Mantan sahabat

Tiara menatap layar laptop, panggilan video itu merusak mood menulisnya. Dirinya dan Jena dulunya adalah sahabat, memiliki hobby yang sama yaitu menulis membuat dua wanita itu memiliki impian yang sama, yaitu menjadi seorang penulis.

Banyak kesamaan di antara mereka berdua, baik itu makanan juga minuman. Gaya berpakaian mereka juga sama, sama-sama anggun dan selalu rapi. Juga banyak hal yang sama-sama mereka sukai, termasuk hujan dan senja, dua wanita itu sangat menyukai dua hal itu.

Meski banyak hal sama yang mereka miliki, tetap saja gaya tulisan dan cara menulis mereka memiliki perbedaan. Tugas Jena sering kali mendapat nilai sedikit lebih tinggi dari Tiara, awalnya Tiara tak mempermasalahkan hal itu, hingga saat mereka memiliki kesamaan pada kriteria lelaki pujaan, persahabatan dua wanita itu mulai tipis hingga retak sebab pria yang mencintai Jena juga di cintai oleh Tiara.

Tak ingin kembali mendapat predikat peringkat kedua, Tiara mulai bertindak. Dan tindakan itu adalah awal dari perpecahan hubungan mereka. Dewa yang saat itu berstatus suami Jena ternyata memiliki ibu yang sangat ingin menimang cucu. Usia pernikahan Jena dan Dewa memasuki tahun kedua, namun Jena tidak juga memberikan kabar baik pada ibu Dewa. Mengetahui hal itu Tiara mulai mendekati keluarga Dewa, berstatus sahabat Jena dia datang dan pergi ke kediaman mereka dengan alasan mengunjungi Jena.

Perlahan namun pasti Tiara yang awalnya mengunjungi Jena menemukan celah untuk mendekati ibu mertua sahabatnya itu. Jelita, keseharian mertua Jena hanya berleha-leha saja, menghabiskan uang yang dihasilkan suami sementara dia selalu meminta Jena untuk bekerja diluaran sana. Kesal karena Jena bukanlah menantu yang penurut, Jelita kerap menyinggung bahkan memaki Jena. Sebutan wanita mandul sering dia gunakan ketika memanggil Jena saat itu.

Niat buruk Tiara berbuah manis, hubungannya dan Jelita semakin hari semakin baik. Bukan Jena lagi yang dia kunjungi saat bertandang ke kediaman Dewa, melainkankan Jelita. Pintarnya Tiara mengambil hati wanita paruh baya itu, ide gila pun menyeruak dalam pikiran.

"Apa??! ibumu ingin mengambil Tiara sebagai menantu? bukankah kau anak semata wayang mas?? jangan katakan aku dan Tiara harus bermadu."

"Ibu menyayangimu Jena, dia tidak ingin terus menuntut anak darimu. Jadi dia memilih Tiara menjadi istri keduaku, siapa tahu Tiara bisa memberikan dia banyak cucu hingga keluarga kita jadi damai dan bahagia."

"Jadi maksudmu kehadiranku tidak membawa kebahagiaan bagi keluarga ini?? aku sedang berjuang untuk mengandung mas, bisakah kau meminta ibu untuk sedikit bersabar?" Jena memohon pengertian dari keluarga Dewa. Awalnya hal itu Dewa pahami, namun kucing mana yang akan mampu bertahan saat daging segar selalu berlalu-lalang di hadapannya?

Bersekongkol dengan Tiara, Jelita menjerat anaknya sendiri untuk melakukan hal hina. Di belakang Jena mereka melakukan perselingkuhan hingga Tiara dinyatakan hamil.

*

*

*

*

Di sebuah cafe pinggiran kota, Jena melabuhkan diri di sana. Usai berjumpa dengan Salman dan menyampaikan keluh kesahnya tentang Kirana, wanita itu ingin melupakan sejenak permasalahan yang sedang menghinggapi hidupnya.

Memandangi nomor yang telah lama dia blok di akun gelembung hijau, malam itu Jena kembali membuka nomor itu. Foto profil yang Tiara gunakan saat itu membuat hatinya berdesir, pria itu tersenyum dengan kedua mata seperti bulan sabit. Memeluk Tiara dengan erat seolah dunia hanya milik mereka. Selera makan tiba-tiba sirna, bulir air mata memaksa turun dari kedua matanya.

