Menembus Dimensi
Pada siang hari di sebuah pedesaan. Seorang pria sedang berjalan menuju hutan, Dia berniat untuk mencari kayu bakar di sana.
Di hutan itu terdapat sungai yang sangat jernih, tidak heran warga desa menjadikannya sebagai sumber air, mereka melakukan kegiatan sehari-hari di sana untuk mencari ikan, mandi dan juga mencuci.
Karena banyak jenis satwa dan burung yang tinggal di hutan, sesekali hutan di jadikan tempat berburu. Hutan yang dekat dengan ke pemukiman, di jadikan lahan perkebunan, warga menanami buah dan sayur di sana. Karena tanahnya yang subur hasil panen mereka melimpah, sering kali warga desa mendapat keuntungan yang cukup besar. Namun ada juga kawasan yang jarang sekali terjamah oleh warga.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika melihat warga desa yang berlalu lalang memasuki hutan, mereka beraktifitas dari pagi hingga sore hari.
Namun kali ini kondisi hutan terlihat berbeda, hutan terlihat sepi, gelap dan terasa mencekam. Tidak ada seorang pun yang nampak memasuki hutan, situasi tersebut membuat pria itu terheran-heran.
"Hari ini hutan terlihat sepi, padahal matahari belum terbenam, kemana orang-orang?" lirih pria tersebut celingukan memperhatikan sekitar sambil terus berjalan.
"Ah sudahlah, aku harus segera mendapatkan kayu bakar di hutan, Kasihan istriku belum masak di rumah." Ucapnya.
Pria tersebut tidak peduli dengan situasi jalanan yang sepi, apa boleh buat, dia harus tetap mendapatkan kayu bakar, jika tidak keluarganya tidak bisa makan malam.
..........
Tidak terasa pria tersebut sudah memasuki hutan.
Dia mulai mengambil ranting-ranting yang tergeletak di tanah, sesekali dia menebang pohon yang kecil juga.
Namun pria tersebut nampak kecewa, karena ranting yang dia dapatkan ternyata basah semua.
"Ck! sepertinya semalam hujan deras, semua ranting yang ku dapatkan basah, mana bisa di pakai, haahh.. aku akan coba masuk lebih jauh ke dalam hutan, mungkin di sana aku bisa menemukan ranting yang cukup kering." keluhnya sambil mengibaskan air terus menetes dari ranting-ranting yang bawanya.
pria itu dengan berani masuk ke kawasan hutan yang jarang sekali terjamah oleh warga. Di sana sinar matahari tertutupi oleh rimbunnya pepohonan, penerangan jadi minim, jalan setapak pun tertutupi oleh rumput yang tinggi, udaranya terasa lembap dan dingin.
Setelah sekian lama dia berjalan menyusuri hutan, pria tersebut menemukan sebuah pohon yang berukuran sangat besar, berdiri kokoh tidak jauh dari hadapannya.
Pohon itu tinggi sekali, dan memiliki akar gantung dan sulur yang panjang menjuntai
Pria itu penasaran dan menghampiri pohon tersebut.
"Aku baru tahu kalau ada pohon sebesar ini di dalam hutan." Ungkapnya
sambil menyentuh dan mengamati seluruh bagian pada pohon itu dengan seksama.
"Aneh! Kenapa pohon ini kering. padahal pohon lain basah semua. Kok bisa?" ucapnya yang terkejut kemudian berpikir.
"Ah sudahlah, itu artinya aku beruntung. aku jadi tidak perlu susah mencari ranting lagi, akar gantung dan dahan pohon ini bisa aku jadikan kayu bakar." Ungkapnya senang.
Dia pun menaruh tas punggungnya di tanah, lalu membungkuk untuk mencari kapak di dalam tas.
Setelah dia mendapatkan kapak miliknya, dia pun berdiri. Alangkah terkejutnya, tepat di hadapannya tengah berdiri seorang kakek tua yang memakai pakaian serba hitam
"Astagaaa!!" Ucapnya kaget.
Kakek tua itu sedikit bungkuk dengan janggutnya yang putih panjang, pakaian hitam yang dia kenakan seperti pakaian adat Sunda. Dia tengah melotot menatap marah pada pria tersebut.
Pria tersebut memang sedikit takut, namun dia mencoba untuk bertanya.
"Ka, kakek siapa?! Ke, kenapa kakek tiba-tiba muncul di sini?!" Tanyanya sedikit gemetar.
