Lagi-lagi Dila menguntit, kini Dila tahu dimana kampus Renata, dia menyuruh orang untuk menunggunya sampai pulang kuliah selesai, dan mambawa Renata padanya ,
Dila "Bajingan itu harus diberi pelajaran"
Renata bicara pada Intan, saat jam istirahat
"Jadi kamu ingin masuk kembali bekerja?"
"Ya"
"Tapi aku lihat, beberapa hari ini kamu sungguh telah berubah"
"Berubah apa?"
"Apakah kamu tidak sedang pura-pura padaku?"
"Maksudmu??"
"Lihat pakaianmu,kamu yakin kamu masih ingin bekerja? pakaian yang kamu pakai saja saat ini, senilai gajimu setahun di cafe itu,kamu tidak sedang menggodaku kan?"
"Tidak Intan, sungguh aku membutuhkan dan menginginkan pekerjaan itu ,ini tidak ada hubungannya dengan pakaian"
"Lalu darimana kamu mendapatkan pakaian ini?"
"Aku , aku ..sudahlah tidak ingin membahasnya denganmu, jika tidak bisa aku akan cari tempat lain saja, permisi" Renata begitu serius , dia berpamitan begitu saja pergi meninggalkan Intan, Intan masih ragu dengan niat Renata, dalam pikiran Intan jika Renata tidak terlihat orang yang membutuhkan uang saat ini.
Renata berjalan larut dalam pikirannya , dia terus berkata-kata menyangkal semua perasaannya ,
"Aku harus dapat membayar hutangku pada Bob, sedikit demi sedikit, aku tidak ingin terlibat Fonts for Android and iPhone - www.fontskeyboard.com/share-nowperasaan dengannya"
Waktu kuliah telah selesai, Renata berjalan pergi menuju kedai, "Gajiku sangatlah tidak seberapa, mungkin aku akan lama sekali baru dapat melunasinya" Renata menarik nafasnya sangat dalam .
Dila "Kalian sudah menemukannya?"
"Tidak Bos, kami belum melihatnya" para bajingan itu tidak dapat mengenali dengan baik wajah Renata, gadis-gadis disana nampak terlihat sama dari pandangannya , merekapun kesulitan mencari Renata.
"Dasar Bodoh, cepat cari"
"Baik"
Sayang , langit pun mulai gelap, namun mereka belum juga melihatnya ,
"Bos bagaimana , kampus sudah sepi"
"Diam bodoh, aku sudah tahu" Bos geng itu, memukul kepala anak buahnya.
"Sialll" nampak kesal, "Ayo kita jalan" seru Bosnya, mobilpun melaju tanpa mereka sadari wanita yang mereka cari nampak dikedai yang mereka lewati . Hari ini Renata selamat, karena dia tidak berhasil ditemukan oleh para anggota Gang tersebut.
"Nat, kamu akan langsung pulang?"
"Ya, sepertinya begitu"
"Kamu tidak lagi kerja di Resto milik paman temanmu?"
"Sebenarnya aku masih ingin kembali bekerja, namun aku khawatir nantinya aku malah mendengar omongan yang tidak enak"
"O .. iya ,kamu ada benarnya juga, kamu sudah lama tidak masuk bekerja, semenjak Ibumu dirawat "
"Ya" Renata menunjukkan wajah yang lemas.
Renata berjalan keluar dari kedai, mengeluarkan handphone dari sakunya.
"Aku sangat lelah, rasanya aku ingin menelponnya" , Renata bicara dengan pelan pada dirinya sendiri. Namun sungguh Renata sangat terkejut, saat akan melanjutkan langkahnya, nampak Bob didepannya , Renata terdiam melihat Bob yang menatapnya, kemudian berjalan menghampirinya.
"Apa yang suamiku lakukan selarut ini disini?"
Renata bicara dengan canggung,
"Sebenarnya aku sangat lapar, namun sepertinya kedai baru saja tutup"
Renata dan Bob bertatapan. Tiba-tiba sebuah pengendara motor melaju cepat, hampir mengenai Renata, Bob menyadari itu dengan segera memeluk Renata, menghindari Renata tertabrak motor.
"Ahh ... " Renata yang terkejut, ditarik dan dipeluk Bob.
"Swing ... " suara motor melewatinya
"Kamu tidak apa-apa tanya Bob"
"Aku baik-baik saja, terimakasih" Renata melihat pada motor yang sudah jauh disana.
