“Mas, ada baiknya kita tidak usah ikut ke acara pemakaman itu , kita disini saja atau pulang ke rumah saja mas” bisk Mamad
“Kenapa Mad. Apa karena perkataanku tadi tentang kuburan yang ada di tengah hutan itu ta Mad?”
“Iya mas, yah kita kan ada di suatu lingkungan masyarakat yang agak di pinggir mas, jadi wajar juga kalau ada hal mistis yang mereka percaya sebagai hal yang tidak baik”
“Terserah kamu saja Mad, mana yang lebih baik untuk kita berdua, mau balik ke rumah ya ndak papa, nanti malam kita tahlilan disini”
“Iya mas gitu saja mas, Ayo kita pamit sama yang punya rumah, sekalian berikan dana duka cita kepada mereka mas”
“Nanti malam kita kesini lagi untuk tahlilan mas”
Mamad kemudian mengajakku ke dalam rumah setelah jenazah berangkat ke area pemakaman, kami hanya mengantar jenazah di hingga di depan rumah saja.
Setelah selesai dengan berpamitan dan menyerahkan amplop berisi sedikit dana kepada keluarga yang berduka, kami pun balik pulang.
Sinar matahari yang terhalang mendung yang mulai pekat membuat perjalanan balik ini tidak panas, hingga akhirnya kami sampai pada jembatan kayu yang menghubungkan rumah penggergajian dengan desa belakang sungai.
“Mad, tadi kita ndak ketemu sama bu Tugiyem lho, apa dia tau kalau ada yang meninggal?”
“Jelas tau mas, penduduk desa itu tidak banyak, dan sebagian besar sebagai buruh tani di sawah yang letaknya agak jauh dari sini, seharusnya bu Tugiyem tau kalau ada pekerja kita yang meninggal mas”
Kami seberangi jembatan bambu yang lumayan bikin deg deg an mungkin karena aku baru dua kali lewat jembatan ini, namanya juga pertama kali pasti beda dengan kalau sudah berkali-kali. Kalau berkali-kali pasti rasanya enak dan bikin ketagihan.
Sore hari pukul empat sore kami sudah sampai rumah setelah melewati pohon beringin yang besar dengan sulur-sulur akar yang panjang.
“Kita nanti jam berapa ke sananya mad?”
“Ya tadi sih katanya kan setelah isya mas, jadi kita kesana setelah maghrib saja mas” kata Mamad yang sedang membuka gembok pagar
“Eh Mad, apa kita nanti lewat jalan yang tadi itu, apa ndak ada jalan lain untuk menuju ke sana?”
“Ada mas, tapi lebih jauh, kita ke desa tempat mas Agus interlokal itu dulu, kemudian kita melanjutkan ke arah jalan luar kota nanti ada jembatan besar yang mengarah ke daerah desa itu mas, jadi istilahnya muter mas”
“Mungkin jaraknya bisa tiga kali lipat mas, sekarang terserah mas Agus mau lewat mana mas”
Keadaan di sini sudah mulai gelap, Mamad mulai mengisi lampu petromak dengan minyak tanah dab menyiapkan lampu minyak juga.
“Tapi apa kamu pernah lewat jalan ini kalau malam hari Mad?”
“Ndak pernah mas, paling juga sore hari saja saya pernah mas, tapi kalau ada teman saya ndak takut mas, oh Iya sampeyan kan belum cerita ke saya apa yang terjadi ketika sampean ke kota kecil itu mas”
Kuceritakan apa saja yang kualami ketika dalam perjalanan berangkat maupun waktu pulang, tapi aku tidak cerita tentang mbak Agustina penjaga Wartel yang semlohai semeletot itu.
Aku juga cerita tentang suara-suara malam hari, suara orang ngorok yang ada di sebelah kamar.
“Suara ngoroknya persis suaramu Mad, makanya aku gak takut sama sekali waktu keadaan gelap gulita, karena kupikir kamu ada di dalam kamar mu”
“Waduh, selama saya ada disini, saya tidak pernah diganggu dengan ghaib yang ada disini atau yang ada di sekitar hutan"
"Tapi kalau gangguan kecil ya sering, hanya saja tidak saya hiraukan”
"Koyok suara suara aneh di sekitar rumah atau eehhmm.... ah ndak ada kok mas... cuma suara-suara macam itu aja"
Dari wajah dan cara bicara Mamad, kelihatnya ada yang sedang dirahasiakan, tapi biarlah mungkin sebaiknya aku ndak tau apa yang dirahasiakan itu.
“Atau mungkin mereka sedang akan kenalan sama mas Agus, jadi mereka menampakan diri kepada mas Agus”
Mamad mulai memompa lampu petromak hingga nyalanya terang dan kemudian memasang di ruang tamu dan belakang, dia juga memasang lampu minyak di tiap kamar setelah di masuki minyak tanah.
“Mas Agus silahkan kalau mau mandi, mumpung masih sore mas, saya sekalian timbakan airnya ini mas” teriak Mamad dari belakang sambil menimba air sumur
Saatnya mandi sebenarnya adalah saat yang kutunggu tunggu, tapi kenapa disini saatnya mandi dan buang air besar adalah saat yang kuhindari, yah mungkin karena keadaan kamar mandi yang aneh.
