Pukul 23.30 malam,
Hana terdiam di atas ranjang tempat tidurnya. Dia tampak melamun. Pandangan matanya terlihat kosong. Matanya terlihat sembab karena malam ini, dirinya terlalu banyak menangis. Wajah cantik itu tampak lesu dan tidak bersemangat. Malam ini adalah malam pertama baginya menyandang status sebagai istri dari Park Jae Min, tetapi justru kenyataan pahit harus dia telan mentah - mentah. Ternyata pernikahan ini terasa sebagai sebuah jebakan untuknya. Dan dirinya pun sudah terlanjur terperangkap dalam jebakan itu.
Hana terlihat meratapi nasibnya saat ini. Dia tak menyangka kalau Park Jae min akan melakukan hal seperti ini kepadanya. Hana benar - benar dilema dengan keadaan yang ada saat ini.
Flash back on
" Hana ....kau bisa tidur di kamarku! aku bisa tidur di sofa ruang tamu ataupun di ruangan kerjaku. Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman saat berada di dekatku." ujar Jae min lirih
Hana hanya diam mematung dan tak memberikan reaksi apapun.
" Oia.....aku tidak akan menuntutmu untuk melakukan tugasmu sebagai seorang istri. Kau juga tidak perlu melakukan kewajibanmu untuk melayaniku. Jadi ...lebih baik, kita tidur secara terpisah." lanjutnya lagi
Hana tersenyum sinis mendengar hal ini.
Ditatapnya laki - laki yang ada di depannya itu dengan tatapan dingin.
" Aku berharap.... tidak ada sentuhan fisik diantara kita berdua. Aku tidak akan menyentuhmu. Apa kau paham maksudku?"
Hana terdiam sejenak sambil berpikir.
" Iya ....aku paham." jawabnya cepat dengan ekspresi yang datar.
" Satu lagi ....kita akan fokus pada urusan kita masing - masing. Aku tidak akan ikut campur dalam urusan pribadimu, begitu juga sebaliknya. Kau tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadiku. Kita akan tetap menjalani kehidupan kita sendiri - sendiri, tanpa saling mencampuri urusan masing - masing." ujarnya lugas
Hana hanya terdiam mematung mendengar semua penjelasan Jae min. Dia tidak menolak ataupun mengiyakan ucapan laki - laki itu. Sejujurnya dia merasa gemas dan kesal dengan sikap dominan Jae min. Pikirnya dalam hati, ternyata di dunia ini ada tipikal laki - laki seperti Jae min yang sangat dingin dan tidak berperasaan. Dan parahnya Hana harus berurusan langsung dengan orang seperti ini.
Keduanya pun kembali terdiam satu sama lain. Hana terlihat menggigit bibir bawahnya hingga berkali - kali untuk menahan perasaan emosi di hatinya. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan yang dia lakukan, saat sedang kesal atau sedang menahan rasa marah.
Hal ini pun tak luput dari perhatian Jae min. Laki - laki itu justru terlihat gemas melihat hal ini. Baginya apa yang dilakukan oleh istrinya itu terlihat cukup menggoda baginya. Hana yang terlihat masih tetap cantik, meski riasan wajah yang dia kenakan tampak sudah memudar karena sapuan keringat itu, nyatanya tetap terlihat menarik di matanya.
Jae min tak menyadari kalau selama perbincangan mereka berdua malam ini, dirinya tidak pernah bisa melepaskan pandangan matanya dari Hana.
Flash back off
Hana tampak membuka ikat rambutnya dan tampak mengacak - acak rambut panjangnya.
" Park Jae min ....suatu saat kau akan menyesal karena sudah menyiakan - yiakan ku." gumamnya penuh kekesalan.
Sementara itu di sebuah ruangan kerja yang berukuran cukup luas itu, terlihat Park Jae min yang duduk termenung di sebuah sofa.Tatapannya terfokus pada ponsel yang sedang dia pegang. Jae min sedang memeriksa beberapa pesan dan panggilan yang masuk di ponselnya. Panggilan masuk itu didominasi oleh sebuah nama " Hyo Rin ".
Hampir 20 panggilan masuk dari nomer yang sama yang tertera di layar ponselnya. Park Jae min tampak menghela nafas panjang untuk membuat pikirannya menjadi lebih rileks. Awalnya dia ingin menghubungi nomer itu, tetapi Jae min terlihat ragu dan tidak bersemangat saat ini. Ya ...hari ini adalah hari yang sangat melelahkan baginya. Bukan hanya lelah raga saja, tetapi juga lelah hati yang lebih mendominasi. Hal ini membuat dirinya seperti kehilangan semangat hidup, padahal biasanya dia adalah seorang laki - laki yang sangat realistis dan penuh semangat, tetapi kali ini Jae min terlihat cukup putus asa.
Dirinya tidak bisa membayangkan jika saat ini, dia harus tinggal seatap dengan wanita yang sama sekali tidak dia cintai. Dan hal ini akan berlangsung hingga 24 bulan ke depan. Park Jae min sungguh tidak menginginkan kondisi seperti ini, tetapi mau tidak mau dia harus mau menjalani kesehariannya bersama Lee Hana, yang sudah resmi menjadi istrinya itu.
" Cangkang itu terlihat kuat dari luar, tetapi sangat rapuh di dalamnya". ( Lee Hana )
" Karena pura - pura bahagia itu, butuh tenaga yang luar biasa." ( Park Jae Min )
Pukul 06.30,
" Hana .....apa kau yang memasak semua makanan ini?" tanya Jae min sambil memperhatikan satu persatu makanan yang terhidang di meja makan.
