Amerika
" Kau sudah menyiapkan semuanya kan? bagus! kamu memang selalu bisa di andalkan." ucap seorang pria dewasa di balkon kamarnya dengan senyum tipis di bibirnya setelah menerima laporan melalui benda persegi panjang yang mendarat di telinga nya dengan logo apel setengah gigit, dari orang kepercayaannya yang merangkap sebagai asistennya juga.
" Kamu pasti sedang merencanakan sesuatu kan, Ben?" tanya Jeny tiba-tiba pada adik lelaki nya.
Sontak Ben menoleh kebelakang dan menghela nafas kasar saat melihat kakaknya.
" Kak Jeny, tolong. Aku ini bukan anak kecil lagi, jika kau ingin masuk ke kamarku, setidaknya mengetuk dulu. Kenapa kau selalu menerobos masuk tanpa izin dariku, kau menerobos masuk di apartemen dan sekarang kau juga masuk tanpa izin ke kamarku" omel Ben dengan emosi karena kakak perempuan satu-satu nya itu selalu membuatnya dalam mood yang tidak baik.
" Aku akan terbang ke Indonesia siang nanti." lanjut Ben lagi, lalu berjalan kearah bathroom. Ia ingin membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk pergi ke Indonesia.
" What? kamu itu selalu saja berbuat semau mu. Kakak rindu padamu. Kakak hanya ingin kita makan malam untuk terakhir kalinya, karena kakak ingin menetap di Belgia." tutur Jeny dengan setengah berteriak hingga mulai tersulut emosi juga.
Mereka berdua memang adalah saudara yang memiliki tingkat emosi yang sama sehingga keduanya terkadang akan saling berkata kasar.
Itu terjadi karena kurangnya perhatian dari orang tua. Bagaimana tidak, mereka harus menjadi yatim piatu di saat Jeny berusia sepuluh tahun dan Ben berusia satu tahun hingga membuat keduanya harus memulai hidup yang keras.
Keluarga mereka yang terkesan cuek dan tidak memiliki rasa belas kasih tidak ingin merawat Jeny dan Ben hingga membuat Jeny harus bekerja di usianya yang masih sangat muda dengan bekerja di warung makan sebagai pencuci piring dan membiayai Ben yang masih sangat kecil.
Terkadang Jeny akan menitipkan Ben pada tetangganya yang sangat suka dengan anak kecil, apalagi Ben yang masih balita terlihat menggemaskan di mata orang-orang.
***
Pertengkarang mereka berujung pada perginya Jeny dari kamar Ben. Ia kembali ke kamarnya dan menenangkan pikirannya.
Sementara itu, Ben yang sudah selesai dengan ritual mandinya dan sudah rapi dengan setelan nya segera pergi meninggalkan apartemennya dan tanpa melupakan untuk menaruh secarik kertas di atas meja ruang tamu yang berisikan pesannya untuk sang kakak tercinta.
Bagaimanapun Ben sangat menyayangi kakaknya. Hanya saja sikapnya yang dingin itu untuk menjaga jarak dirinya dengan sang kakak karena Ben yang merasa bahwa dirinya sangat tidak berguna, harusnya dia yang melindungi kakaknya saat masih kecil, tapi takdir mengatakan hal lain.
Satu jam setelah kepergian Ben, tampak suasana dalam apartemen menjadi sangat sepi. Jeny keluar dari kamarnya dan menuju ruang tamu. Dilihatnya ada secarik kertas di atas meja, Ia pun mengambil dan membacanya.
Kak Jeny... aku akan sangat merindukanmu saat kamu menetap di Belgia. Aku mencintaimu kak. Jaga dirimu baik-baik selama kita berjauhan.
Adik tersayangmu, Ben Murray
Jeny tersenyum membaca pesan adiknya. Ia sangat senang, Setidaknya adik lelaki nya itu sangat menyayanginya meski tidak bisa mengatakan secara langsung. Ia pun bergegas pergi ke kamarnya kembali dan merapikan pakaiannya. Ia ingin segera terbang ke Belgia karena akan sangat bosan jika dia berada di apartemen terus tanpa Ben adik tersayangnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments