"Ayo ikuti aku"
"Kemana? kamu mengajakku kemana?"
"Tentu saja ke Rumah Sakit, membayar biaya perawatan Ibumu"
"Oh benar, baiklah"
Renata berjalan mengikuti Bob, masuk kedalam mobilnya.
"Aku sungguh gila, mengapa bisa aku langsung minta tolong padanya, dia tidak dekat denganmu, dan dia langsung setuju menolongku, apakah dia memiliki niat lain padaku? bagaimana jika pria ini ingin menculikku , atau menjualku" Renata bekerja keras berpikir , dengan keanehan Bob yang begitu saja setuju menolongnya.
"Masukkan alamatnya"
"Apa?"
"Alamat Rumah Sakitnya"
"Baik"
Setelah beberapa waktu perjalanan, nampak Rumah Sakit didepan mata.
"Ayo , kita sudah sampai"
"Ya , baik, tapi tunggu dulu , apakah kamu benar-benar tulus menolongku? tidak ada maksud lain dibalik ini?"
"Kira-kira menurutmu bagaimana?"
"Oh tidak (menutup mulut dengan kedua tangan), apakah benar bersyarat? jika begitu tuan maaf saya tidak jadi menerima bantuan darimu, terimakasih" Renata segera meninggalkan Bob keluar dari dalam mobil . Namun Bob menghentikannya,
"Bukankah kamu tadi yang memohon, meminta tolong padaku? Apakah kamu yakin akan ada oranglain yang dapat menolongmu selain aku ?, bagaimana menurutmu jika bertemu dengan orang yang tiba-tiba minta uang begitu saja,dan kamu tidak mengenalinya, apakah dia akan langsung memberimu? terkecuali dia adalah Bank yang dapat memberikan pinjaman pada siapa saja dan meminta jaminan"
"Apa yang kamu maksud, aku sungguh tidak mengerti"
Renata pergi meninggalkan Bob , berjalan masuk ke dalam Rumah Sakit .
"Kak, kamu sudah kembali?"
"Bagaimana dengan Ibu?"
"Ibu tadi siuman namun setelah meminum obat dan makan dia tertidur lagi"
"Kaka,apakah kaka sudah dapat uangnya?"
"Uang"
Renata bicara dalam hatinya "Benar aku harus mendapatkan uang untuk membayar pengobatan Ibu, aku harus pinjam pada siapa? pria itu menawarkan namun aku takut dia memiliki niat yang jahat, aku harus ke bagian administrasi dulu, untuk menanyakan biayanya"
"Kaka mau kemana?"
Renata pergi begitu saja, menuju loket administrasi "Maaf , saya ingin menanyakan rincian biaya hingga hari ini,dengan nama pasien Ny.Derma" Renata bicara pada salah satu petugas Administrasi
"Ini rinciannya"
"Ya ampun, besar sekali darimana uang sebanyak ini aku dapatkan" Renata bicara dengan suara sangat lirih, dengan keputus asaan.
"Biar aku lihat" tiba-tiba Bob datang mengambil kertas rincian biaya itu.
"Ini , kami bayar pakai ini "
"Baik" petugas Administrasi mengambil sebuah Kartu Bank yang di berikan Bob padanya.
"Tunggu" Renata menahan kartu tersebut, dan mengambilnya , menarik lengan Bob pergi dari depan loket
"Apa yang kamu lakukan?"
"Kenapa,kamu tidak akan membayarnya? kamu tidak kasihan pada Ibumu?"
"Tapi , aku ..."
"Kakak"
"Daniel, cepat temui Ibu, Ibu sudah bangun"
"Ibu " Renata telat menyadari jika Bob sudah melakukan transaksi , tersenyum menunjukkan kartu nya.
"Kakak, ayo" Renata menatap Bob, dan pergi meninggalkannya, mengikuti Daniel.
"Ibu , syukurlah" Renata memeluk dan menciuminya, Bob hanya berdiri depan pintu.
"Kakak , Dokter memintamu keruangannya , setelah ini pergilah temui dia"
Renata mengangguk, setelah beberapa saat nampak Bob memperhatikan Renata sedang berbicara pada Ibunya dengan mengusap usap kepala Ibunya, dan menciuminya.
"Ibu aku akan pergi menemui Dokter, Ibu ditemani Daniel dulu ya"
Ibu mengangguk, Renata keluar dan nampak Bob sedang duduk disamping pintu kamar rawat inap Ibunya. Renata mengacuhkan dan masuk menemui Dokter.
Ibu dikatakan seolah sudah putus asa, dia tidak memiliki gairah untuk hidup, dan karena itu malah mempersulit keadaan anak-anaknya, penyakit sebelumnya yang sudah ada, semakin memperburuk kesehatan Ibu. Masih untung Ibu terselamatkan dengan segera dibawa ke Rumah Sakit .
"Ibu , mengapa Ibu hingga seperti ini" Renata meneteskan airmata keluar dari ruangan dokter,
"Aku akan membiayai pengobatan Ibumu , hingga Ibumu sehat kembali"
"Benarkah, apa jaminannya?"
"Aku adalah seorang Presdir (memberi Renata sebuah kartu nama), kamu tidak akan mendapat kesulitan lagi dalam masalah keuangan, dan kehidupan keluargamu akan terjamin, dengan hanya menikah denganku"
"Apa menikah denganmu?"
"Pura-pura menjadi istriku"
"Apa pura-pura?"
"Kamu tenang saja, aku tidak akan melakukan hal itu padamu, kita akan tidur terpisah"
"Benarkah? hanya pura-pura status istri saja?"
"Ya"
"Kenapa?"
"Kamu ingin melakukan hubungan suami istri?"
"Apa !!!, bukan , bukan itu maksudku"
"Baiklah jika syarat nya hanya itu, tapi bagaimana dengan aku, aku masih ingin kuliah?"
"Pergilah, lakukan apa yang kamu inginkan"
"Aku tidak percaya dengan kata-katamu"
"Jika kamu menyetujuinya aku akan mminta sekretarisku untuk membuat kontraknya hari ini, jika kamu tidak bersedia kamu kembalikan uangku hari ini juga"
"Dasar gila, tadi kamu sendiri yang membayarnya, aku tidak meminta"
"Baiklah, waktuku sudah terbuang banyak, pikirkan kata-kataku, jika sampai esok tidak ada jawaban, maka kamu berhutang padaku"
Renata, tidak melepaskan pandangannya, hingga Bob benar-benar tak terlihat lagi, melihat pada kartu nama, membolak baliknya.
"Halo ini dengan Grup .." Renata menelpon nomor kantor yang tertera di kartu, dan menanyakan nama Presdirnya , seorang karyawati menjawabnya.
"Apakah ini benar? sungguh aku belum yakin" Renata berceloteh sendiri , berjalan menuju kamar ruang inap Ibu.
Renata mendapati isi kamar kosong seorang perawat sedang membersihkan ruangan tersebut .
"Suster, kemana Ibu saya?"
"Beliau dipindahkan keruangan VVIP no 1"
"Apa ? anda tidak salah bicara? "
"Tidak" jawab suster
"Bagaimana munkin, tetapi kenapa dipindahkan?"
"Suami anda yang mengaturnya"
"Apa ???!!! Suami" mata Renata terbelalak mendengarnya .
"Ini tidak benar (bicara pelan dengan perasaan jengkel) , Suster terimakasih"
"Sama-sama"
Renata segera pergi mencari Ibu, untuk memastikannya. Renata mengetuk pintu dengan perlahan (berdehem) " Permisi"
Daniel membuka pintu "Kakak , lihat Ibu sudah semakin baik , dan lihat ruangan ini sangat luas dan bagus " , Daniel pun berbisik " Kakak siapa kakak iparku, aku ingin bertemu dengannya, dimana dia?"
Renata tersenyum ke arah Ibu namun sangat kesal mendengar ucapan Daniel , "Kemari" Renata menarik lengan Daniel keluar kamar .