Namun kakek itu tidak menjawab, kakek itu terus saja melotot ke arahnya tanpa berkedip, pria tersebut mulai resah dengan keberadaan kakek tersebut.
" Kenapa kakek terus menatap saya seperti itu? Apa saya melakukan kesalahan?" tanya pria tersebut sedikit kesal.
" Pulanglah! Jangan pernah kamu mencoba untuk menebang pohon ini!" ucap Kakek tersebut tiba-tiba mengingatkan dengan tegas.
Pria tersebut jelas tidak mengerti dengan maksud Kakek tua itu. Namun dia seolah tahu jika pria itu akan berbuat sesuatu pada pohon besar itu.
" A, aku tidak akan menebangnya kek! aku hanya ingin memotong dahan dan akar gantungnya sedikit saja, aku membutuhkan itu untuk kayu bakar." Ucap pria tersebut menjelaskan niatnya sambil menunjuk ke arah pohon yang berada dibelakangnya.
Namun saat kembali menoleh ke arah si kakek, kakek itu sudah tidak ada, dia menghilang.
Pria tersebut kaget bukan main
" Lho! Kakek tadi kemana?" ucapnya kebingungan, dia celingukan mencari keberadaan si kakek, namun tetap dia tidak menemukannya.
" Apa-apaan ini! Apa kakek tadi sengaja mengerjai aku? Tiba-tiba muncul dan menghilang seperti tadi, itu kan tidak masuk akal." ujarnya kesal, dan mencoba menghilangkan rasa takutnya.
Dia pun merenung, teringat dengan ucapan kakek tadi yang menyuruhnya untuk tidak menebang pohon itu.
"Ah, sudahlah, aku tidak perlu menganggap serius ucapan kakek tadi, lagipula aku tidak akan menebang pohon ini, aku hanya akan memotong sedikit dahannya aja, setelah itu aku akan pulang." celotehnya sendiri.
Pria itu mulai mengambil ancang-ancang untuk menebang dahan pohon, dia pun mengayunkan kapaknya dan
KRAK!
Kapaknya mulai menancap pada dahan pohon, lalu di tarik dan di ayunkan nya lagi kapak tersebut agar kali ini dahannya benar-benar terpotong.
Namun tiba-tiba saja, pohon besar tersebut bergetar, lalu bergoyang-goyang dengan kencang, Daun-daunnya yang rimbun mulai berjatuhan di atas kepalanya.
Pria tersebut terkejut
"Eh?! Ada apa ini?!" Ucapnya panik, refleks dia berjalan mundur menjauhi pohon tersebut.
Di lihatnya pohon itu masih bergoyang, padahal tidak ada angin yang menerpanya, sontak dia melihat ke sekitar hutan, jelas sekali diaelihay semua pohon di sekitarnya nampak diam dan hanya pohon besar itu yang terus bergoyang.
"Ada apa ini sebenarnya?" Ucapnya panik, namun tetap berusaha tenang.
Tiba-tiba, dari atas pohon, dia melihat sebuah bola api terbang yang memutar.
"A,apa itu!" Ucap pria itu makin panik.
Bola api itu kini berhenti berputar dan diam tepat di puncak pohon.
PATS!
cahaya terang sesaat dan muncul begitu menyilaukan dan,
BLAR!
Terdengar suara ledakan beserta angin yang berhembus kencang.
Sontak pria tersebut melindungi wajahnya dengan kedua tangan. Lalu,
"HaHaHaHa..."
Terdengar suara tawa yang berat dan keras menggema.
Mendengar suara tawa itu, bulu kuduknya seketika berdiri. dengan badan yang gemetaran pria tersebut mencoba melihat ke atas puncak pohon.
" Astaga! Apa itu!" Ucapnya kaget, detak jantungnya mulai berdegup kencang, nafasnya kini mulai sesak, Kaki dan tangannya gemetar luar biasa.
Ternyata di atas pohon, dia melihat sosok kera raksasa berbulu hitam, Matanya yang merah menatap tajam pada pria tersebut dengan penuh amarah.
Pria tersebut hendak melarikan diri, namun tubuhnya tidak bisa di gerakan. Dia panik namun hanya bisa diam dan berdiri mematung.
Sosok kera itu kini menyeringai padanya, menunjukkan gigi taringnya yang panjang dan tajam, di penuhi alir liur yang menetes. Dengan sangat cepat, sosok kera itu melompat dan melesat ke arahnya.