"Sudah hampir 1 bulan, kenapa masih terasa sakit" matanya berkaca-kaca, lekas dia usap sebelum anakan sungai menggenangi kedua pipi. Betapa bodoh Jena saat ini, untuk apa memandangi potret dua pengkhianat itu, hatinya menjadi kembali tersakit.

Di sana, saat Jena duduk sendiran menikmati minumannya seseorang datang mendekat.

"Jenaira."

Wanita itu berbalik, mendapati rekan sesama penulis yang sudah lama tidak bertemu.

"Boleh aku duduk di sini?" tanyanya menunjuk kursi di hadapan Jena.

"Hem" sahut Jena singkat.

"Cafe ini memiliki varian kopi yang nikmat, apa kau sudah mencoba rasa terbaru?."

"Aku tidak suka mencoba-coba, Rio."

Pria bernama Rio itu melempar senyuman kepadanya"Oh, kemarin aku mencoba kopi ini. Cukup enak, kau mau mencicipinya?" gelas kopi yang semula ada di tangannya kini dia sodorkan kepada Jena.

Wanita itu hanya memandangi gelas yang Rio sodorkan tanpa ekspresi.

"Tenang saja aku belum meminumnya" tambah pria yang sangat menarik perhatian itu. Tubuh tinggi menjulang, wajah tampan dan penampilan yang menarik jelas saja kehadiran Rio menjadi pusat perhatian.

"Sudah ku katakan, aku tidak suka mencoba-coba" Jena memutar balik kopi itu menuju tuannya.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Bagaimana kabarmu?."

"Aku baik-baik saja."

"Benarkah? aku mendengar kabar tidak enak tentangmu belakangan ini."

"Oh ya, tentang aku yang dituduh menjiplak karya orang lain? atau tentang kabar lain?" Jena mengerutkan kening, ada dua kabar yang sedang mengikutinya belakangan ini. Jena yang telah janda dan penulis yang menjiplak karya orang lain. Di antara kedua kabar itu bisa jadi Rio mengetahui semuanya.

"Apa yang akan kau lakukan, aku tidak yakin dengan tuduhan itu."

"Baguslah jika kau tidak yakin, setidaknya pikiranmu berbeda dengan isi kepala Kirana."

"Editor kita memang menyebalkan, apakah dia tidak mendukungmu?."

"Begitulah " ujarnya menghela napas.

"Aku melaporkan tindakannya pada pak kepala, sialnya aku masih harus bekerja sama dengan si gadis dungu."

"Kau berharap dia dipecat?."

Ujung mata wanita itu melirik tajam kepada lawan bicara"Aku hanya berharap pak Salman mengganti editorku, aku masih punya hati, Rio."

Seulas senyuman di wajah Rio kembali mengundang perhatian wanita-wanita lain di cafe. Berbeda dengan Jena yang tidak peduli akan hal itu"Jika kau masih punya hati bisakah aku memintanya untuk kumiliki?."

Seketika Jena dan Rio berpandangan, tatapan lembutnya disambut hambar oleh Jena.

"Berhentilah berharap pada manusia Rio, kau akan kecewa."

"Harapanku tidak akan berhenti Jena, kau masih menjadi tujuan hidupku" ucapnya masih memandang lembut wanita yang sudah lama dia sukai.

"Hentikan, kau membuatku muak" Jena berniat pergi dari situ, namun kecepatan tangan Rio berhasil menahan kepergiannya.

"Aku sudah tahu kabar pernikahanmu."

"Cih, kabar itu tersebar dengan sangat cepat" ujarnya menarik lengan dari genggaman Rio.

"Kau masih punya aku Jena."

"Aku tidak ingin memiliki siapapun, Rio."

"Sampai kapan kau akan menolakku? kita menjalani profesi yang sama, hobby yang sama, jenis minuman yang sama" ujarnya menunjuk kopi di atas meja.

"Dan sekarang kau sudah melajang, kau tidak punya alasan untuk menolakku lagi, Jena."

"Memiliki persamaan bukan sebuah alasan untuk kita harus bersama. Aku pernah memiliki seorang sahabat yang banyak memiliki persamaan denganku, namun perlahan dia merebut segalanya dariku. Apa kau pikir aku berniat kembali masuk kedalam hubungan yang didasari sebuah persamaan?."

"Aku tidak sama dengan orang itu."

"Aku tahu, tapi tetap saja kau dan aku tidak akan bisa menjadi kita."