Saat mandi pun aku tidak bisa memejamkan mataku barang sejenak saja, karena rasanya ada yang perhatikan kita dari depan wajahku, jadi air sabun kadang masuk ke mataku.
Ngeri sekali tiap kuguyur kepalaku dan aku menutup mata, rasanya ada wajah orang di depan ku, apalagi di bagian klosetnya yang mencurigakan, pokoknya saat mandi disini adalah saat yang menegangkan.
Sore hari menjelang maghrib, kami sudah siap jalan, tetapi kami masih menunggu adzan maghrib yang samar terdengar, karena jauhnya masjid atau mushola yang ada disekitar sini.
“Ayo kita berangkat, mas Agus keluar dulu saja mas, saya mau matikan dulu lampu petromaknya, sayang minyaknya dan bahaya juga kalau kita tinggal dalam keadaan nyala mas”
“Jangan lupa yang ada didalam kamar Mad” kataku kepada Mamad yang sedang mematikan lampu petromak yang ada di ruang tamu
Setelah urusan rumah selesai, kami siap berjalan kaki menuju ke arah belakang rumah dan menyusuri sungai yang ada di sebelah kanan kami.
Tapi entah kenapa sejak mulai meninggalkan rumah aku merasa ada yang aneh tapi aku tidak bisa merasakan anehnya itu karena apa.
Apakah keputusan untuk lewat belakang rumah ini adalah keputusan yang tepat? mengingat nanti akan lewat jalan setapak dan menyeberangi sungai?.
“Sebentar mas, saya mau menyalakan obor dulu, ini saya bawa dua buah obor yang lumayan untuk penerangan mas”
“Iya Mad, arah kesana pasti gelap, untung kamu kepikiran untuk bawa alat penerangan, saya sih selalu mengantongi senter kecil saya”
“Tapi kalau lihat langit tanpa awan gini lumayan lah mas, karena ada cahaya bulan yang bantu menerangi perjalanan kita menuju ke desa belakang sungai “
Kami berjalan pelan melewati pohon beringin yang sangat besar, kalau malam gini ya serem juga lewat sini, tapi kalau siang hari lumayan bisa buat ketiduran kalau ada dibawahnya.
Berjalan terus hingga belasan meter melewati pohon beringin yang sudah ada di belakangku, kami menyusuri sungai yang tidak terdengar arusnya, karena memang kami bukan berada di daerah pegunungan yang sungainya banyak batu batuanya.
Sekitar beberapa puluh menit kami jalan, akhirnya dari kejauhan meskipun samar karena cahaya bulan, aku bisa melihat jembatan yang menghubungkan area sini dengan area dusun yang ada disana.
Sebenarnya aku berharap bisa bertemu dengan anak ibu Tugiyem yang bernama Anik itu, nanti saja lah setelah melewati sungai aku akan tanya ke Mamad dimana rumah bu Tugiyem
“Alhamdulillah mas, sudah sampai di jembatan,... ayo kita sebrangi mas hehehe tapi harus hati hati mas saya saja kalau malam gini agak takut lewat jembatan ini mas”
“Bismillah dulu ae Mad, berdoa agar kita bisa sampai tujuan dengan selamat” ujarku dari belakang Mamad yang berjalan duluan di jembatan
Mata kami fokus pada lantai jembatan yang hanya berupa potongan kayu dan bambu yang diatur sedemikian rupa, memang cukup merinding juga melewati sungai yang gelap dan lumayan lebar ini heheheh.
Pelan-pelan kami mulai meniti jembatan kayu, tapi ketika kami sudah dua meter jalan dan aku sedang melihat ke lantai jembatan, tiba-tiba Mamad berhenti berjalan.
“Ada apa Mad, kenapa kamu berhenti?”
Belum ada jawaban dari Mamad atas pertanyaanku, kemudian aku melihat ke depan, melihat apa yang menyebabkan Mamad berhenti berjalan.
“A..ada.. p..p..pak …K…Karyo di…di sana mas”
Mamad menundukan kepalanya dia tidak berani memandang sosok yang ada di ujung jembatan
Sosok yang kata Mamad bernama pak Karyo itu tidak jelas terlihat dari sini karena memang di seberang keadaanya gelap gulita.
Tapi aku samar bisa lihat ada manusia, eh bukan, tapi lebih mirip bayangan yang nyata.
Banyangan berwajah putih pucat, bayangan itu ada di seberang jembatan, dan sedang berdiri di pinggir sungai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
De'Ran7
kalo aku sih jangan bilang..antara lari ngumpet.jadi batu ditempat atau pura² tidur dijalan..biar dikatain orgil kek gak peduli yee😂
2022-10-29
1
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Yaa Ampun berharap aku gak Mules nanti malam karena toilet rumah cuma di lantai 1 takut aku nih
2022-09-09
2
Ganuwa Gunawan
aduh ini napa makin serem ya
bangsa nya kga bisa tidur
2022-08-05
0