"Aaaaaaaaaaaa........." Pria tersebut pun berteriak sangat kencang, membuat semua burung di hutan kaget dan berterbangan pergi menjauhi hutan.
..............
Tiga hari pun berlalu.
Pada siang hari yang begitu terik saat itu, Iman tengah mengendarai sepeda motornya menuju pedesaan yang berada di kaki gunung.
Tujuan Iman ke sana untuk mengunjungi rumah temannya dalam satu grup komunitas burung. Dia hendak mengambil burung peliharaannya yang dia titipkan pada temannya tersebut.
Akhirnya Iman pun sampai di kediaman rumah temannya tersebut.
Sambil memarkirkan motornya, dia melihat suasana rumah nampak sepi. Dia tetap menghampiri rumah tersebut.
Tok, tok, tok!
"Assalamualaikum.." ucap Iman, berharap sang pemilik rumah mendengar dan membukakan pintu. Namun sekian lama dia menunggu tidak ada yang menjawab. Bahkan pintu pun tidak kunjung terbuka.
"Assalamualaikum.." ucap Iman lagi dan mengetuk pintu rumah itu sekali lagi.
Sama seperti sebelumnya, rumah itu seolah sedang di tinggal pergi oleh pemiliknya.
" Enggak ada orang, pada kemana ya?" celotehnya sendiri, sambil mengintip ke dalam rumah lewat jendela.
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Iman dari belakang.
" Astaga!" Iman sontak terkejut dan berbalik melihat siapa yang menepuk pundaknya.
" Sedang apa kamu di sini, nak?" Tanya seorang bapak-bapak yang bertubuh gempal dengan kumis tipisnya tersenyum pada Iman.
"Eh, pak, hehehe... ini benar rumahnya rusli kan pak?" tanya Iman memastikan takut salah rumah.
" Iya nak, tapi kebetulan keluarga rusli sedang tidak ada di rumah. Ada perlu apa ya?" tanya bapak tersebut.
" Oh begitu, pantas saja saya ketuk rumah nya enggak ada yang menyahut pak, kalau begitu kenalkan pak, Saya temannya Rusli, saya ke sini mau ambil burung peliharaan saya yang titipin ke Rusli tadinya." Ungkap Iman menjelaskan niat nya.
" Lho, Memangnya kamu tidak tahu kalau Rusli masuk rumah sakit?" tanya bapak itu heran.
" Hah? memangnya rusli sakit apa pak? Kok bisa masuk rumah sakit?" tanya Iman terkejut mendengar kabar Rusli.
" Kamu kan teman nya masa tidak tahu? Rusli sudah tiga hari di rumah sakit nak. Makannya rumah kosong, semua keluarganya menunggu di rumah sakit.
" Innalilahi.. Saya benar-benar enggak tahu kalau rusli di rumah sakit pak, sudah dua pekan saya tidak bertemu dengannya, makannya saya datang ke sini untuk sekalian silaturahmi. Tapi malah mendengar kabar buruk." keluh Iman cemas.
" Ya gimana lagi nak, namanya musibah. Saya Pak Toto tetangganya di sini." ucap Pak toto memperkenalkan diri lalu bersalaman.
"Kalau boleh tahu pak, Rusli sakit apa pak?" tanya Iman penasaran.
"Rusli enggak sakit nak, malah dia sehat bugar, cuman ada kejadian janggal yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Sehingga dia harus di bawa ke rumah sakit sampai sekarang belum ada kabar." ungkapnya dengan wajah sedikit ragu dan takut menceritakannya.
Tiba-tiba muncul seorang bapak paruh baya beserta istrinya yang datang menghampiri Iman dan Pak Toto yang tengah mengobrol.
" Assalamualaikum!" ucapnya bapak paruh baya itu yang memakai peci dan kemeja motif.
"Walaikumsalam! Nah.. itu Pak Amin sudah pulang!" Seru Pak Toto menjawab salam dan berseru pada Iman.
Mereka pun bersalaman.
" Pak Amin, ini lho ada temannya Rusli datang, sepertinya dia ingin bertemu dengan Rusli." Tanya Pak Toto memberitahukan kedatangan Iman
" Oh Nak Iman, bagaimana kabarmu, Nak? Sudah lama tidak berkunjung ke sini, kemana saja?" Sapa Bu Yasmin ramah pada Iman.