Rio kembali meraih jemari kecil Jena, meremasnya penuh harap"Aku menunggumu, selamanya aku akan menunggumu."

Prilaku pria itu semakin menyita perhatian orang, dan Jena sangat tidak suka menjadi pusat perhatian"Maaf Rio, sebaiknya aku pulang saja" melepas kembali jemarinya dari genggaman Rio.

Pria tampan itu tidak menyerah begitu saja"Aku akan mengantarmu pulang, kau akan kembali ke kediaman orang tuamu kan?."

"Itu bukan urusanmu, aku bisa pulang sendiri."

"Ayolah, Jena" suaranya terdengar memelas.

"Apakah kau ingin aku menghindarimu?" sebaris kata yang mampu menyurutkan semangat Rio. Jika sudah begitu dia tidak akan bisa mendekati Jena lagi.

Usai membayar minumannya Jena segera pergi dari cafe, Rio sangat terkejut saat mengetahui Jena mengendarai motor. Bukankah wanita itu memiliki mobil sendiri?

Dalam malam yang temaram, Jena berniat kembali ke kediamannya. Meski sendirian dia tidak merasa takut melewati jalanan sepi saat malam hari. Membelah jalanan dengan kecepatan tinggi ponsel di saku ranselnya berdering.

Di ruman pantai, Gibran tengah gelisah menanti kepulangan Jena, jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat tapi wanita itu belum juga muncul.

Berkali-kali melakukan panggilan pada nomor sang kakak, Gibran tak kunjung mendapat jawaban. Kegelisahan semakin meraja dalam dirinya, dia pun memutuskan untuk mencari keberadaan Jena. Kabar plagiarisme yang dituduhkan kepada Jena sudah menyebar kemana-mana. Sebagai salah satu penulis terkenal dari perusahaan Will, membuat kabar itu mencuat ke permukaan dan berdampak buruk.

Para netizen dengan kekuatan jemarinya mulai berspekulasi, ada yang tidak membercayai tuduhan itu namun tidak sedikit yang mulai melontarkan komentar jahat kepada Jena.

"Dia penulis novel horor, bukan penulis bergenre romantis. Apakah dia benar-benar menjiplak karya itu?."

"Kemungkinan tuduhan itu 80%."

"Aku menyukai semua karyanya, aku bahkan sedang menunggu kedatangan novelnya di ******** ******, apakah aku harus membatalkan pesanan itu?."

"Kalian jangan termakan hoax, penuduh itulah yang menjiplak karya Senja_jingga" begitulah nama pena Jena mereka kenal.

"Aku sudah membaca karya Senja_jingga dan Gadis_pena, tulisan mereka sangat mirip. Aku tidak tahu siapa penulis asli dari karya itu."

"Jelas saja Gadis_pena, dia spesialis penulis novel romansa."

"Senja_jingga hanya menulis novel horor, sangat tidak mungkin jika dia menulis novel romansa."

Komentar-komentar itu membuat Gibran geram, pasti hilangnya Jena malam ini ada kaitannya dengan berita yang sedang ramai saat ini.

Sampai pada perkotaan Gibran tak menjumpai Jena di sepanjang jalan, kemana wanita itu pergi. Merasa memerlukan bantuan, Gibran menghubungi dua sahabatnya untuk membantu mencari Jena. Gibran juga menceritakan kabar yang mungkin menjadi penyebab hilangnya Jena kepada mereka. Tanpa membuang waktu meski malam semakin larut Angga dan Agam segera membantu mencari Jena.

Angga berkendara dengan kecepatan rendah, mungkin saja dia berjumpa dengan Jena di jalanan.

Agam keluar dan masuk kedai kopi, teringat Jena yang sangat menyukai kopi mungkin saja wanita itu sedang menghibur diri dengan menikmati minuman kesukaanya itu. Namun usaha Agam tak membuahkan hasil, dia juga berkali-kali menghubungi nomor Jena dan hasilnya nihil.

Lelah mencari Jena kemana-mana, tiga pemuda itu memutuskan untuk berkumpul di depan gerbang menuju pantai. Angga sampai lebih dulu di sana, disusul Agam setelahnya.

"Ponselnya tidak merespon, apa ponselnya mati?."

Ucapan Angga menambah kegelisahan pada diri Gibran, terlebih pada diri Agam.

"Apa mungkin dia pulang ke rumah mama?" gumam Gibran.

