"Daddy?" panggil Elle yang duduk di kursi belakang bersama Axel menuju sekolah.
"Hmm." Jawab Axel tanpa menoleh karena ia tengah sibuk dengan ponselnya.
"Daddy ..." Elle meraih ponselnya karena merasa diabaikan. Axel menatap wajah gadis itu dan menghembuskan napas, ia tengah menghubungi Jose mengenai perencanaan hadirnya dipesta pernikahan Leo besok lusa. Dirinya harus datang, ia ingin melihat kegelisahan pria itu di pesta nanti. Karena ia dan Jose merencanakan sesuatu.
"Daddy sibuk terus, belum cukup meninggalkanku beberapa tahun? Aku rindu padamu sejak dulu, Dad." Elle bergelayut manja di lengan Axel, "dan aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Elle mendongak ke arah wajah ayahnya lalu melepaskan dekapannya. Dan mereka saling tatap.
Wajahmu mengingatkanku pada ibumu, aku mencintai ibumu, Ell. Tapi kenapa di berkhianat? batinnya. Jauh dalam lubuk hatinya, nama Hanna masih tersimpan dalam hati.
Axel membuang muka, ia merasa tidak nyaman dengan tatapan gadis itu. Kenapa tatapan anak gadisnya berbeda? Bahkan dia sudah besar dan sangat cantik, kini dirinya dilema. Mana yang lebih dulu? Membuat Leo menderita atau mempermainkan anak gadis ini dulu? Dirinya ingin Leo tahu tentang Elle, tapi bagaimana caranya? Ia takut Elle tidak menerima akan hal ini, yang dia tahu Axel-lah ayah kandungnya. Dan ibunya meninggal bukan karena saat melahirkannya, melainkan tertembak oleh selingkuhannya.
Sebencinya ia pada Leo, tapi melihat Elle dengan wajah menyerupai Hanna ada sedikit rasa iba. Kenapa Axel jadi plin-plan begini, dan tatapan itu ...
"Daddy ... Kenapa Daddy diam? Sikapmu aneh, Dad. Dan kenapa aku bermimpi denganmu? Ini pertama kalinya aku bermimpi seperti itu, apa jangan-jangan itu bukan mimpi? Aku merasa itu sangat nyata, dan .... " Elle tak melanjutkan perkataannya, tak seharusnya ia mencritakan itu secara gamblang. Meski Axel ayahnya bukan berarti ia menceritakan semuanya.
"Dan, apa? Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Axel.
"Lupakan saja, mungkin itu hanya perasaanku." Elle pun menoleh ke jendela, ia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Tak lama, mereka pun sampai di depan sekolah elit.
"Daddy tidak usah menjemputku, aku ada janji dengan Kevin," ucap Elle.
"Siapa Kevin? Daddy tidak suka kamu dekat-dekat laki-laki lain," cetusnya.
"Kenapa tidak boleh? Dia hanya temanku, bukan pacar," kata Elle, ia merasa ini benar-benar aneh. Kenapa ayahnya tidak memperbolehkan dirinya dekat dengan lelaki? Ia sudah besar, bisa dibilang sudah cukup umur untuk memiliki seorang kekasih, sebentar lagi usianya tujuh belas tahun.
"Daddy bilang tidak boleh ya tidak boleh!" Axel melotot tajam, sekelebat, pengkhiantan itu kembali terlintas. Kecewa, sakit hati.
"Aku sudah besar, aku berhak memilih siapa yang akan menjadi temanku. Kevin anak yang baik, pokoknya aku akan pergi bersamanya." Elle langsung turun dari mobil dan Axel menyusulnya.
Axel bersikap posesif, seperti seorang kekasih yang tengah cemburu. Ia tak ingin memberikan kebebasan pada gadis itu, gadis itu harus mencintainya meski akal pikirannya berpikir itu mustahil karena yang diketahui Elle ia adalah ayah kandungnya.
Aksi mereka dilihat banyak orang, dan setahu teman-teman Elle, gadis itu tak memiliki orang tua. Karena Axel pergi terlalu lama meninggalkannya bahkan tanpa tahu ada di mana selama ini.
"Daddy ... Lepaskan, banyak orang yang melihat kita," seru Elle.
"Makanya nurut, jangan pergi bersama teman lelakimu!" bentak Axel.
"Daddy jahat, sikap Daddy juga aneh. Orang tua macam apa yang ingin tidur bersama anaknya disaat anaknya sudah remaja?"
Axel melepaskan tangan gadis itu. Apa dia mulai curiga? Curiga dengan apa yang aku lakukan tadi pagi? batinnya. Karena mimpi yang diceritakan Elle itu bukan omong kosong, itu memang benar adanya, ia yang melakukan itu pada Elle.
"Jangan menjemputku." Ucap Elle sembari pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
pecinta kucing
ngeri
2022-12-05
1
Kornelia Esyiledewara
Wii ngeri
2022-07-30
2
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
axel benar2 dah nekad nih..
2022-07-28
0