" Hehe iya Bu maaf, saya baru sempat ke sini lagi, Kabar saya baik kok Bu, bagaimana keadaan Rusli sekarang Bu? apa benar Rusli masuk rumah sakit?" Tanya Iman langsung tanpa berbasa-basi.
Raut wajah Bu Yasmin seketika berubah menjadi sedih, Begitu juga dengan Pak Amin.
"Mari kita bicarakan di dalam saja ya, ayo semuanya silahkan masuk" Ajak Pak Amin.
Mereka pun masuk dan duduk di kursi tamu, sementara ibu Yasmin langsung pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.
Sejenak ruang tamu hening tanpa suara.
" Anu Pak Amin, bagaimana dengan kondisi Rusli sekarang, ada kemajuan?" Tanya Pak Toto yang membuka pembicaraan lebih dulu dengan perasaan cemas.
Pak Amin nampak menghela nafas panjang, seolah dia berat menceritakan tentang kondisi Rusli.
" Rusli koma, To." Ucap Pak Amin dengan wajah yang begitu sedih.
" Inalillahi wa Inna ilaihi rojiun" ucap Pak Toto dan Iman secara bersamaan.
" Kenapa Rusli bisa koma pak?! Apa yang terjadi padanya?" Tanya Iman begitu panik.
" Entahlah Man, bapak juga bingung dengan diagnosa dokter kali ini." Ungkap Pak Amin yang kelihatan cemas.
"Bagaimana bisa dokter kebingungan?" Tanya Pak Toto yang merasa heran.
"Entahlah, saya juga tidak mengerti Dokter bilang kondisi Rusli begitu membingungkan, bahkan riwayat seperti itu jarang sekali terjadi, sudah beberapa dokter yang bergantian untuk memeriksa Rusli, namun Rusli tetap tidak kunjung sadar, bahkan dokter juga melakukan pemeriksaan fisik pada Rusli, Rusli di nyatakan sehat, dia tidak memiliki riwayat penyakit berat, bahkan tidak ada luka yang di temukan di tubuhnya, Rusli baik-baik saja, hanya saja dia kehilangan kesadarannya dalam waktu yang cukup lama. Berbagai cara di lakukan dokter untuk membuatnya tersadar, namun tidak ada respon sama sekali dari Rusli." Tutur Pak Amin yang bercerita dengan menitikkan air mata, namun segera dia usap, terlihat dia mencoba untuk tegar.
" Ya Allah, yang sabar pak." Ucap Iman turut bersedih.
" Aku yakin apa yang menimpa Rusli ada sangkut pautnya dengan pohon keramat itu, pasti pohon itu ada penunggunya." Ucap Pak Toto terlihat begitu yakin.
Pak Amin hanya diam mendengar penuturan Pak Toto.
" Memangnya apa yang terjadi sebelumnya pak, sampai Rusli bisa jatuh koma?" Ucap Iman yang semakin bertanya-tanya.
" Rusli itu sempat hilang selama dua hari man, keluarganya mencari dia ke sana kemari, namun tidak kunjung ketemu, kemarin malam istrinya baru ingat, jika Rusli sempat pamit untuk mencari kayu bakar di hutan, malam itu juga warga sekampung termasuk saya ikut mencarinya beramai-ramai ke hutan, dan benar saja kami menemukan Rusli tidak sadarkan diri tergeletak di depan pohon keramat itu, dan Rusli tidak kunjung bangun hingga sekarang ." Tutur Pak Toto bercerita.
"Astagfirullahaladzim" Mendengar penuturan Pak Toto, Iman begitu syok.
" Makanya saya yakin, pasti ini terjadi karena ulah penunggu pohon keramat tersebut, buktinya, medis pun tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada Rusli kan? pasti ada kejadian mistis yang menimpa Rusli." Ujar Pak Toto dengan wajah begitu yakin.
"Yang saya tidak mengerti, jika memang pohon keramat itu ada penunggunya, kenapa penunggu pohon itu membuat kondisi Rusli hingga seperti ini? Apa salah Rusli? Dia hanya mencari kayu bakar, apa mencari kayu bakar di sana mengganggu mereka? Haah.. saya bingung, saya tidak tahu harus berbuat apa agar Rusli bisa sembuh dan kembali sadar." Ungkap Pak Amin mulai gusar.
