“Kenapa bagian kamar mandi ini tidak ada plafonnya, padahal di ruang tamu dan bagian kamar tidur seluruhnya ada plafonya” gumamku
Tiba-tiba aku merasa ada yang sedang memperhatikan ku dari bagian kloset, tapi aku masih ragu untuk melihat bagian kloset itu, tapi ya harus kulihat karena kloset itu nantinya akan kupergunakan juga kan.
Nah satu lagi yang aku tidak paham, kamar mandi ini gelap sekali untuk ukuran siang hari, hal ini setelah kuselidiki mungkin karena ventilasi kamar mandi yang sebagian ditutup menggunakan kertas semen.
Cukup aneh juga kenapa kok ventilasi kamar mandi ini ditutup dengan kertas semen, apakah agar tidak ada yang mengintip dari luar? Lalu siapa dan buat apa kok ada yang mengintip, wong yang ada disini cuma laki-laki saja kok.
Akhirnya kupaksakan untuk melihat ke arah kloset dengan perasaan yang deg deg an….
“Aneh..klosetnya bukan kloset jongkok, tetapi sudah menggunakan kloset duduk, dan masih terlihat baru, putih mulus dengan merek yang terkenal” gumamku setelah kuberanikan diri untuk melihat kloset yang ada di sebelah tempat untuk mandi.
“Tapi keadaan di bagian kloset itu lebih gelap dari pada di bagian untuk mandi, ngeri juga kalau lagi ngising disitu”
“Ya lebih baik begini, aku jadi makin kerasan buang hajatnya. Tapi aneh juga kenapa kloset itu sepertinya baru? Apakah karena aku ada disini sehingga klosetnya diganti baru?”
Setelah ku selesaikan acara mandiku, aku keluar dari kamar mandi, dan ternyata pintu yang ke halaman belakang sudah terbuka, ada beberapa orang yang sedang sibuk memindahkan gelondongan kayu albasia ke area pemotongan.
Aku tidak langsung menuju ke area belakang, aku harus menuju ke kamarku dulu untuk mengumpulkan pakaian kotor di kamar, setelah itu aku akan mencari Mamad untuk menanyakan apa saja yang akan dilakukan disini.
Ternyata sekarang sudah pukul 7.45. rajin juga ya orang sini, jam segini mereka sudah mulai kerja, beda dengan di daerahku, kalau ndak diatas jam 08.00 mereka tidak akan memulai kerja.
Aku menuju ke arah belakang di dekat kamar mandi, ternyata halaman di belakang ini luas juga. Kalau dari pintu belakang rumah aku langsung bisa lihat dua mesin penggergaji dengan dua mesin diesel penggeraknya. di bagian atas mesin dan gergajian itu dilindungi oleh atap seng yang di beberapa bagian sudah berlubang.
Di sebelah kiri dari pintu rumah adalah area kayu yang sudah dipotong-potong sesuai ukurannya untuk kemudian diproses menjadi palet, di atasnya dipasang terpal untuk melindungi kayu dari hujan.
Sedangkan di sebelah kanan adalah area gelondongan kayu yang belum diproses, belasan hingga puluhan kayu gelondongan dengan ukuran diameter yang berbeda-beda siap untuk dipotong sesuai pesanan.
Pintu masuk untuk truk yang membawa kayu gelondongan ada di sebelah kanan, sementara area belakang ini dikelilingi oleh pagar seng setinggi sekitar tiga hingga empat meter. agar tidak terlihat dari luar mungkin.
Tapi ada yang agak bikin merinding, itu di pojokan sebelah kiri ada pohon beringin yang lumayan besar juga ukuranya.
Pohon beringin yang ternyata letaknya ada di luar pagar seng itu mungkin umurnya sudah puluhan hingga ratusan tahun, pohon beringin itu lumayan rindang sehingga bisa membuat suasana disekitar pemotongan kayu adem.
“Mad…..” kuhampiri Mamad yang sedang mengawasi pekerjanya untuk memproses kayu gelodongan berukuran panjang sekitar mungkin tiga meteran itu untuk digergaji guna pembuatan palet.
“Oh mas Agus, tadi keasikan mandi ya sampai jam segini sampean baru keluar dari kamar mandi?” kata Mamad tiba-tiba
“Hah.. keasikan mandi gimana nih Mad, tadi aku mandi kan ndak ada lima menit Mad, aku lho belum buang air besar juga Mad heheheh”
“Lhaaaa gimana sih mas Agus ini, tadi sampeyan masuk kamar mandi kan jam 07.20 mas, aku lihat jam soalnya tadi ada orang yang mulai datang mas. Lha mas Agus keluar kamar mandi jam 7.40 an heheheh. Dua puluh menit di kamar mandi mas heheheheh. Kerasan disini ya mas” kata Mamad
Whaat.. apa apaan ini , kenapa Mamad bilang aku ada di dalam kamar mandi sampai dua puluh menit sendiri. Padalah aku tadi merasa ada di dalam sana hanya lima menit saja, karena aku merasa ada yang aneh di dalam kamar mandi itu.