"Ya! coba kau tanyakan pada kedua orang tuamu" tukas Agam. Kekhawatiran tergambar jelas di wajah Agam, pria dengan kulit putih itu berkali-kali terdengar menghela napas kasar"Kau pergi kemana Jena" desisnya menyugar rambut sembari jongkok, rasa frustasi mulai menghinggapi dirinya. Agam takut terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap Jena.

"Mama tidak menemukan kak Jena di rumah" suara Gibran terdengar sendu.

"Aku akan mengabari bang Arkan" lanjutnya menghubungi nomor kakak tertua.

Masalah yang Jena hadapi telah sampai ke telinga Arkan, tanpa pikir panjang Arkan segera meluncur ke perusahaan Will. Meski tubuhnya terasa lelah usai meeting online, itu tidak menjadi halangan untuk mencari keberadaan sang adik. Sudah sangat banyak kesalahpahaman di antara mereka yang terjadi di masa lalu, Arkan tidak ingin di cap sebagai abang yang gila kerja dan tidak menghiraukan saudaranya lagi.

Entah dapat firasat dari mana, begitu saja Arkan teringat dengan perusahaan penerbit Will saat Jena di kabarkan hilang. Sempat bertanya kepada satpam yang sedang berjaga, Arkan Akhirnya dapat bernapas dengan lega.

"Jena di perusahaan penerbit Will" ujarnya berbagi kabar dengan sang adik laki-laki, Gibran.

"Apa yang dia lakukan di sana tengah malam seperti ini??" gerutu Angga.

"Sekarang dia sudah di temukan, apa kau ingin segera pulang?."

Angga mengangguk menanggapi pertanyaan Agam.

"Terimakasih sudah membantu mencari kak Jena, kalian memang sahabat terbaik" tutur Gibran.

"Aku akan menyusulnya ke sana, lebih baik kalian segera pulang."

"Aku akan ikut bersamamu" Agam masuk ke dalam mobilnya dan mengambil ponsel.

"Kau tidak khawatir dengan tante? mungkin dia sedang menunggumu pulang saat ini."

"Aku akan segera pulang setelah memastikan Jena bersamamu."

"Terserah kau saja Gam, yang jelas sekarang aku hanya ingin cepat pulang. Aku sangat lelah dan mengantuk."

Angga beranjak pergi dari sana, menyisakan Gibran dan Agam yang masih berbincang.

"Kau tidak menghubungi tante Arabella dulu?."

Agam memperlihatkan ponsel yang di pegang sedari pada"Aku akan mengirimkan pesan padanya, kenapa kau cerewet sekali Gibran."

"Aku hanya tidak ingin saudariku menjadi masalah bagimu, restu tante Arabella sangat berarti bagi hubungan kalian, bukan?."

"Tentu saja" Agam tak lagi berbicara setelah menjawab perkataan Gibran. Sebagai seorang sahabat Gibran menangkap signal tidak baik atas diamnya Agam.

"Apa tante tidak menyukai kak Jena?."

Sedikit terkejut"Wah!! apa kau seorang dukun?."

"Jadi tebakanku benar??" kedua alis tebal Gibran bertaut naik.

"Hem" Agam mengangguk dengan wajah tertekuk sedih.

Gibran ikut terdiam, nasib buruk apa yang terus mengikuti sang kakak. Sampai detik ini harapan Gibran agar Jena bahagia seolah kecil kemungkinan untuk tercapai.

"Duhai semesta, bisakah kau membuat senyumnya kembali?" lirih sang adik tengil.

To be continued.....

Selamat membaca jangan lupa like fav dan komennya.

Salam anak Borneo.

Terpopuler

Comments

Nindira

Nindira

Hadir thor

2022-10-10

0

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Aihhh pait³ ... enaknya kau bicara sungguh tak tau menjaga perasaan dirimu itu Dewa. Hadehhh 🤦🏻‍♀️ ampun deh...