"Pak! yang tenang, yang tabah Pak. kita harus terus mendoakan anak kita. Ibu yakin Rusli akan sembuh pak." Ucap Bu Yasmin yang menyiapkan minuman, tiba-tiba memeluk Pak amin dan menenangkannya meski dia pun mencoba kuat demi suaminya.
Suasana hening sesaat. Semua larut dalam pikiran masing-masing, yang saling mencemaskan keadaan Rusli.
"Pak, Bu! Saya ingat saya memiliki seorang teman, dia seorang ahli spiritual dia memang ahli dalam hal mistis semacam ini, saya akan mencoba menemuinya dan menceritakan hal yang menimpa Rusli, siapa tahu, dia mau membantu kita. Mungkin di zaman sekarang hal seperti itu terkesan tidak masuk akal, namun tidak salahnya kita coba, bagaimana?" Usul Iman kepada semuanya.
Semua saling memandang satu sama lain.
" Benarkah ada orang yang ahli dalam hal seperti itu?" Tanya Pak Amin ragu.
" Tentu saja ada pak, ibarat penyakit pasti ada obatnya, pasti ada juga orang yang ahli dalam mengobatinya. Dokter pun memiliki keahlian tersendiri pada bidangnya, bukan." Ungkap Iman menjelaskan.
Semua nampak mengangguk dan memahami perkataan Iman.
" Bagaimana Bu?" Tanya Pak Amin menanyakan pendapat Bu Yasmin.
" Kita coba saja dulu pak." Jawab Bu Yasmin mengangguk.
" Baiklah Man, mohon bantuannya. Jika dia bersedia, ajaklah dia ke sini, saya ingin bertemu dengannya." Ucap Pak Amin penuh harap.
" Baik pak, setelah ini saya akan langsung menemuinya dan mendiskusikan semuanya, semoga masalah yang menimpa Rusli ini tidak berat dan tidak begitu membahayakan, saya yakin dia pasti mau membantu kita. Saya kenal baik dengan beliau." Ucap Iman.
" Terima kasih Man, semoga dia bisa menyembuhkan Rusli." Ucap Pak Amin yang tadi terlihat gusar seolah menemukan secercah harapan.
..............
Aku adalah seorang ahli spiritual, tentu saja aku bisa berkomunikasi dengan makhluk ghoib. Aku juga peka tehadap hal-hal mistis.
Awalnya aku bertanya-tanya dari mana asal kemampuan ini, karena sedari kecil aku sudah sangat peka dengan hal mistis. menurut cerita dari kedua orang tuaku, Leluhurku dulu adalah seorang tabib yang memiliki keahlian spiritual juga, dan kami menduga kemampuan ini di turunkan secara turun-temurun.
Saat ini aku bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik farmasi di kota Parahyangan.
Di tengah kesibukan itu aku menyempatkan diri untuk belajar dan terus mengasah kemampuan yang ku miliki ini, sebisa mungkin aku dapat membantu banyak orang yang mengalami permasalahan dalam hal-hal mistis.
Seperti menyembuhkan orang yang menderita penyakit aneh, mengusir jin-jin yang mengganggu penghuni rumah, menyadarkan orang yang kesurupan, dan lain sebagainya.
Terkadang karena aku terlalu peka akan kehadiran mereka yang ghoib, sering juga aku di datangi oleh jin Qorin dari orang-orang yang sudah meninggal, ada yang meninggal secara tidak wajar, seperti korban pembunuhan, kecelakaan, atau korban tumbal. Mereka sengaja meminta tolong padaku untuk menyampaikan pesan atau tujuan mereka kepada keluarganya yang masih hidup.
Peranku tidak hanya sebatas sebagai ahli spritual dan karyawan saja, di rumah aku juga memiliki peran sebagai seorang suami dan seorang ayah dari kedua anak laki-lakiku.
Disinilah aku harus bisa menjalani semua peranku itu dengan baik. Bagaimana cara mengayomi keluargaku, bagaimana cara menjadi karyawan yang baik dan teladan, dan bagaimana caraku agar bisa menolong orang lain sebagai ahli Spiritual.
Itu semua menjadi sebuah di lema bagiku, terutama dalam hal membagi waktu.
Mana yang lebih di utamakan, antara keluarga, pekerjaan atau sebagai ahli spiritual.
Jika menolong orang lain dalam hal mistis adalah hal yang begitu penting, apalagi menyangkut nyawa, Maka mau tak mau aku harus menolongnya tanpa terkecuali hingga tuntas, karena itu adalah alasan utama, mengapa aku mendapatkan kemampuan ini.