“Oalah iya ta Mad hehehe besok-besok aku mandi agak pagian aja Mad, lha kamu apa ndak mandi Mad?”
“Saya mandi sebelum subuh mas, karna saya juga harus sediakan air kamar mandi dulu mas, harus ngangsu di sumur itu mas” tunjuk Mamad pada sebuah sumur yang tidak begitu besar namun nampak tua sekali
“Oalah gitu ta Mad, kalau gitu besok saya bangun lebih pagi lagi Mad heheheh”
“Ndak usah mas Agus, mas Agus seperti biasanya saja, saya yang akan siapkan semuanya mas” kata Darsamad yang hanya memperhatikan pekerjanya di pintu belakang rumah
“Mad, saya mau ke sana dulu saya mau lihat bagaimana proses pengerjaan penggergajian itu Mad”
“Oh ya silahkan mas, tapi mas Agus tidak usah dekat-dekat dengan mesin gergaji itu mas, bahaya mas” kata Mamad
Aku berjalan pelan menuju ke lahan belakang rumah yang digunakan untuk proses pemotongan kayu, ketika aku berjalan mendekati mesin, ternyata di sebelah kiri juga ada tempat untuk memproses kayu potongan menjadi palet.
Ternyata tempat ini lengkap juga. Mulai dari gelondongan, gergajian, hingga pembuatan palet ada semua disini.
Aku berjalan mendekati mesin penggergajian yang sekarang belum nyala, karena para pekerja sedang memilih milih gelondongan mana saja yang akan dipotong terlebih dahulu. Mereka menyusunya di sebelah mesin penggergajian.
Para pekerja itu rata-rata sudah lanjut usia, mereka bekerja tanpa bicara sama sekali, istilahnya mereka irit ngomong hehehe.
Tidak terasa aku sekarang ada di bagian belakang lahan yang adem karena rimbunnya pohon beringin yang ada di luar pagar. Angin yang bertiup semilir dan rindangnya pohon beringin sempat membuat aku menguap.
Tapi tiba-tiba mataku tertuju pada sesuatu yang mirip makam, di ujung dekat pagar seng. Iya itu adalah sebuah makam yang bentuknya sama dengan makam pada umumnya.
Tetapi patok makam itu ditutupi kain hitam. dan yang aneh, tanah makam itu terlihat basah, seperti tanah yang baru disiram.
Cukup kulihat saja makam itu, kemudian aku kembali ke tempat Mamad yang sedang memperhatikan para pekerjanya.
“Mad, di sana ada makam ya, itu makam siapa Mad?”
“Iya mas, sudah lama makam itu ada disana, kata penduduk sini itu makam dari penguasa disini, makanya batu nisannya ditutup dengan kain Hitam mas” jawab Mamad
“Lalu siapa yang mengurusi makam itu Mad?” tanyaku lagi kepada Mamad yang masih melihat ke arah pekerja yang sedang mengangkat kayu gelondongan itu
“Ndak ada yang urusin mas, hanya saja kadang-kadang ada penduduk sini yang menabur bunga dan mengganti tutup kain hitam di batu nisan makam itu mas” jawab Mamad tanpa melihat ke arahku sama sekali
“Cuman bapak-bapak itu tiap hari selalu membasahi makam itu dengan air, agar pemilik makan itu adem ayem katanya”
Aku tidak lanjutkan pertanyaanku seputar makam itu karena Mamad keliatanya ogah-ogahan menjawab pertanyaan seputara makam.
Di bagian belakang ini dekat dengan sumur ada sebuah amben atau balai balai semacam tempat duduk atau bisa juga digunakan untuk tiduran yang lumayan lebar dan terbuat dari bambu.
Mungkin amben itu digunakan para pekerja untuk istirahat siang, tapi aneh juga ya, amben itu kok cukup lebar dan letaknya ada di dekat sumur heheheh.
“Mad, orang-orang ini kalau makan siang bagaimana, apakah mereka bawa makan siang sendiri atau ada yang memasak kan disini?” iseng aku tanya meskipun aku tau kalau tidak ada yang memasakan mereka disini
“Nanti siang ada ibu-ibu dan anaknya yang biasanya bawakan makanan untuk mereka mas, jadi mereka full kerja disini. Makanan itu saya yang pesan. Semacam catering gitulah mas” jawab Mamad
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Astiah Harjito
Katanya jalan kesana serem tapi kok ada ibu2 yg berani nganterin makanan ya
2023-01-12
0
Dharris Tio
penggambaran tata letak memang menjadi critical point tersendiri. aku masih hingung
2022-10-07
0
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Banyak keganjilan yaa hari pertama kerja disana
2022-09-09
2