2022-08-02

3

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Kenapa aku merasa ini adalah kisah nyata ya?😁

2022-08-02

2

lihat semua
Episodes
1 Langit jingga.
2 Pengganggu kecil
3 Abdillah Agam pratama
4 Pesona Jenaira ahmad.
5 Jena dengan segala isi kepalanya.
6 Orange candy
7 Kenangan kelabu
8 Ahmad Arkan
9 Bukan budak cinta
10 Luka lama
11 Mantan sahabat
12 Duhai samudera...
13 Permainan Tiara
14 Healing ala Agam
15 Ramalan silam
16 Kebaikan lelaki tua
17 Berhentilah bermain, Tiara!
18 Kepergian Zafirah
19 Kendali cinta
20 Awal titik terang.
21 Hati sekeras batu
22 Detektif patah hati.
23 Mengungkap rasa.
24 Wanita gila!
25 Flashback
26 Utusan ayah Bagas.
27 Kehilangan.
28 Segi-segi cinta
29 Terbongkar.
30 Topeng Bastian
31 Merindukan senja
32 Air mata Jena
33 Renungan hidup.
34 Sandiwara pengkhianat
35 Hilang arah.
36 Si manis Tiara
37 Dunia baru
38 Sebuah sesal
39 Trip menyenangkan
40 Mencari
41 Jejak Jena
42 Keberadaan Jena
43 Kejar daku, kau tertinggal
44 Arkan yang suka teriakan Gibran
45 Sang pemilik permen jeruk
46 Hati kecil berjiwa besar
47 Gamis titipan
48 Kepanikan Angga
49 Si manis Arabella.
50 Suara hati kecil Jenaira.
51 Pagi yang baru
52 Duka dan tawa
53 Amarah Arabella.
54 Cinta gila!
55 Cinta buta
56 Trauma
57 Lagi, mantan sahabat
58 Surah kasih dan sayang.
59 Kembali tertawa
60 Benih-benih cinta
61 Boomerang
62 Hati kecil Zafirah
63 Gelenyar aneh
64 Pertama.....
65 Langkah merajut rasa
66 Firasat...
67 Kultum Ustadz Yasir
68 Teman di masa lalu
69 Kenyataan...
70 Tekad gila seorang Jena
71 Pribadi Zafirah
72 Nenek manis, Jena meringis
73 Tingkah sang nenek
74 Rindu tersayang
75 Wisata masa lalu
76 bisikan cemburu
77 Lumba-lumba di ujung senja.
78 Belum saatnya
79 Derita Gibran
80 Lumba-lumba incaran Jena
81 Couple manis
82 pergerakan Ane
83 Gadis titipan
84 Nona Melisa
85 Sang penawar hati
86 Mas suami
87 Malaikat tak di inginkan
88 Rival baru
89 Akar kebencian
90 Harapan di ujung senja
91 Hasil dari sebuah kelicikan
92 Buah pahit dari kejahatan
93 Bocah lelaki yang manis
94 Romansa Zafirah
95 Lagi, pesona bocah lelaki
96 Titip cintaku
97 Sang pemilik cincin
98 Benang merah di ujung cincin
99 Ikhlas
100 Jejak takdir
101 Jodoh Zafirah
102 Rival berat Ben!
103 Susu jeruk yang manis
104 Rival tampan sang ayah
105 Rahasia wanita Gibran
106 Pria pilihan abi
107 Pria-pria tepi pantai
108 Hubungan manis yang tidak manis
109 Luka di sebalik senyum Kanaya
110 Cinta manis
111 Idola baru nan tampan
112 Memadu kasih
113 Merajuk
114 Masakan Kanaya
115 Kesepakatan Gibran
116 Kehamilan Zafirah?
117 Pencok buah
118 Isi hati Melisa
119 Agam junior
120 Si tangguh Kanaya
121 Dukungan Melisa
122 Kotak bekal Enda
123 Perdamaian
124 Istriku
125 Asisten dadakan Khair
126 Semburat rindu
127 Sesal kemudian
128 Kue manis
129 Bad mood
130 Salah paham
131 Rencana Khair
132 Saylendra
133 Benang merah abadi
134 Adila vs Jena
135 Misi menggelikan
136 Agam si budak cinta
137 Segelintir pengganggu
138 Felysia
139 Sedikit rasa cemburu(Kata Jena)
140 Tulip merah
141 Perangai wanita berbadan dua
142 Orang masa lalu
143 Cinta tak harus bersama
144 Risau pada sang hati
145 Selera sang calon bayi
146 Bubur ba'ayak
147 Amarah Jenaira
148 Just....
149 Baby Jun
150 Penghujung senja
151 Promo novel baru
152 Novel Syabilla
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Langit jingga.
2
Pengganggu kecil
3
Abdillah Agam pratama
4
Pesona Jenaira ahmad.
5
Jena dengan segala isi kepalanya.
6
Orange candy
7
Kenangan kelabu
8
Ahmad Arkan
9
Bukan budak cinta
10
Luka lama
11
Mantan sahabat
12
Duhai samudera...
13
Permainan Tiara
14
Healing ala Agam
15
Ramalan silam
16
Kebaikan lelaki tua
17
Berhentilah bermain, Tiara!
18
Kepergian Zafirah
19
Kendali cinta
20
Awal titik terang.
21
Hati sekeras batu
22
Detektif patah hati.
23
Mengungkap rasa.
24
Wanita gila!
25
Flashback
26
Utusan ayah Bagas.
27
Kehilangan.
28
Segi-segi cinta
29
Terbongkar.
30
Topeng Bastian
31
Merindukan senja
32
Air mata Jena
33
Renungan hidup.
34
Sandiwara pengkhianat
35
Hilang arah.
36
Si manis Tiara
37
Dunia baru
38
Sebuah sesal
39
Trip menyenangkan
40
Mencari
41
Jejak Jena
42
Keberadaan Jena
43
Kejar daku, kau tertinggal
44
Arkan yang suka teriakan Gibran
45
Sang pemilik permen jeruk
46
Hati kecil berjiwa besar
47
Gamis titipan
48
Kepanikan Angga
49
Si manis Arabella.
50
Suara hati kecil Jenaira.
51
Pagi yang baru
52
Duka dan tawa
53
Amarah Arabella.
54
Cinta gila!
55
Cinta buta
56
Trauma
57
Lagi, mantan sahabat
58
Surah kasih dan sayang.
59
Kembali tertawa
60
Benih-benih cinta
61
Boomerang
62
Hati kecil Zafirah
63
Gelenyar aneh
64
Pertama.....
65
Langkah merajut rasa
66
Firasat...
67
Kultum Ustadz Yasir
68
Teman di masa lalu
69
Kenyataan...
70
Tekad gila seorang Jena
71
Pribadi Zafirah
72
Nenek manis, Jena meringis
73
Tingkah sang nenek
74
Rindu tersayang
75
Wisata masa lalu
76
bisikan cemburu
77
Lumba-lumba di ujung senja.
78
Belum saatnya
79
Derita Gibran
80
Lumba-lumba incaran Jena
81
Couple manis
82
pergerakan Ane
83
Gadis titipan
84
Nona Melisa
85
Sang penawar hati
86
Mas suami
87
Malaikat tak di inginkan
88
Rival baru
89
Akar kebencian
90
Harapan di ujung senja
91
Hasil dari sebuah kelicikan
92
Buah pahit dari kejahatan
93
Bocah lelaki yang manis
94
Romansa Zafirah
95
Lagi, pesona bocah lelaki
96
Titip cintaku
97
Sang pemilik cincin
98
Benang merah di ujung cincin
99
Ikhlas
100
Jejak takdir
101
Jodoh Zafirah
102
Rival berat Ben!
103
Susu jeruk yang manis
104
Rival tampan sang ayah
105
Rahasia wanita Gibran
106
Pria pilihan abi
107
Pria-pria tepi pantai
108
Hubungan manis yang tidak manis
109
Luka di sebalik senyum Kanaya
110
Cinta manis
111
Idola baru nan tampan
112
Memadu kasih
113
Merajuk
114
Masakan Kanaya
115
Kesepakatan Gibran
116
Kehamilan Zafirah?
117
Pencok buah
118
Isi hati Melisa
119
Agam junior
120
Si tangguh Kanaya
121
Dukungan Melisa
122
Kotak bekal Enda
123
Perdamaian
124
Istriku
125
Asisten dadakan Khair
126
Semburat rindu
127
Sesal kemudian
128
Kue manis
129
Bad mood
130
Salah paham
131
Rencana Khair
132
Saylendra
133
Benang merah abadi
134
Adila vs Jena
135
Misi menggelikan
136
Agam si budak cinta
137
Segelintir pengganggu
138
Felysia
139
Sedikit rasa cemburu(Kata Jena)
140
Tulip merah
141
Perangai wanita berbadan dua
142
Orang masa lalu
143
Cinta tak harus bersama
144
Risau pada sang hati
145
Selera sang calon bayi
146
Bubur ba'ayak
147
Amarah Jenaira
148
Just....
149
Baby Jun
150
Penghujung senja
151
Promo novel baru
152
Novel Syabilla

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!