Untuk menyelesaikan masalah mistis itu hingga tuntas, terkadang aku harus izin untuk tidak bekerja dengan berbagai alasan, tidak hanya itu, aku juga terpaksa harus meninggalkan keluargaku selama berhari-hari .
Tidak jarang pula, aku sering bertengkar dengan istriku karena semua hal itu.
Pernah satu kali aku mencoba menolak permintaan dari seseorang yang membutuhkan kemampuan spiritual ku ini.
Saat itu pekerjaan dan keluarga lebih penting dan tidak bisa di tinggalkan.
Tanpa tahu jika masalah mistis orang tersebut sangat berbahaya dan menyangkut nyawa, aku justru menolak untuk membantunya, dan akibatnya orang tersebut kehilangan nyawanya.
Di sanalah penyesalan pertamaku muncul.
Apalah dayaku, hidup yang aku alami sangatlah rumit, namun inilah risiko yang harus di hadapi sebagai seorang Spiritual.
Bukan inginku, namun inilah jalan hidup yang sudah di takdirkan untukku, aku tidak bisa menolak ataupun merubahnya.
............
Tiba-tiba ponselku berbunyi.
Ada panggilan video call dari Iman.
Iman adalah temanku sejak SMA, dia mengetahui semua tentang kehidupanku.
Bahkan jika ada tugas dalam hal mistis. Dialah yang selalu menjadi partner yang menemani.
" Halo bah?" Sapa Iman.
" Ya hallo, ada apa Man?" jawabku.
" Sedang apa Bah?" tanyanya.
Abah adalah panggilan akrabku.
Entah kenapa orang-orang selalu memanggilku seperti itu. Mungkin bagi mereka panggilan abah terlihat lebih sopan dan nyaman.
Mungkin juga dengan sebutan Abah mereka lebih leluasa mengobrol denganku tanpa memikirkan perbedaan umur, baik yang lebih tua atau yang lebih muda dariku, Mereka terlihat lebih leluasa memanggilku dengan sebutan Abah.
"Biasa sedang santai, Man, ada apa?" tanyaku lagi.
"Boleh nggak gue berkunjung ke rumah loe bah? ada perlu nih!" tanya Iman.
" Oh, silahkan, Tapi jangan lupa bawa makanan, Man." ucapku menjahilinya.
"Oke siap, mau gue bawain makanan apa bah?" tanya Iman menawari.
" Bawakan ayam bakar, sate, martabak, roti bakar, nasi padang, seblak, cilok, dan mie bakso." candaku.
" Wah, parah.. itu namanya pemerasan, Jangan kebanyakan makan dong bah! Ingat perut tuh! Sudah hampir mirip dengan kantung semar." timpal Iman mengejekku.
"Hahaha, gak apa-apa! setidaknya kulit gue lebih putih dibanding kulit elu yang mirip black coffee." Ejek ku balik pada Iman.
"Sial*n, Bawa-bawa jenis kulit segala, jualan skincare ya bah. Hahaha..." Ejeknya Iman lagi.
" Ada tuh lulur tahi kebo mau? Di jamin makin wangi man. Hahaha.. mau datang jam berapa? Ini malam Jumat lho man. Gue ogah kalau loe nanti minta di anterin pulang." jawabku mulai menakutinya.
" Lah! jangan nakut-nakutin gue dong Bah. curang nih! Mentang-mentang temannya kebanyakan sama setan." gerutu Iman.
" Hahaha, ya sudah cepetan gue tunggu sekarang." jawabku.
" Oke Bah, gue siap-siap dulu." jawab Iman.
Kami pun menyudahi video call kami, dan aku pun menunggu kedatangan Iman di teras depan, di temani secangkir kopi yang panas.
................
Assalamualaikum..
Sesudah baca, jangan lupa like nya ya.. biar makin semangat buat nulis.
Jangan lupa komen dan sarannya tentang apa yang kamu rasakan setelah membaca. sebagai semangat untuk memperbaiki tulisanku yang masih kurang bagus
Terima kasih atas dukungannya.
i love you readers.
😍🥰😘
Wasalam..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
VLav
memang ya, pohon besar itu identik ad penunggunya
salam dari keluarga besar arsgaf 🙏
2023-05-23
1
Citoz
hadirrr kk
2023-05-22
1
Risfa
Hadir ka
2023-05-22
1