Satu minggu berlalu Ziva masih belum mendapatkan pekerjaan. Begitupun dengan Ander, dia masih saja gelisah.
Ander selalu menyibukan dirinya dengan pekerjaan. Tidak ada lagi malam panas, karena setiap ingin melakukannya bayangan itu semakin jelas.
Hari ini Ziva bertekad bahwa dia harus mendapatkan pekerjaan. Uangnya akan benar-benar habis jika besok dia masih belum bekerja.
Wanita itu berjalan penuh harap menyinggahi beberapa toko,restoran,cafe untuk mencari lowongan pekerjaan.
"Maaf nona, tidak ada lowongan disini" kalimat itulah yang dia terima.
Hari menjelang sore Ziva mulai lelah dia bahkan tidak sadar telah menyebrang jalan dengan tidak hati-hati.
Ckiiittt..
"Aaaaaaaaa" Ziva memejamkan kedua matanya namun tidak terjadi apa-apa. Perlahan, dia membuka mata dan melihat seorang pria dengan setelan jas rapi menghampirinya.
"Anda tidak apa-apa nona?"
Namun... Bruuukkk..
Ziva tergeletak tidak sadarkan diri. Tidak ingin orang lain salah paham pria itu langsung menggendong Ziva masuk ke dalam mobilnya dan membawanya ke klinik terdekat.
Ziva mengerjapkan kedua matanya pelan "Engghh.."
"Anda sudar sadar nona?"
"Maaf tuan sudah merepotkan anda" ucap Ziva sungkan.
"Tidak apa, karena anda sudah sadar saya akan pergi nona. Jika anda membutuhkan bantuan hubungilah saya" pria itu menyodorkan sebuah kartu nama.
"Saya permisi nona"
"Tunggu tuan" pinta Ziva cepat.
"Iya?"
"Aku tidak ingin berbasa-basi. Aku sedang membutuhkan pekerjaan, apa kau mempunyai lowongan untukku?"
Pria itu tersenyum "Datanglah ke perusahaan GG, tapi sebelum itu hubungi saya terlebih dahulu. Akan saya pastikan anda mendapat pekerjaan disana"
Pria itu berlalu meninggalkan Ziva yang mematung diatas brankar pasien.
"GG? Maksudnya G'Group? Perusahaan raksasa itu? Apa dia CEO disana?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi isi kepalanya.
Kriingg..kriingg..
"Itu pasti Mike" batin Ziva dia mengambil ponselnya dari dalam tas yang berada di atas nakas.
"Ya Mike?" jawabnya setelah berhasil memencet ikon hijau di panggilan suara itu.
"Ziva? Ya tuhan aku menelponmu dari tadi kenapa baru menjawab? Aku khawatir sekali padamu. Ini sudah hampir jam 7 malam, kamu ada dimana? Kenapa belum pulang? Apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan?"
Ziva memutar bola matanya malas "Diamlah Mike, bisakah kau bertanya satu-satu padaku?"
Mike tersadar dia sudah membuat Ziva kesal "Maaf, aku hanya mengkhawatirkanmu. Baiklah, kamu ada dimana biar aku jemput?"
Ziva menimbang-nimbang. Hari sudah gelap, uangnya juga hampir habis, tidak akan cukup untuk membayar taksi pulang ke apartemen. Berjalan? Ahhh dia sudah sangat lelah.
"Baiklah, jemput aku di klinik A"
"APA? Kamu ada di klinik kenapa? Apa kamu sakit? Tunggu aku kesana sekarang"
Ziva menggelengkan kepalanya mendengar teriakan Mike diseberang sana. Panggilan terputus, Ziva segera berbenah memasukan kartu nama yang diberikan pria tadi.
Dia harus sudah ada di depan saat Mike datang atau tidak pria itu akan membuat heboh di dalam klinik. Sebelum keluar Ziva menanyakan administrasinya terlebih dahulu namun ternyata sudah dibayar.
Di depan klinik Ziva duduk termenung menunggu sang pangeran datang menjemputnya.
Pangeran menjemput upik abu Ziva tersenyum getir. Dia berharap bisa keluar dari bantuan Mike dengan cepat dia akan membayar semua kerepotan Mike atas dirinya. Dia harus bekerja keras setelah ini.
Hingga suara klakson membuyarkan lamunannya, pria tampan itu keluar dari mobil dengan raut wajah cemasnya. Lalu berlari menuju tempat Ziva duduk.
"Ziv, kenapa kamu ada disini? Kamu sakit? Apa yang sakit hm? tolong bilang padaku"
Ziva tersenyum tipis melihat pria ini sangat mengkhawatirkannya.
"Ziv jawab. Kau membuatku cemas. Ayo kita ke rumah sakit disana kau akan mendapatkan penanganan yang lebih baik"
"Ehh no Mike. I'm fine. Aku gak sakit Mike aku hanya sedang lewat sini saja saat kamu menelponku jadi aku suruh kamu jemput kesini"
Alangkah baiknya Mike tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya.
"Are you sure?" tanya Mike meyakinkan.
"I'm sure Mike, sudahlah jangan berlebihan"
Mike memeluk Ziva erat "Syukurlah, aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku tidak ingin kamu kenapa-napa"
Ziva melepas pelukan itu dia tidak ingin mencintai pria itu lebih dalam lagi. Mike menatap Ziva kedua matanya seakan berbicara 'kenapa?'.
Ziva membuang muka untuk menghindari tatapan mata Mike "Ayo kita pulang" pintanya.
"Baiklah" jawab Mike lesu.
Merekapun akhirnya pulang tidak ada pembicaraan diantara mereka, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ruk Mini
kena balesan dr ulahnya
2024-04-18
0