"Good job,kamu memenangkan debat ini sesuai dengan harapan ku".Gumam Deon saat mereka berjalan kearah kantin.
"Iya,aku hanya melakukannya sebisa mungkin".Alifa tak ingin berbesar hati karena telah bisa mengalahkan sang ayah yang terkenal pandai berdebat dan keras kepalanya.
Seperti biasanya hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka menuju kantin.Deon,yang memang hanya menjadikan Alifa sebagai alat komunikasinya dan memang berniat mengajarkan arti sopan santun tak berniat berbincang dengannya.Sementara,Alifa cukup sadar diri dengan posisinya.Yang lebih penting mencoba menjaga marwahnya sebagai perempuan agar tak terlalu dekat dengan lawan jenis.
Kini,mereka tengah duduk di kantin untuk mengisi energi yang terkuras habis karena debat tadi.Sebenarnya hanya Alifa yang membutuhkan asupan energi,karena dia lah yang berjuang sedari tadi.Sementara,Deon hanya menyaksikan saja.
"Mau makan apa?".Tanya Deon tanpa mengalihkan pandangannya yang tertuju pada menu makanan.
"Ada apa aja?".Alifa balik bertanya,sebab dia tidak tau dengan menu yang di sediakan oleh kantin.
Deon, menyodorkan buku menu makanan pada Alifa.Alifa menerimanya,membaca sekilas sebelum di serahkan pada Deon.
"Aku mau spaghetti saja sama minumnya lemon ice".Alifa menyodorkan menu makanan yang tadi di sodorkan oleh deon.
"Ok".Deon,kemudian memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka.
"Mba, spaghetti satu,steak satu dan minumannya ice lemon dua yah".Pelayan mencatat dengan baik pesanan yang diinginkan oleh deon dan berlalu pergi.
"Ice lemon juga?".Tanya Alifa yang menyadari minuman yang di pesan oleh deon adalah minuman yang sama.
"Iya,kenapa?".Jawab Deon ketus.
"Yah gapapa".
"Bukan hanya kamu yang suka ice lemon kan?".Sentak Deon yang tak suka orang yang banyak bertanya padanya.
"Iya".Alifa tertunduk menyadari perubahan nada bicara Deon,yang seolah menahan emosi.
Selama menunggu pesanan datang itu pula tak ada yang berbicara.
"Permisi".Ucap Mike yang tadi di beri mandat untuk membawa tas dan laptop Alifa.
Deon yang menyadari kehadiran mike,mengalihkan pandangannya dari layar handphone nya beralih menatap tajam pada sang asisten.
"Darimana saja kau".Sentak Deon yang daritadi memendam kekesalannya pada sang asisten karena tak kunjung datang.
"Maaf tuan,mobil saya mengalami pecah ban,susah sekali untuk mendapatkan mobil penderek karena hampir semua bengkel ramai".Kilah Mike memberi alasan.Mike tanpa permisi duduk di dekat Alifa.
"Lain kali kabari dulu saya,untung debatnya gak memerlukan laptop.Kalau tidak..."
Deon berhenti sejenak,mengangkat tangannya pada lehernya."Tamat riwayat karirmu".
Mike menelan salivanya sendiri,membayangkan karirnya akan hancur.
Alifa yang tadi diam saja memilih untuk pergi ke toilet,tak ingin rasanya berlama-lama berada di tengah-tengah dua orang laki-laki yang bukan muhrimnya.
"Maaf,menyela saya mau izin ke toilet".Ucap Alifa menengahi perdebatan kecil diantara atasan dan asistennya.
"Silahkan".Ucap mereka bersamaan.
Alifa beranjak pergi ke toilet,selain tak ingin berada di tengah perdebatan mereka,Alifa juga ingin membuang hajatnya.
Tak sengaja Alifa bertemu dengan ayahnya saat hendak menuju toilet.Sang ayah tengah duduk sendiri,seakan menahan air mata.
Alifa berjalan kearah meja sang ayah,di hampirinya sang ayah hanya untuk bertegur sapa.
"Assalamu'alaikum,ayah".Ucap Alifa memberi salam saat dia sudah berada di meja sang ayah.
Merasa ada yang memanggil,mr.smith menengok ke belakang.Mr Smith bangkit dari duduknya dan memeluk sang putri yang selama ini sangat di rindukannya.
"Waalaikum salam,putriku".Ucap Mr Smith membalas salam sang putri setelah mengurai pelukannya.
"Alifa,putriku.Kemana aja selama ini?,ayah rindu".
"Duduk dulu yah".Alifa menuntun sang ayah untuk kembali duduk.
"Nak,kenapa kamu tak mau pulang dan menemui orang tua mu ini,apakah kau tak rindu?".Tanya Mr Smith setelah mereka duduk di kursi masing-masing.
Alifa mengulum senyum."Aku bukannya tak rindu,hanya aku bertekad untuk hidup mandiri setelah kejadian itu".
Mr Smith nampak menyesal dengan kejadian waktu itu.Dia yang mengedepankan ego tanpa memikirkan sang putri.Hingga,pada akhirnya dia kehilangan sang putri.
Alifa menyadari perubahan mimik dari ayahnya."Jangan sesali semua yang terjadi yah.Semua sudah tertinggal jauh.Mari kita jalin silaturahmi ini dengan memperbaiki dan introspeksi diri".
Mr Smith menyeka air matanya."Yah,kamu benar,semua sudah tertinggal jauh.Maukah kau memaafkan kesalahan ayah?".Mr Smith nampak memohon.
Alifa menghela napas sebelum menjawab pertanyaan sang ayah.",Aku bahkan sudah memaafkan ayah jauh sebelum ayah memintanya".
"Maukah kau kembali pulang?".Mr Smith saking bahagianya hingga tak sengaja melontarkan pertanyaan yang membuat sedikit luka di hati Alifa terbuka kembali.
Alifa menggerakkan kepala."Maaf yah untuk kembali lagi bersama kalian,itu butuh waktu bagiku".
Mr Smith mengangguk- anggukkan kepala,mengerti dengan perasaan sang putri.
"Baiklah,aku tidak akan memaksamu,tali kalau kau ingin kembali.Pintu rumah kami terbuka untukmu".Akhirnya Mr Smith tak ingin memaksa sang putri yang tak kunjung ingin pulang.
Setelah dirasa sudah tak ada lagi kepentingan,Alifa beranjak ke toilet untuk membuang hajatnya yang sebelumnya telah bertukar nomer handphone dengan sang ayah untuk memudahkan berkomunikasi.
"Sejak kapan toilet pindah ke Prancis".Ucap Deon setelah Alifa kembali.
Sedangkan yang di sindir tak merasa bersalah dan memilih acuh,tak menanggapi sindiran pak Deon.Lain hal dengan Mike,dia menatap Alifa seperti orang yang memuja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Accb Agung
lanjut Next
2022-08-16
0