"Katakan , bagaimana bisa Ibu dipindahkan kemari"
"Beberapa perawat yang meminta kita untuk pindah, dan mereka yang mengurusnya"
"Lalu"
"Lalu bilang jika aku harus mengatakan pada Kakak jika semua biaya Rumah Sakit sudah di tanggung oleh Kakak Ipar"
Daniel kebingungan, dengan sikap Renata, dia mengatakan semuanya dengan hati-hati .
" Baiklah, temani Ibu , aku akan pergi dulu keluar sebentar , Oke"
Terlihat jelas Renata sangat geram, rasanya dia ingin meneriaki Si Bob itu , bergegas keluar dari Rumah Sakit mencari tempat untuk menelpon .
"Halo , dengan presdir"
"Ya, maaf dengan siapa?"
"Apa maksud anda, anda penjamin keluarga saya? k?kamu berharap dengan saya memiliki hutang banyak terhadap anda , artinya saya sedang menjual diri saya pada anda? anda jangan berharap saya tidak memintanya, anda sendiri yang melakukannya, Oh ya terimakasih atas bantuannya tuan Bob"
"Dasar pria bodoh" Renata berbicara setelah menutup telponnya, seseorang berdiri dihadapannya , dengan seorang perawat yang pergi setelah mengantarnya .
"Permisi, anda nona Renata?"
"Anda siapa?"
"Perkenalkan saya sekretaris dari Grup Sixteen, boleh minta waktunya sebentar"
"Apa yang anda inginkan?"
"Mari kita cari tempat nyaman untuk bicara"
Renata menatap dengan judes,
"Disana, mari kita bicara disana" Sekretaris menunjuk pada sebuah bangku yang cukup dekat ditaman ,
Renata pun bergerak ke bangku itu, dibarengi sekretaris.
"Perkenalkan nama saya Aldi"
Renata acuh , dan sekretaris tersenyum .
"Baiklah nona saya akan langsung pada intinya, saat ini Ibu anda sudah mendapatkan perawatan ,dan Tuan Presdir kami akan memastikan beliau mendapatkan perawatan yang terbaik, untuk seluruh biaya hidup keluarga anda , beserta pengobatan rawat jalan Ibu anda semua akan ditanggung oleh presdir kami. Dan maaf jika anda menerima itikad presdir kami, dan benar peduli pada keluarga nona, lihat dan bacalah dulu berkas ini (Sekretaris menyodorkan sebuah berkas) , jika nona menyetujui silahkan tanda tangan dibawah ini, jika anda tidak menyetujui maka, kebaikan dari presdir hanya sampai hari ini"
Dengan memasang wajah judes , Renata membacanya dengan seksama .
"mm , pria ini benar-benar hanya menginginkan ini saja, tapi mengapa?"
"Maaf tuan Aldi, bolehkah saya bertanya sesuatu?"
"Tentu nona silahkan"
"Apa benar didalam isinya hanya berpura-pura berstatus istri?"
"Ya , namun pernikahannya nyata, karena untuk bukti pada keluarga tuan Presdir"
"Tapi mengapa dia memilih saya? dan alasan apa hingga dia ingin berpura-pura menikah dengan saya"
Renata sangat penasaran, Aldi terdiam "Untuk memutuskan perjodohan"
"Oh ... " Renata ingin tertawa namun menahannya
"Hanya begitu" suara dalam hati.
"Baiklah saya akan menandatanganinya"
"Tunggu"
Aldi nemanggil seorang teman lainnya
"Siapa dia?" tanya Renata
"Kuasa Hukum kami , jika anda tidak menaatinya dan jika .."
"Sudah hentikan aku mengerti" Renata memotong perkataan Aldi.
"Hanya berpura-pura saja , tidak apa , itu tidak begitu sulit" Renata dalam pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
folback kak, sdh ku follow 😍😍
2022-08-12
1
Fira Ummu Arfi
likeeeeee
2022-08-10
0