"Aku harus bersemangat lagi mengumpulkan uang, apakah aku harus melakukan pekerjaan tambahan lain?" Renata sangat senang karena hari ini dia dapat mengurangi tunggakan biaya kuliahnya . Wajahnya begitu bersinar .
Malam hari di Cafe dan Resto ternama tempat nya bekerja, Renata sangat tenang menerima beberapa tamu yang datang , dia sungguh cakap dalam bekerja.
"Sayang aku ingin makan pasta hari ini, boleh?" sepasang tamu berbicara didepan Renata
"Pesan saja"
Pria itu begitu acuh, sedangkan wanitanya begitu agresif . Seperti itu yang terlihat oleh Renata , Renata pun menyajikan makanan yang dipesan .
Kepala Renata terasa pusing, dan bumi pun terasa bergoyang, tak tertahan lagi.
"Darah , ada darah" Wanita itu berteriak
Renata sadar jika dia telah mimisan , segera mengelapnya. Adam pun menghampirinya
"Mari ku lihat, pergilah ke belakang"
Renata pun segera pergi, menuju toilet karyawan .
"Aku sudah tidak bersemangat makan lagi, sayang ayo kita pergi saja"
Pria yang duduk bersamanya pun pergi menuruti wanita itu . Adampun memohon maaf atas kejadian tadi.
Renata keluar dari toilet, dengan kepala yang masih pusing, menghampiri Adam
"Kak Adam , mohon maafkan tadi aku "
"Sudahlah ,sebaiknya kamu beristirahat dan minum obat, sebelum kejadian tadi disadari oleh Pak Rogers"
"Baik, terimakasih"
Saatnya pulang, waktu kerja pun telah usai, Renata berjalan kaki seperti biasa , dia menyeringai dalam hati ,
"Renata , sungguh aku telah membuatmu seperti ini" tubuh Renata tiba-tiba terasa dingin dan sangat lemas , tak lama tubuh itu ambruk tidak sadarkan diri, terlihat samar bayangan beberapa orang telah menolongnya .
Lama tertidur , hari sudah pagi. Seorang wanita paruh baya tersenyum didepannya . Renata terkejut
"Dimana saya?" beranjak dari tidurnya,
"Tenang, tidak apa-apa ,kamu dirumah saya, semalam kami menemukanmu jatuh tepat depan mobil, maka daripada itu kami membawamu kemari" lengan wanita itu memegang lengan Renata berusaha menenangkan, tangannya begitu halus dan lembut
"Saya tunggu kamu didepan, untuk sarapan" wanita itu berbicara dengan ramah, dan meninggalkan Renata didalam kamar.
Renata pergi ke kamar mandi yang terletak didalam kamar . Lalu berjalan ketempat yang diminta wanita itu.
"Duduk dan mari kita makan"
Renata merasa canggung duduk bersama wanita yang tidak ia kenal itu, namun wanita itu terus tersenyum kearah Renata.
"Wanita itu masih terlihat anggun meskipun sedang berada di meja makan" Renata memperhatikan wanita itu yang tersenyum sesekali padanya, sambil memakan makanan didepannya .
"Dia begitu rapi, cara dia memotong daging dan mengambil makanannya begitu elegan . Rumah inipun begitu besar, wanita didepanku bukanlah orang sembarang"
"Selamat siang Ibu" Suara langkah menghampiri, nampak seorang pria dibelakang berbicara pada ibunya.
"Pria itu memeluk dan menciumnya , pria itu seperti pernah ku lihat , seperti " Renata tertegun . Pria itupun duduk disamping wanita itu , yaitu Ibunya.
Pria itu acuh , Renata pun tidak menghiraukannya . "Selesai makan mari kita bicara, ada yang ingin saya tanyakan"
"Baik"
Renata mengikuti wanita itu ke sebuah ruangan, duduk berhadapan
"Sangat canggung. Namun wanita itu terus tersenyum dan pembantu wanita nya memberikan tas , yaitu tas ku" Renata terus berkata-kata dalam hatinya.