"Ayo kita pulang" Bob berjalan memapah nya, namun Renata melepas genggamannya.
"Aku bisa jalan sendiri" Renata menatapnya dengan tersenyum . Mereka pun masuk kedalam mobil .
Niat dalam hati Renata, setelah pulang kerja malam ini, dia sangat ingin sekali mengunjungi Ibu, namun dia tidak nyaman mengatakannya pada Bob, berpikir jika itu bukanlah urusannya Bob, mungkin kami bisa berpura-pura sebelumnya, namun tidak harus sering menunjukkannya didepan Ibu. Renata khawatir jika Ibu mengetahui semua kebenarannya, itu akan menyakitinya .
Dalam mobil, Renata memulai pembicaraan
"Mengapa saat malam dirumah hanya ada kita berdua"
Bob menatapnya, Renata terdiam khawatir itu akan menyinggungnya. Dan Bob tidak menjawabnya.
Renata pun tidak bicara apapun lagi, hingga mereka tiba dirumah.
Renata berjalan masuk kedalam kamar, duduk dan merebahkan dirinya di kamar.
Tak lama terdengar suara langkah Bob mendekati kamarnya, Renata dalam keadaan belum tidur. Bob membuka pintu kamar Renata dengan reflek.
"Kamu , kenapa suamiku tidak mengetuk pintu" Renata berdiri dari tempat tidur , terkejut Bob yang tiba-tiba masuk kekamarnya, Bob menghampiri dan memegang lengan Renata, dan menariknya ,berjalan keluar kamar.
"Aku sangat lapar, bisakah kamu membuatkan ku sedikit makanan?" Bob menghentikan langkahnya, dan bicara pada Renata.
"Lapar, baiklah aku akan membuatnya" Renata berusaha melepaskan tangannya , Bob menyadari itu menariknya kembali berjalan, bergandengan tangan .
Renata membuka lemari es, melihat bahan makanan yang ada , namun dia tidak tahu makanan apa yang Bob suka,
"Disini banyak sekali sayuran, ikan , dan daging, telur juga ada" , saat Renata melihat-lihat isi kulkas dan mengatakannya, Bob berjalan mendekatinya, berdiri membungkuk dibelakangnya .
"Ini ... agh" mereka bertabrakan,
"Maaf" Renata berjalan mundur , lemari espun tertutup oleh tubuh Renata.
"Maaf, suamiku ingin, aku masak apa?"
Bob berjalan mendekat , terdengar denyut jantung Renata yang berdetak sangat cepat, Renata memejamkan matanya,
"Buka lemari esnya"
"Apa?? oh ya" Renata merasa malu dengan apa yang dipikirkannya.
"Ini , ini "Bob mgambilnya.
Renata melihat mie , daging dan berbagai sayuran lainnya , dikeluarkan Bob dalam lemari esnya.
Renata mengerti dan segera memasaknya, Bob duduk menunggu dimeja, melihatnya.
Renata sangat gugup ,padahal dia bukan pertama kali masak, namun apa yang dia lakukan saat itu salah tingkah.
"Tak .." Suara pisau yang meleset saat memotong daging, Bob berdiri dan melihatnya,
"Tanganmu tidak apa-apa?" Bob mengambil tangan Renata dan melihatnya,
"Tidak , aku baik-baik saja"
Deg (suara jantung yang berdegup) ,lagi-lagi tatapan yang begitu intim lagi , Lampu yang redup hanya bercahayakan diatas kompor, dalam rak lemari dapur , membuat suasana yang begitu hangat, ini seperti pasangan yang sesungguhnya , Bob melangkah sedikit ,namun mendekat, Renata tertahan pada meja, Bob mendekat semakin dekat, dan wajahnya mendekati wajah Renata hendak menciumnya, namun Renata membuang mukanya. Terdengar nafas ngos-ngosan pada keduanya. Jantung Renata terasa berdebar sangat cepat, dan Bob menyadari itu.
"Maaf" Bob berjalan mundur , dan duduk kembali pada kursinya.
Tak lama Renatapun selesai memasak untuk Bob, Renata menghidangkannya diatas meja,
"Jika tidak ada yang lain lagi, aku mohon pamit,aku harus bangun pagi, jadi"
"Temani aku, sebentar saja, ini tidak akan lama" Bob memotong pembicaraan Renata.
Renata terdiam, menurut dan berdiri disampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments