari sedikit menoleh ke arah Selin.
"Dia bukan temanku, jangan khawatir." ucap Selin.
Sebenarnya dalam benak Jamal ada pertanyaan yang sedang dia tahan. Pertanyaan tentang laki laki bernama Rio. Jamal berpikir jika Rio dan Selin pasti ada suatu masalah yang membuat hubungan mereka renggang.
Wajar Jamal memliki pemikiran seperti itu. Karena Jamal perhatikan, mata penuh kebencian jelas terlihat saat mata Selin memandang Rio dengan wanita yang dipanggil tante oleh Rio. Entah masalah apa yang menimpa mereka, yang pasti Jamal hanya bisa menahan berbagai pertanyaan dalam benaknya, karena dia merasa tidak ada hak untuk bertanya tentang hal pribadi kepada majikannya.
"Apa di kampung, kamu belajar bela diri, Mal?" pertanyaan Selin memecah pemikiran Jamal seketika.
"Iya, Non. Tiap minggu." jawab Jamal tanpa menoleh.
"Pantes, tadi kamu kayak mudah banget menghempaskan tubuh Rio. Udah lama belajar bela dirinya?" tanya Selin penuh rasa kagum.
"Sejak SMP, non. Tapi aku takut loh, Non," ucap Jamal dan ucapan itu membuat kening Selin berkerut.
"Takut? Takut kenapa?" tanya Selin dengan tetap memandang Jamal sedari tadi.
"Takut dia marah dan melampiaskannya pada Non Selin nanti." Mendengar penuturuan Jamal, Selin tertawa kecil.
"Nggak perlu khawatir. Lagian kalau dia buat masalah, tinggal aduin aja ke kamu, nyuruh ngajak duel dia, beres." Kini gantian Jamal yang tergelak mendengar ucapan Selin.
Sepanjang perjalanan pulang, suasana menjadi lebih hangat jika dibandingkan saat berangkat tadi pagi. Dalam obrolan mereka bahkan beberapa kali terdengar suara tawa memecah.
Sebelum sampai rumah, Selin meminta Jamal mampir di rumah makan dulu. Rasa lapar ternyata sudah menyerang wanita itu. Saat siang hari, Selin memang jarang sekali makan di rumah. Karena kesibukannya juga, dia jadi lebih memilih makan di luar.
Tapi untuk makan malam, kalau lagi tidak ada acara, Selin melakukannya di rumah bersama papahnya. Sejak beberapa bulan belakangan ini, Selin memang hidup berdua dengan ayahnya.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai Jamal berhenti di depan rumah makan padang sesuai petunjuk Selin. Menurut cerita tadi dalam perjalanan, rumah makan padang yang bernama Meminang Raso ini adalah rumah makan langganan Selin.
Tak lupa, Selin pun mengajak Jamal untuk ikut makan. Awalnya Jamal nolak, namun karena paksaan yang dilakukan Selin, akhirnya dia pasrah dan menuruti ajakan tersebut. Dalam hati Jamal kagum kepada majikannya. Selin tak canggung makan satu meja bareng supirnya. Bahkan dia terlihat cuek dan sangat menikmati makanannnya. Berbeda dengan jamal. Justru laki laki itu nampak malu malu saat makan bersama majikannya. Bagi Jamal, ini juga pertama kalinya dia makan bareng dengan seorang wanita.
Setelah cukup puas mengisi perutnya, kini tujuan Selin adalah minimarket. Dia ingin membeli cemilan karena stok cemilan di kamarnya sudah menipis. Berbagai cemilan dia masukkan ke keranjang. Dia juga membelikan beberapa cemilan untuk Jamal dan orang orang di rumah. Begitulah Selin. Dia tidak pernah membeda bedakan orang.
Setelah puas berbelanja cemilan, kini mobil menuju arah pulang. Entah itu karena kenyanag atau memang tidak ada bahan cerita. Suasana mobil nampak begitu hening menemani laju mobil tersebut.
Tak lama kemudian sampailah Jamal di kediaman Nona Selin. Kening Selin berkerut saat melihat ada mobil lain parkir di halaman rumahnya. Dia pun mendengus kesal karena dia tahu siapa pemilik mobil itu.
"Ngapain orang tak tahu malu masih datang aja kesini? Menyebalkan." gumam Selin sembari berdiri di samping mobil.
Sementara Jamal yang mendengar gumaman Selin hanya terdiam dengan hati bersuara, "Non Selin kenapa? Kok kayak marah gitu?"
...@@@@@...
Biar nggak bingung, aku kasih tanda deh ya mulai sekarang, jadi ntar kalian tahu, cerita Jamal ada di bab berapa aja, begitu juga Rizal dan Iqbal. Dan jangan lupa juga, dukungannya kasih ke cerita ini, biar semangat othor terus membahana dalam menangani tiga cerita ini, oke? Kalian pasti tahu kan dukungan apa saja? yuhuu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Endahbm
othor hebat ada 3 karakter jadi 1 novel... semoga gk puyeng... heheheh
semangat othor
2023-03-26
1
Alvia Nora
ceritanya rame seru ...
2023-02-14
0
Kardi Kardi
yuhuuuuuuuu
2023-01-30
0