" Kalau bukan aku yang memasak, memangnya siapa lagi. Bukankan di rumah ini , hanya ada kita berdua." jawab Hana sambil mengupas buah apel.
Park Jae min tersenyum simpul mendengar hal ini.
" Lain kali kau tidak usah repot untuk menyiapkan makanan. Besok pagi ...Bibi Song akan kesini. Dia yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Aku tidak ingin merepotkanmu untuk urusan rumah ini."
Hana spontan menghentikan aktifitasnya itu. Ditatapnya wajah suaminya dengan tatapan heran.
" Dan satu lagi ...mulai hari ini, aku ingin kau berhenti bekerja dari toko roti. Kau cukup di rumah saja. Aku akan menanggung semua biaya hidupmu. Termasuk biaya hidup ibumu dan juga biaya kuliah adikmu. Aku akan menanggung semuanya." ucap Jae min penuh ketegasan.
Mendengar hal ini, Hana tampak tertawa getir. Ekspresi wajahnya seketika berubah menjadi tidak menyenangkan.
" Jadi kau menginginkan agar aku menjadi patung hidup untukmu? yang hanya diam di rumah tanpa melakukan pekerjaan apapun? kau ingin aku hanya duduk diam sambil menunggu kau pulang?" tanya Hana dengan nada emosi.
Park Jae min tampak menyunggingkan senyumnya sesaat. Ditatapnya lekat - lekat wanita yang duduk di depannya itu.
" Aku hanya tidak ingin, setelah menikah denganku ...kau masih bekerja di tempat milik orang lain. Kalau kau ingin memiliki kesibukan, aku bisa saja membeli toko roti dimana tempatmu bekerja atau aku bisa membangun toko roti yang lebih besar dan lebih mewah untukmu. Itu hal yang sangat mudah untukku." ujar Park Jae min penuh percaya diri.
Mendengar hal itu, Hana hanya tersenyum sinis. Dia tampak membuang pandangan matanya dari suaminya itu. Dan saat Hana bersiap untuk membantah ucapannya, Park Jae Min langsung menutup mulut istrinya itu dengan tangan kanannya. Hana terkesiap dengan tindakan suaminya itu.
" Cukup ....aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Apapun yang aku katakan, itu adalah sebuah perintah dan aku tidak mau dibantah." ujarnya tegas dengan tatapan yang tajam.
Kali ini Hana pun kalah dari suaminya.
Tak lama Jae min pun segera bergegas pergi meninggalkan Hana sendirian di meja makan. Bahkan makanan yang sudah Hana siapkan untuknya, tidak sempat dia sentuh sedikitpun. Terlihat ada rasa sedih dan kecewa di wajah wanita itu. Apakah Jae min begitu membencinya? sampai - sampai dia tidak mau untuk mencoba makanan yang Hana buat untuknya?
Hana terdiam sambil menatap beberapa piring makanan yang di depannya. Tanpa dia sadari, butiran kristal bening terlihat mulai membasahi pelupuk matanya. Hana pun segera menyeka air mata nya itu dengan tangan kanannya. Pikirnya.... untuk apa dia menangisi laki - laki tak berperasaan seperti Park Jae min. Tapi jauh di lubuk hatinya, luka kecil itu mulai terlihat menganga, tetapi Hana belum menyadarinya.
Perusahaan Park Corporation,
" Jae min...kenapa hari ini kau berangkat bekerja? bukankah ...kemarin siang, kau baru saja menikah? harusnya hari ini kau mengambil cuti dan mengajak istrimu berbulan madu ke Eropa." ujar Jae Joong dengan gaya polosnya.
Mendengar hal ini, Park Jae min hanya terdiam membisu dan tidak memberikan respon berarti. Dia malah tampak menyibukkan dirinya dengan membuka beberapa laporan keuangan yang menumpuk di meja kerjanya.
Jae Joong pun terlihat kesal melihat respon Jae min yang terkesan acuh kepadanya.
" Jae min....kenapa kau diam saja? memangnya pertanyaanku ini salah?" tanyanya dengan nada kesal
Tetapi tetap saja tak ada respon yang berarti dari laki - laki itu. Hal ini membuat Jae Joong semakin kesal. Dia pun langsung pergi meninggalkan ruangan Jae min dengan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
Melihat situasi ini, Sung Hoon pun langsung memajukan kursinya tepat di depan kursi teman baiknya itu. Sepertinya laki - laki ini tahu persis apa yang sedang Jae min pikirkan saat ini.
" Jae min...tadi malam Hyo Rin menelponku. Dia sangat ingin bertemu denganmu. Dia juga sangat marah padamu karena kau tidak pernah mau menjawab panggilan telpon darinya. " ucap Sung Hoon lirih
Mendengar hal ini, Jae min tampak menghela nafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Wajah tampannya tampak kusam dan tidak bersemangat.
" Jae min...aku bisa memahami perasaanmu saat ini. Aku tahu ini sulit, tapi kau harus menjalaninya. Kau harus menemui Hyo Rin, dan segera selesaikan masalahmu dengannya. Karena dengan cara menghindar tidak akan menyelesaikan masalahmu dengannya." ujar Sung Hoon coba memberi saran.
Park Jae min masih terdiam di kursinya. Sorot mata itu tampak sangat lelah. Dia terlihat sedang berpikir keras saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments