Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh jua. Sepandai-pandainya kau menyembunyikan bangkai pasti akan tercium jua. Bagai tersambar petir di siang bolong, Dewa menggosok kedua matanya berkali-kali. Wanita yang baru saja di hubunginya via telepon ternyata berbohong, wanita yang selalu dipuja dan puji ibunya ternyata berdusta. Tengah berada di sebuah butik kenamaan, keberadaan Tiara di sana membuat Dewa kehilangan kepercayaan padanya.
"Aku sedang membaca buku sayang, aku perlu beberapa ide untuk naskah novel terbaruku."
Ingin sekali Dewa memaki wanita itu, sebab dia paling tidak suka jika di bohongi.
"Apa aku sebodoh itu, hingga kau berani berbohong padaku, Tiara" geram Dewa menahan amarah.
Hari ini dia hendak memberikan kejutan pada wanitanya dengan berkilah sedang di luar kota. Berniat membelikan gaun yang sempat dipegang Tiara beberapa hari yang lalu, wanita itu malah terciduk sedang mencoba gaun tersebut dan berputar-putar di cepan cermin.
Dewa, bukanlah pria penyabar jika berhadapan dengan Tiara dan ibunya. kesabaran tanpa batasnya hanya untuk Jena. karena wanita itu telah pergi dari hidupnya maka kesabaran itu pun hilang bersamanya. Menyisakan Dewa yang mudah terpancing emosi dan mudah risau. Perubahan itu juga memancing emosi Jelita dan Tiara, karena itulah mereka selalu menuduh Jena menggunakan pelet ketika masih bersama Dewa.
"Cantik sekali gaun ini, aku langsung jatuh cinta padanya saat melihatnya di manekin."
"Kau lebih cantik dari gaun itu Tiara, ujar ayah dari anak yang sedang dia kandung" pria itu memperhatikan dari kamar pas yang berdekatan dengan cermin.
"Setelah membuatku marah, kau begitu lancar memuji kecantikanku. Dasar mulut buaya."
Pria itu tersenyum lebar, namun senyumnya pudar saat menangkap sosok Dewa di depan butik.
Secepatnya dia menutup pintu kamar pas"Ada Dewa di sini!!" pekiknya tertahan.
Wanita itu langsung menyapukan pandangan ke sekitar butik, dan benar saja. Dewa sudah memasuki butik.
Tidak ada waktu baginya untuk menghindar, tidak ada jalan lain selain bertindak manja dan mengakui kebohongan. Tiara sang pelakon drama pun memulai aksinya, seolah tak melihat Dewa, dia kembali mematut diri di depan cermin.
"Sayang !!" pekiknya saat Dewa telah berdiri di belakangnya. Jantungnya beradu cepat, jarak antara Dewa dan ayah dari anaknya hanya beberapa langkah saja.
"Jadi ini yang kau katakan membaca buku?" Dewa mulai mengintimidasi.
"Aku memang sedang membaca buku saat kau menelpon sayang, kemudian aku teringat gaun ini. Kau tahu kan keinginan wanita hamil" tangannya bergelayut manja di lengan Dewa. Menempelkan tubuhnya yang mulai berisi pada tubuh pria itu.
"Secepat itu kau sampai di butik ini, aku tidak yakin akan hal itu."
"Apa kau tidak percaya padaku??" kedua mata cantik dengan bulu mata nan lentik, sorot matanya memandang lurus kedalam mata Dewa. Wanita itu bagai seekor anak kucing yang di buang majikan, sangat kasihan.
Sejak kehilangan Jena, Dewa mencoba mencari kebahagiaannya. Berpikir jodohnya adalah Tiara, maka pria itu semakin membuka hati pada Tiara. Meski begitu tidak ada yang bisa menggantikan posisi Jena di hatinya.
Niat memergoki dan memarahi Tiara, Dewa malah melemah saat berhadapan dengan istri barunya.
"Maafkan aku Dewa sayang, aku seharusnya langsung mengabarimu saat hendak ke sini" wajah manis Tiara tertekuk lesu, Dewa melihat gurat penyesalan di sana.
