"Kenapa ada alat pengaman bekas pakai di dalam sini?" pekik Iqbal tak percaya. Dengan jijik Iqbal memasukan barang tersebut ke dalam kantung plastik yang juga terselip disana. Bukan hanya satu, Iqbal juga menemukan lagi hingga empat buah. Bahkan yang masih rapi dalam kemasan juga ada.
Pria itu hanya menggelengkan beberapa kali untuk mengungkapkan keheranannya. Meski dia pemuda kampung, dia tahu betul fungsi alat itu untuk apa. Sungguh Iqbal tak habis pikir siapa yang melakukannya.
Pikirannya pun otomatis tertuju pada Nona yang baru saja keluar dari mobilnya. Berbagai dugaan bermunculan dibenak Iqbal. Prasangka buruk pun mengantarkan Iqbal kepada wanita bernama Karin.
"Ternyata diam diam, Non Karin menghayutkan euy," pekiknya.
Sementara di dalam kampus, Karin nampak sedang bercengkrama dengan teman temannya di dalam kelas.
"Supir kamu baru, Rin?" tanya salah satu teman Karin.
"Kamu lihat?" balas Karin sembari bertanya.
"Tadi pas aku sampai, melihat dia keluar mobil yang biasa kamu pakai. Kok beda sama supir yang biasa kamu pakai?" tanya teman Karin lagi.
"Beda gimana?" tanya Karin lagi. Dia sebenarnya tahu apa maksud pertanyaan temannya itu.
"Ya biasanya kan supir kamu tua, tapi tadi yang aku lihat, kayaknya seumuran kita deh." jawab teman Karin.
"Sepertinya sih begitu. Entah lah apa maksud Mamih, dia yang milih juga." Balas Karin dengan malas. Dia menyandarkan kepalanya ke tembok disebelah kanannya. Sementara sang teman dahinya berkerut merasa ada yang aneh dari temen deketnya tersebut.
"Apa Mamih kamu melakukan hal itu untuk nguji kamu?" terka keman Karin yang akrab di panggil Ninda
Karin pun melirik temannya. "Nguji gimana?"
"Yah, kamu kan tahu. Kalau orang tua kamu sekarang nggak percaya sama kamu karena ulah kakak kakak kamu. Makanya mereka dengan sengaja memperkerjakan supir yang seumuran sama kamu. Bisa jadi nanti dia disuruh lapor apapun tentang kamu." terang Ninda dengan yakinnya. Karin yang mendengar ucapan Ninda seketika pikirannya langsung berkelana.
Bisa jadi ucapan Ninda benar. Iqbal dijadikan alat untuk memantau gerakan Karin. Kecewa sudah pasti. Bagaimana bisa orang tuanya sama sekali tak mempercayainya hanya gara gara perbuatan yang tidak pernah dia lakukan.
Karin juga sangat kecewa dengan kedua kakaknya. Entah punya dosa apa Karin dengan mereka, Karin bagai anak pungut dimata mereka. Sungguh Karin sangat sedih jika mengingat keadaan dirinya yang seperti tak pernah dianggap oleh kedua kakak perempuannya.
Karin pun sekarang pasrah saja mengikuti alur hidup. Entah akan di bawa jalan hidupnya nanti. Yang pasti saat ini dia pasrah saja dengan keadaan yang mengimpitnya. Berontak pun percuma, pergi pun entah kemana. Selama dia belum mendapat kepercayaan dari orang tua, selama itu pula dia akan pasrah dengan keadaannya. Bukannya Karin tak mau berusaha, namun semua usaha yang telah dia lakukan berujung sia sia. Setiap pembuktian, dianggapnya kebohongan belaka.
Di tempat parkir mobil, rasa jenuh pun menghinggap pada diri Iqbal. Sudah hampir tiga jam dia berada di sana. Berbagai kegiatan dia lakukan untuk mengusir rasa jenuh, namun pada akhirnya rasa jenuh tetao menghampirinya.
Mulai dari duduk di taman seberang tempat parkir hingga mengajak ngobrol beberapa pedagang yang ada disana sambil mencicipi dagangan mereka.
Hingga pada akhirnya wanita yang ditunggu pun keluar dari kampus menuju ke tempat mobil terparkir.
"Udah selesai, Non?" tanya Iqbal begitu Karin masuk dan mendudukan pantatnya di kursi belakang.
"Yah, seperti yang kamu lihat," jawab Karin malas.
"Sekarang kita langsung pulang atau kemana lagi?"
Dahi Karin pun berkerut. Dia merasa heran dengan pertanyaan yang Iqbal lontarkan. Tentu saja itu adalah pertanyaan tak terduga bagi Karin. Karena biasanya sang supir yang mengantar Karin akan langsung pulang tanpa bertanya. Dan itu salah satu perintah dari orang tuanya.
"Kamu nggak salah menanyakan hal itu?" tanya Karin.
"Loh? Emang ada yang salah dengan pertanyaanku, Non?" balas Iqbal. Kini dia pun dibuat heran dengan pertanyaan Karin.
"Ya nggak salah sih, cuma aneh aja." jawab Karin.
"Aneh gimana, Non?" tanya Iqbal semakin penasaran. Dia pun sedikit memutar badan dan kepalanya ke arah Karin berada.
"Biasanya tanpa bertanya, para supir tuh langsung pulang," balas Karin dengan nada sedikit sebal.
Iqbal pun semakin dibuat penasaran. Dia pun menutuskan menyalakan mobilnya dan bersiap siap meninggalkan kampus.
"Apakah Mamih memberi tugas khusus untuk kamu?" Iqbal kembali terperangah dengan pertanyaan yang Karin lontarkan.
"Apa maksudnya? Tugas khusus?"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Jus Maniar
lanjutkan
2023-06-05
0
Kardi Kardi
hmmmm. karinnnn. ada balonnnn isi cairannnn
2023-01-30
0
Mr. Dirg Ant
lanjut
2023-01-26
0