Masih dihari yang sama, Rizal juga nampak sibuk dengan tugas yang diberikan oleh majikannya melalui pembantu rumah tangganya.
Semalam sebelum istirahat, pembantu wanita bernama Sari memang memberi pengarahan serta pantangan yang harus dipatuhi. Rizal diberi tahu tugas tugas yang harus dia lakukan serta larangan larangan yang tidak boleh dilakukan selama berada di rumah ini. Dua larangan yang membuat Rizal bingung adalah mengunci pintu kamar saat tidur dan jangan beranjak kelantai dua tanpa ijin.
Sebenarnya Rizal penasaran tapi kata Sari itu demi kebaikan Rizal nantinya. Rizal mau tidak mau pun harus menurutinya.
Bekerja di rumah tersebut juga termasuk pekerjaan yang santai. Setelah tugas pagi selesai, Rizal bisa duduk santai bersama Sari di belakang rumah. Apa lagi Miranda berangkatnya siang, makin santai lah pekerjaan Rizal di rumah itu.
Miranda yang memiliki usaha tiga buah butik yang cukup besar dan ternama memang selalu berangkat agak siang. Setiap harinya dia selalu menyempatkan diri berolahraga di lantai dua setiap sang suami berangkat kerja.
Jika dipandang dan di perhatikan, rumah tangga Miranda terlihat adem ayem tanpa masalah. Bahkan suasana mesra juga sering mereka tunjukan dihalayak umum. Meski belum di karuniai seorang momongan, pasangan itu juga sangat santai menanggapinya.
Namun siapa sangka, keromantisan yang sering mereka pertontonkan hanyalah sebuah sandiwara. Ada rahasia besar yang mereka sembunyikan selama pernikahan mereka. Hanya Sari yang tahu rahasia apa yang disembunyikan majikannya. Maka itu Sari dan Miranda memilih sendiri supir yang diinginkannya daripada menunggu pilihan Tomi, suami Miranda.
"Mbak, Mbak Sari berarti kerja disini sudah lumayan lama yah?" tanya Rizal ditengah tengah obrolan mereka sambil duduk di tepi kolam renang.
"Lumayan, Zal. Sejak Non Miran belum menikah, ada kali tujuh tahunan," balas Sari sembari di lanjut menyeruput teh manis hangatnya.
"Lumayan juga ya, Mbak. Non Miranda bukan asli orang negara sini apa, Mbak?" tanya Rizal penasaran sejak melihat wajah majikannya semalam.
"Ayahnya Non Miran, orang Belanda. Ibunya Medan. Non Miran disini sama temannya dulu, namun sejak menikah Non Miran dan Tuan Tomi pindah kesini. Lagian usaha mereka juga disini," terang Sari dan Rizal hanya manggut manggut.
"Pantes, Non Miran wajahnya agak kayak bule ya, Mbak. Kalau Tuan Tomi sih, Mbak?"
"Tuan Tomi ayahnya juga Belanda, Ibunya sulawesi." terang Sari dan sesaat kemudian dia menengok kanan kiri seperti hendak melakukan sesuatu kemudian Sari berbisik, "Non Miran dan Tuan dulu menikah karena perjodohan."
Mata Rizal membulat tak percaya. Tentu saja Rizal kaget. Meskipun dia anak kampung, tapi mendengar perjodohan di jaman sekarang ini nampaknya begitu aneh. Apalagi majikannya terlihat tampan dan cantik. Sudah pasti mereka bisa jadi idaman orang lain. Terus kenapa harus ada perjodohan? Apa ini seperti bisnis yang mirip di cerita novel? aneh.
Rizal juga merasa aneh saat sang tuan menatapnya. Entah apa arti tatapan itu namun sungguh Rizal merasa tidak nyaman dibuatnya. Rizal seakan sedang diselidiki melalui tatapan sang Tuan yang dalam dan nyaris tanpa berkedip.
Dua kali Rizal mendapat tatapan seperti itu. Semalam saat dia baru datang dan tadi pagi saat Tuan Tomi sedang sarapan. Bahkan tadi pagi Tomi menatap Rizal dari ujung rambut hingga ke bawah sembari menyeringai. Membuat Rizal bergidig ngeri dan semakin tak nyaman dibuatnya.
Saat mereka sedang asyik bercerita mereka dikejutkan dengan teriakan Miranda dari dalam rumah.
"Rizal!"
Rizal dan Sari pun sedikit tercekat saking kagetnya. Setelah menimpali panggilan, keduanya segera beranjak menuju ke sumber suara.
"Kamu belum siap siap?" tanya Miranda sedikit keras. Wanita cantik itu terlihat berkacak pinggang dengan dress selutut warna hijau matcha.
"Eh iya, maaf Non, saya siap siap bentar." balas Rizal tergagap dan segera saja dia bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
"Kamu tidak cerita apa apa ke Rizal kan, Mbak?" tanya Miranda begitu tubuh Rizal hilang dari pandangan.
"Nggak dong, Non. Sesuai yang Nona perintahkan," balas Sari yakin.
"Baguslah, aku harap dia tidak pernah tahu." ucap Miranda.
Setelah menunggu beberapa saat, Rizal pun tergopoh gopoh menuju ke tempat Miranda berada. Setelahnya dia mengikuti Miranda keluar kamar.
Begitu sampai mobil, Rizal membuka pintu mobil belakang dan mempersilakan Miranda masuk. Kemudian dia bergegas ikut masuk dan duduk di kursi belakang kemudi.
Saat Rizal mau menginjak gas, matanya menangkap sesuatu yang aneh tergeletak di bawahnya. Rizal pun memungutnya.
"Apa ini?" pekik Rizal. Miranda yang melihatnya sontak membelalakan mata dengan mulut yang membulat sempurna.
"Waduh, mati aku!"
...@@@@@...
Ada yang minta aku fokus ke cerita Jamal dan Selin saja. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas sarannya dan aku jawab disini saja yah, biar semua juga tahu. Berhubung disini ada tiga pemuda dengan kisahnya masing masing, jadi biar adil serta agar semuanya ke up, saya bikin kisah mereka secara bergantian tiap hari. Misal kemarin Jamal, hari ini Rizal, besok Iqbal, lusa Jamal lagi, begitu seterusnya.
Jadi saya harap, kalian punya fokus penuh dalam menyerap isinya. Maka itu aku usahakan tiga bab tiap hari agar semua cerita tiga pria ke ungkap semua. Kecuali pada bab bab tertentu nanti, seperti bab bab yang hot hot pop. itu bisa lebih dari lima bab hanya untuk satu adegan. Seperti contoh cerita Dodit di karya sebelumnya itu sampai 13 bab, Jaka pertama ketemu melati sampai 8 bab. Begitu juga cerita ini nanti. Dan juga ceritanya ganti ganti biar cepet ke kontrak dan yang kalian tunggu bisa cepat muncul seperti Jamal yang nangis heheh.
Itulah alasan saya. Makasih yang sudah mengikuti kisah ini, semoga mengikuti sampai tamat nanti ya? dan jangan lupa, dukungan. Entah itu like, gift, vote, rate dan komen. Oke? Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Anday Edeng
yup msntap
2024-02-12
1
Yuliana Purnomo
siip Thor,,,aku ngikut alur mu aja,, semangat 💪👌
2023-10-18
2
Asngadah Baruharjo
setuju thoorrr, sesuai judul 3 pemuda
2023-06-23
0