"Itu milikmu, jangan khawatir kami tidak membuka ataupun mengambil barangmu"
"Terima kasih"
"Dimana kamu tinggal? biar supir saya mengantarkanmu pulang"
"Saya, sewaktu saya terjatuh sebenarnya tempat tinggal saya tidak jauh dari sana, tetapi sekarang dimana saya?" Bicara terbata-bata
"Sekarang ini kamu berada di jalan Ruh"
"Oh, ternyata lumayan jauh dari rumahku"
"Kalau begitu kamu tidak keberatan diantar supir?"
"Tentu saja tidak, malah saya sangat berterima kasih Ibu telah menolong saya"
Setiba dirumah kos, Renata segera bergegas lagi untuk pergi kuliah, dia sama sekali tidak memikirkan keadaannya .
Setelah kuliah usai , Renata berjalan dengan terburu-buru , menuju kedai
"Renata , mukamu pucat"
"Benarkah" duduk bersandar dengan lemas
"Jika kamu sakit, pulang saja , jangan buat repot disini"
"Tidak ! aku baik-baik saja, munkin karena aku jalan sangat cepat, jadi aku kelelahan"
"Baiklah, awas saja jika terjadi apa-apa ! , aku sebenarnya sangat khawatir melihat keadaanmu, dari siang sampai malam otak dan tubuhmu terus bekerja, apakah tidak lelah? , sebaiknya kamu jangan terlalu memaksakan diri"
"Baik, baik .. terima kasih atas perhatiannya , sungguh aku baik-baik saja" Bicara dengan sedikit tersenyum , dengan sedikit merasakan lelah.
"Setelah ini kamu akan pergi ke Resto itu lagi, lanjut bekerja?"
"Ya tentu saja"
"Sebaiknya kamu izin saja ,mukamu pucat begitu"
"Belum satu bulan aku kerja, rasanya tidak etis jika sudah minta izin"
"Terserah"
Renata pun keluar dari kedai beserta teman lainnya selesai waktu kerja.
Renata nampak sudah tidak kuat untuk berjalan lagi, namun dia tidak bisa tidak datang bekerja . Renata nampak berjalan, Bob bersama wanita tunangannya didalam mobil memperhatikannya .
"Wanita itu, masih memaksakan diri"
Bob adalah anak dari wanita yang menolong Renata semalam, dan dia juga pria yang bersama tunangannya makan diResto ,dimana wanitanya mengajak pergi setelah melihat Renata mimisan .
"Sayang , bagaimana kalau malam ini kita pergi ke restoran china saja"
"Terserah "
Keluar dari restoran china, wanita itu muntah
"Sayang aku tak tahan, mual sekali"
"Kamu makan terlalu berlebihan"
"Sungguh merepotkan" Bob bicara dalam hati
Usai mengantarkan tunangannya , Bob pulang melewati jalan Cafe dan Resto tempat Renata bekerja, nampak dari dinding kaca Renata sedang berdiri disamping tamu.
Bob memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Renata, dia merasa tertarik dengan Renata ,
"Perasaan apa ini" mengelak setelah termenung beberapa saat.
Setiba dirumah , ibunya Bob kembali bertanya , menekan akan pernikahan. Namun Bob lagi-lagi mengacuhkannya . Sebenarnya perjodohan dan pertunangan itu tidak ia kehendaki, Bob sangat menyesali tindakan bodohnya .
"Wanita selemah itu, mengapa dia begitu bekerja keras" membicarakan Renata ,Bob terbaring diranjangnya.
"Renata, kamu baik-baik saja?"
"Ya , aku baik-baik saja, kak Adam jangan khawatir"
Adampun tersenyum, tangannya mengelus kepala Renata. Renapa sedikit tersipu ,dan jantungnya berdebar.
"Renata, alamat rumahmu dimana? biar aku antar sekalian pulang"
Renata tertegun ," Apa yang dia maksud, mengajakku pulang bersamanya ?"
"Renata"
"mmm... aku rumahku di jalan Mas"
"Benarkah, benar-benar satu arah, jika begitu mari kita pulang bersama"
"Ya ,terima kasih"
Adam kembali mengelus kepala Renata. Ada perasaan aneh yang ia rasakan, namun tidak tahu apa itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
bagussss kakkk..
Tinggalin jejak di novel ku yaa kak, mkasih.. 😊
2022-08-10
0