Dengan berjalan kaki selama lima belas menit, akhirnya mereka pun sampai di kantor tempat kursus mereka. Mereka bertiga memang sengaja mengambil kursus mobil atas saran paman Ikbal yang bekerja menjadi supir pribadi di kota besar. Dari mulut sang paman, mereka mendapat info kalau bisa mengemudi mobil, peluang dapat kerjanya itu banyak meski ijasah cuma SMP. Maka itu mereka bertiga mengikuti kursus menyetir yang ada di kecamatan mereka.
Selain membantu mencarikan lowongan pekerjaan, tempat kursus tersebut juga membantu para pelajarnya untuk mengurus dan mendapatkan sim. Hal itu juga yang menjadikan tempat kursus itu ramai didatangi warga yang ingin belajar mengemudikan mobil.
Sambil menunggu pemilik tempat kursus datang, Jamal dan kedua kawannya memilih duduk di kursi depan sembari memperhatikan guru guru mereka yang sedang bersiap siap melatih orang baru. Belajar selama enam bulan membuat Jamal dan sahabatnya terlihat sudah cukup mahir dan layak mendapatkan kartu Sim dan rekomendasi pekerjaan.
Tak lama kemudian orang yang mereka tunggu pun terlihat turun dari mobilnya. Dengan tergopoh gopoh, orang tersebut melangkah mendekat ke arah Jamal berada.
"Kalian tunggu sebentar ya? Aku mau ngurusin data orang orang baru dulu. Nggak apa apa kan kalian menunggu lagi?" ucapnya begitu badannya tepat berada di dekat Jamal.
"Siap, Pak. Nggak apa apa kok, kita mau nunggu," balas Iqbal.
"Baiklah, kalau gitu saya masuk dulu," ucap pria berusia sekitar empat puluh tujuh tahun tersebut yang segera masuk ke dalam kantornya. Jamal dan kedua temannya pun kembali melanjutkan obrolan mereka.
Meski tempat kursus tersebut tidak terlalu luas, namun tempat kursus itu akhir akhir ini ramai di datangi beberapa warga yang ingin belajar mengemudi. Apalagi tempat kursus ini satu satunya yang ada di kecamatan.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Jamal dan kedua sahabatnya pun disuruh masuk ke dalam kantor pria tadi. Pria yang akrab di panggil pak Budi itu mempersilakan Jamal dan sahabatnya duduk di kursi seberang mejanya.
"Seperti yang saya informasikan beberapa waktu kemarin, ini ada info pekerjaan yang saya rasa sangat pas buat kalian bertiga," terang Pak Budi. Tentu saja Jamal, Rizal dan Iqbal merasa senang mendengarnnya.
"Beneran, Pak? Kalau boleh tahu, apa pekerjaan itu?" tanya Ikbal penuh semangat.
"Karena ijasah terakhir kalian adalah SMP jadi pekerjaan yang akan kalian lakukan adalah sebagai asisten rumah tangga," jawab Pak Budi. Dan ketiga anak muda itu pun langsung mengerutkan dahinya.
"Asisten rumah tangga? Itu pekerjaan apa sih, Pak?" tanya Jamal.
Pak Budi pun mengulas senyum dan berkata, "Pembantu rumah tangga."
Ketiganya sontak terperangah dengan apa yang mereka dengar. Tentu saja ini diluar dari ekspetasi mereka. Yang ada dipikiran mereka adalah pekerjaan yang enak sesuai keahlian mereka namun kenyataannya malah ditawari menjadi pembantu.
"Maksud Bapak? Kita di jadiin babu?" tanya Rizal dengan raut wajah antara kecewa dan tak percaya. Tentu saja hal yang sama juga dirasakan Jamal dan Iqbal. Bagaimana mungkin hanya karena ijasah mereka SMP, pekerjaan yang layak buat mereka adalah menjadi pembantu alias babu.
"Bukan begitu, dengarkan penjelasanku dulu." sanggah Pak Budi berusaha menenangkan ketiga pemuda yang terlihat sudah kecewa dengan apa yang mereka dengar.
"Kalian itu bukan menjadi pembantu rumah tangga seperti pada umumnya. Kalian nanti bisa jadi sopir sekaligus penjaga rumah majikan kalian. Dan gaji yang di tawarkan juga lumayan besar. Jika kalian hanya mengandalkan kerja supir saja, gajinya tak segede dengan apa yang saya tawarkan. Dan lagian, kalian kan tahu sendiri. Jaman sekarang nyari kerja susah. Yang sarjana aja banyak yang nganggur apa lagi yang lulusan SMP seperti kalian. Kalaupun kalian menolak pekerjaan ini ya saya tidak masalah. Toh masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan." terang Pak Budi santai namun terdengar seperti mengancam.
Jika dipikirkan, apa yang diucapkan Pak Budi memang ada benarnya. Jaman sekarang sangat susah mencari pekerjaan. Itulah yang sedang dipikirkan ketiga pemuda dalam ruangan tersebut.
"Jika kita menerima pekerjaan tersebut, apa kita bekerja pada satu orang yang sama?" tanya Iqbal mewakili isi hati kedua temannya.
"Tentu saja tidak. Kalian akan kerja pada orang yang berbeda. Tapi kalian tenang saja, orang yang akan mempekerjakan kalian masih berada di satu kawasan elit, cuma beda blok aja." mendengar jawaban Pak Budi, kembali ketiganya saling pandang dan berpikir.
"Gimana? Kalau kalian ragu ya nggak apa apa, biar saya cari yang lain." ucap Pak Budi agak mendesak karena dia merasa ketiga pemuda itu terlalu lama dalam berpikir.
Setelah berpikir dan seperti membahas lewat kontak mata, akhrinya salah satu dari mereka pun berkata, "Baiklah, Pak. Kita ambil pekerjaan tersebut."
"Oke!"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
memulai segala sesuatu memang harus dari bawah dulu. kecuali kita anak pengusaha atau pejabat.
2023-11-19
0
ayu nuraini maulina
😅😅😅😅
2023-11-05
0
ayu nuraini maulina
tembak SIM aja 😅
2023-11-05
0