Sekali lagi, pria ini terpedaya akan tipu muslihat Tiara"Ambillah gaun itu, aku kesini memang ingin membelikan gaun itu untukmu" ujar Dewa akhirnya.
Senyum dan tawa kini terbit di wajah Tiara, riang gembira wanita itu meraih tasnya di sofa dan mengapit lengan Dewa.
"Tiara, kau tidak berganti pakaian?."
"Hemmm" Tiara menggelengkan kepala.
"Pakaianmu yang sebelumnya di mana?."
"Ah, aku melupakannya karena sangat senang mendapat gaun ini" nampak ragu Tiara membuka pintu kamar pas"Aku meninggalkannya di dalam sini sayang, sebaiknya aku berganti pakaian saja."
Melirik jam yang melingkar di tangan"Aku menunggumu di mobil, cepatlah. Ibu memintaku mengambil kue pesanannya di toko langganan."
"Aku akan segera menyusul."
Seperginya Dewa, Tiara dan pria lain itu berada di dalam kamar pas.
"Jadi, aku mendapat bonus hari ini?" tanya sang pria.
"Bonus apa.""
"Kau harus berganti pakaian, di sini, di hadapanku" seringainya menatap Tiara.
"Apa kau senang? kita tidak bisa bermain di sini. Dewa sedang menungguku di mobil."
Pria itu langsung menarik wajah Tiara dan menciumnya.
*
*
*
*
uring-uringan di tempat tidur, usai menyerahkan naskahnya pada editor gila, Kirana. Jena merasa sedikit lega, meski banyak hujatan, para pembacanya masih banyak yang setia menunggu episode terbaru dari karyanya.
Kebanyakan dari pembacanya adalah pria dan anak muda. Menulis novel bergenre horor sudah Jena lakoni sejak lama, sejujurnya Jena sangat jago dalam menjabarkan kisah percintaan, tapi itu dahulu. Sejak kehidupannya tak lagi bahagia, sejak rumah tangganya di usik orang keriga, Jena tidak percaya lagi akan adanya cinta. Hanya ada kebencian dalam dadanya, membuatnya menyalurkan kebencian itu dalam sebuah tulisan dan jadilah beberapa novel bergenre horor, pembunuhan, balas dendam arwah penasaran. Jena juga pernah menerbitkan novel bergenre laga, tentu saja tanpa kisah cinta di dalamnya. Karya yang dicuri Tiara adalah satu-satunya karya bergenre romantis, wajar saja para netizen merasa tidak yakin bahwa itu adalah karyanya.
Lama menghabiskan waktu di tempat tidur, Jena berniat segera berlabuh ke alam mimpi. Sayang beribu sayang, meski telah lama memejamkan mata rasa kantuknya tak jua tiba. Teringatlah Jena pada murotal yang pernah Agam nyalakan di dalam mobil. Mengetiknya di pencarian youtube, dalam sekejap Jena menemukan banyak pilihan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an di sana.
Pilihannya jatuh pada surah Ar-rahman, tanpa pikir panjang wanita itu memasang headset untuk lebih menikmati lantunan ayat-ayat suci itu.
Duduk bersila sembari menatap awan di atas sana. Desir ombakpun menghilang, berganti lantunan merdu yang menenangkan jiwa. Terdiam, entah apa yang sedang bersarang dalam pikirannya.
Bersama lantunan merdu itu semilir angin terasa lebih sejuk hingga kejiwa, menenangkan hati yang sempat gundah gulana.
"Pantas saja Agam menyukai aktivitas ini, dadaku terasa lebih plong" ujarnya seolah berbincang pada langit jingga.
To be continued...
Selamat membaca jangan lupa like fav dan komennya.
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Iya, benar kan?🤗
Semoga kamu berjodoh dengan Agam. Aku suka jika kalian berdua sepemikiran dengan ku.
2022-08-09
1
Ria Diana Santi
Aku amat sangat suka surah ini. Menenangkan hati. 🤗❤️💖💝
2022-08-09
1
Ria Diana Santi
Apakah dada mu tidak merasa sesak Jena? Aku rasa kau harus membuka hati untuk seseorang yang menaruh perhatian dan ketulusan padamu. 🤐
2022-08-09
1